Life Will Find A Way

Sekitar jam 11 siang, sepulang dari Posyandu di blok D kiri, saya berpapasan dengan seorang pria yang sudah tidak asing lagi bagi saya, sebutlah namanya A. Dia adalah pasien skin graft saya. Dari dirinya saya mendapat pelajaran moral yang pertama: life will find a way. Sama persis dengan kalimat yang pernah diucapkan oleh tokoh Ian Malcolm dalam film Jurrasic Park.

Alkisah dua bulan yang lalu, sebagian kulit dan daging telapak kaki kanan pria ini terlepas. Sebabnya adalah kaki kanannya waktu itu masuk gir sepeda. Kulit dan daging yang sempat jatuh ke tanah ditempelkan begitu saja ke bekas luka sebelum saya datang ke rumah untuk merawat lukanya.

Waktu itu saya dihadapkan pada dua pilihan, antara membiarkan luka terbuka dan mengharap daging tumbuh dari dalam ataukah menambal kembali luka dengan kulit dan daging yang terlepas tadi. Saya ambil pilihan yang kedua dengan harapan kulit dan daging tadi bisa menyatu kembali. Dengan pilihan ini saya prediksi pemyembuhan akan terjadi lebih cepat.



Tiga hari berlalu, saya lihat ternyata ada tanda-tanda vaskularisasi di kulit hasil graft. Seminggu kemudian saya angkat jahitan. Di satu sisi sebenarnya sudah mau menyatu, tapi di sisi yang lain masih membuka. Maka saya berikan dua jahitan lagi. Selang tiga hari, dua jahitan itu saya lepas. Kulit bagian luar (epidermis) ikut terlepas. Di bawahnya timbul semacam epidermis baru.



Saya pikir graft tadi sudah benar-benar menyatu. Ternyata dugaan saya meleset. Graft yang saya pasang terlepas sedangkan daging di bawahnya menutupi luka tadi. Puji Tuhan. Kata A, graft itu lepas karena diinjak anaknya saat baru tiduran! Selama tiga minggu, A tadi saya berikan anti nyeri dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

Skin graft saya memang gagal, tapi tubuh seperti halnya alam, memiliki mekanismenya sendiri untuk tetap survive. Tuhan menciptakan manusia terdiri dari sel-sel yang jenius.