Naura was almost 3 years old now. I think she was overweight, according to her 22 kilograms body weight. And its too heavy for me to lift her!
Andri Journal
Honesty Courage Modesty
Quote
Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.
~ Oprah Winfrey
Minggu, 03 Agustus 2014
Selasa, 31 Juli 2012
Reaksi Transfusi
Reaksi Transfusi Panas
Reaksi ini disebabkan lekosit donor/ leukoaglutinin resipien. Sering terjadi pada penderita yang mendapat transfusi berulang dan wanita multipara. Gejala timbul dalam waktu 1/2 sampai 3 jam setelah transfusi dimulai berupa demam, suhu meningkat > 1 derajat Celcius, nadi cepat, tekanan darah normal. Suhu turun lagi 2-12 jam setelah transfusi selesai.
Pengelolaannya antara lain: (1) segera hentikan transfusi dan diganti infus NaCl 0,9%, (2) antipiretika, (3) 3etelah demam mereda dan terbukti bukan reaksi hemolitik atau reaksi septik, darah tersebut dapat dilanjutkan. Jika ragu, transfusi dilanjutkan dengan unit darah yang lain.
Reaksi Transfusi Alergi
Reaksi yang ringan berupa urticaria, adanya bintil atau bercak yang menyembul pada kulit berwarna kemerahan serta rasa gatal. Dapat disertai bronchospasme (wheezing) dan sesak napas.
Pengelolaannya antara lain: (1) transfusi dihentikan dan diganti infus NaCl 0,9%, (2) antihistamin (im atau iv).
Reaksi Anafilaktik
Gejala yang menonjol adalah shock (circulatory collapse) dan bronchospasme/ laryngospasme.
Pengelolaannya antara lain: (1) Tinggikan kedua tungkai untuk memperbaiki venous return, (2) Hentikan tranfusi dan diganti infus NaCl 0,9%, (3) Adrenalin 0,1-0,2 mg iv diulang tiap 5-15 menit sampai sirkulasi membaik. Mungkin perlu dilanjutkan dopamin drip, (4) Berikan antihistamin (I'm atau iv), (5) Steroid (hidrokortison 100 mg iv, deksametason 4-5 mg iv), (6) Aminofilin 5 mg/ kgBB setelah tekanan darah membaik, (7) Oksigen, (8) Jika terjadi cardiac arrest nadi arteria carotis tidak teraba segera lakukan resusitasi jantung paru (CPR).
Reaksi Transfusi Hemolitik
Berupa hemolisis akut intravaskuler karena inkompabilitas ABO. Gejala yang timbul antara lain: (1) panas, mual, muntah dan nyeri pinggang, (2) shock (tekanan darah menurun, nadi naik), gagal ginjal (oliguria, anuria), (3) perdarahan dari bekas suntikan atau luka operasi (Disseminated Intra Vascular Coagulation). Sedangkan tanda yang muncul antara lain: (1) hemoglobinemia (Hb plasma naik) dan bilirubin serum naik, (2) hemoglobinuria (urin berwarna merah coklat sampai hitam) dan urobilinogen urin positif.
Pengelolaannya antara lain: (1) hentikan transfusi segera dan diganti infus NaCl 0,9%, (2) atasi shock dengan dopamin drip intravena 5-10 mcg/kgBB per menit sampai tekanan darah sistolik > 100 mmHg dan perfusi jari-jari tangan hangat. Mungkin diperlukan tambahan cairan Ringer Laktat 500-1000 cc dalam 1-2 jam, (3) bila urin < 1 cc/kgBB per jam, berikan furosemid 1-2 mg per kgBB untuk mempertahankan urin > 100 cc/jam, (4) atasi demam dengan antipiretika.
Reaksi Transfusi Septik
Gejala klinis segera timbul meskipun transfusi baru masuk 50 cc: (1) menggigil, (2) tekanan darah menurun dan shock berat, (3) mual, muntah, nyeri seluruh tubuh, (4) sering diikuti DIC pada tahap berikutnya. Diagnosis pasti dari biakan darah penderita dan sisa darah dalam kantung yang positif, dengan jenis kuman sama.
Pengelolaan: (1) hentikan transfusi segera dan diganti dengan infus NaCl 0,9%, (2) shock diatasi dengan dopamin drip dan tambahan cairan, (3) antibiotika spektrum luas dan dosis tinggi, (4) corticosteroid perlu dipertimbangkan.
Reaksi ini disebabkan lekosit donor/ leukoaglutinin resipien. Sering terjadi pada penderita yang mendapat transfusi berulang dan wanita multipara. Gejala timbul dalam waktu 1/2 sampai 3 jam setelah transfusi dimulai berupa demam, suhu meningkat > 1 derajat Celcius, nadi cepat, tekanan darah normal. Suhu turun lagi 2-12 jam setelah transfusi selesai.
Pengelolaannya antara lain: (1) segera hentikan transfusi dan diganti infus NaCl 0,9%, (2) antipiretika, (3) 3etelah demam mereda dan terbukti bukan reaksi hemolitik atau reaksi septik, darah tersebut dapat dilanjutkan. Jika ragu, transfusi dilanjutkan dengan unit darah yang lain.
Reaksi Transfusi Alergi
Reaksi yang ringan berupa urticaria, adanya bintil atau bercak yang menyembul pada kulit berwarna kemerahan serta rasa gatal. Dapat disertai bronchospasme (wheezing) dan sesak napas.
Pengelolaannya antara lain: (1) transfusi dihentikan dan diganti infus NaCl 0,9%, (2) antihistamin (im atau iv).
Reaksi Anafilaktik
Gejala yang menonjol adalah shock (circulatory collapse) dan bronchospasme/ laryngospasme.
Pengelolaannya antara lain: (1) Tinggikan kedua tungkai untuk memperbaiki venous return, (2) Hentikan tranfusi dan diganti infus NaCl 0,9%, (3) Adrenalin 0,1-0,2 mg iv diulang tiap 5-15 menit sampai sirkulasi membaik. Mungkin perlu dilanjutkan dopamin drip, (4) Berikan antihistamin (I'm atau iv), (5) Steroid (hidrokortison 100 mg iv, deksametason 4-5 mg iv), (6) Aminofilin 5 mg/ kgBB setelah tekanan darah membaik, (7) Oksigen, (8) Jika terjadi cardiac arrest nadi arteria carotis tidak teraba segera lakukan resusitasi jantung paru (CPR).
Reaksi Transfusi Hemolitik
Berupa hemolisis akut intravaskuler karena inkompabilitas ABO. Gejala yang timbul antara lain: (1) panas, mual, muntah dan nyeri pinggang, (2) shock (tekanan darah menurun, nadi naik), gagal ginjal (oliguria, anuria), (3) perdarahan dari bekas suntikan atau luka operasi (Disseminated Intra Vascular Coagulation). Sedangkan tanda yang muncul antara lain: (1) hemoglobinemia (Hb plasma naik) dan bilirubin serum naik, (2) hemoglobinuria (urin berwarna merah coklat sampai hitam) dan urobilinogen urin positif.
Pengelolaannya antara lain: (1) hentikan transfusi segera dan diganti infus NaCl 0,9%, (2) atasi shock dengan dopamin drip intravena 5-10 mcg/kgBB per menit sampai tekanan darah sistolik > 100 mmHg dan perfusi jari-jari tangan hangat. Mungkin diperlukan tambahan cairan Ringer Laktat 500-1000 cc dalam 1-2 jam, (3) bila urin < 1 cc/kgBB per jam, berikan furosemid 1-2 mg per kgBB untuk mempertahankan urin > 100 cc/jam, (4) atasi demam dengan antipiretika.
Reaksi Transfusi Septik
Gejala klinis segera timbul meskipun transfusi baru masuk 50 cc: (1) menggigil, (2) tekanan darah menurun dan shock berat, (3) mual, muntah, nyeri seluruh tubuh, (4) sering diikuti DIC pada tahap berikutnya. Diagnosis pasti dari biakan darah penderita dan sisa darah dalam kantung yang positif, dengan jenis kuman sama.
Pengelolaan: (1) hentikan transfusi segera dan diganti dengan infus NaCl 0,9%, (2) shock diatasi dengan dopamin drip dan tambahan cairan, (3) antibiotika spektrum luas dan dosis tinggi, (4) corticosteroid perlu dipertimbangkan.
Sabtu, 07 Juli 2012
Uretra
Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik. Aktivitas sfingter uretra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.
Uretra anterior terdiri atas: (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa navikularis, dan (4) meatus uretra eksterna. Uretra posterior pada pria terdiri atas: (1) pars prostatika, yakni bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan (2) pars membranasea.
Uretrografi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahan kontras dimasukkan langsung melalui meatus uretra eksterna melalui klem Broadny yang dijepitkan pada glans penis. Gambaran yang mungkin terjadi pada uretrogram adalah: (1) jika terdapat striktura uretra akan tampak adanya penyempitan atau hambatan kontras pada uretra, (2) trauma uretra tampak sebagai ekstravasasi kontras ke luar dinding uretra, atau (3) tumor uretra atau batu non opak pada uretra tampak sebagai filling defect pada uretra.
Pada uretrogram, uretra pars membranasea terletak setinggi garis khayal yang menghubungkan kedua tepi superior dari ramus inferior ossis pubis. Lebih superior lagi dari pars membranasea, kontras normalnya akan memberikan gambaran seperti ekor tikus (mouse tail appearance).
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik. Aktivitas sfingter uretra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.
Uretra anterior terdiri atas: (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis, (3) fossa navikularis, dan (4) meatus uretra eksterna. Uretra posterior pada pria terdiri atas: (1) pars prostatika, yakni bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan (2) pars membranasea.
Uretrografi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahan kontras dimasukkan langsung melalui meatus uretra eksterna melalui klem Broadny yang dijepitkan pada glans penis. Gambaran yang mungkin terjadi pada uretrogram adalah: (1) jika terdapat striktura uretra akan tampak adanya penyempitan atau hambatan kontras pada uretra, (2) trauma uretra tampak sebagai ekstravasasi kontras ke luar dinding uretra, atau (3) tumor uretra atau batu non opak pada uretra tampak sebagai filling defect pada uretra.
Pada uretrogram, uretra pars membranasea terletak setinggi garis khayal yang menghubungkan kedua tepi superior dari ramus inferior ossis pubis. Lebih superior lagi dari pars membranasea, kontras normalnya akan memberikan gambaran seperti ekor tikus (mouse tail appearance).
Langganan:
Postingan (Atom)