Quote
Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.
~ Oprah Winfrey
Sabtu, 19 Juli 2008
Penyuluhan Diare
“Selamat pagi ibu-ibu semua…Assalamu’alaikum…Sudah pernah diberi penyuluhan tentang diare beluuum?”
Itulah salam pembukaan saya dalam penyuluhan tentang diare yang dilaksanakan di Posyandu blok A Kiri beberapa waktu lalu, tepatnya hari Kamis, 10 Juli 2008.
“Beluuuum…”, jawab mereka.
Materi penyuluhan saya adalah Prinsip Penanganan Diare. Selengkapnya bisa dibaca [disini]. Target penyuluhan saya sebenarnya adalah Posyandu di blok A Kanan yang dilaksanakan 2 hari sebelumnya. Sayangnya, saya datang agak terlambat sehingga saat saya tiba di posyandu, ibu-ibu sebagian besar sudah pulang. Jadilah penyuluhan saya lakukan di Posyandu blok A Kiri ini.
Kenapa target penyuluhan saya di blok A Kanan? Begini ceritanya…Seminggu sebelumnya, lima orang balita dari blok tersebut datang berobat ke tempat praktek saya dalam waktu yang hampir bersamaan dengan keluhan yang hampir mirip: diare berlendir dan disertai muntah.
Dari keterangan orang tua pasien, sumber penularan pertama diperkirakan berasal dari seorang balita dari Lamunti yang seminggu sebelumnya datang ke Terusan. Balita tersebut juga menderita sakit serupa.
Perlu diketahui, Lamunti saat itu sedang terkena wabah diare. Penularan juga dimungkinkan karerna sanitasi di blok ini juga terhitung buruk. Ini bisa dilihat dari kebiasaan buang air besar (BAB) yang masih di sungai. Dari data Puskesmas Terusan Tengah, cakupan Jamban Keluarga (JAGA) di wilayah Terusan Cuma 1 %. Itu artinya, tiap 100 warga hanya memiliki sebuah jamban yang memenuhi syarat!
Kelima balita tadi saya berikan antibiotik Kotrimoksazol. Alasan pemilihan antibiotik ini adalah: pertama, dari informasi dokter PTT sebelumnya, antibiotik untuk kasus diare di daerah Terusan yangmemberikan respon bagus adalah dari golongan Kotrimoksazol (Trimetoprim 10 mg/kgBB/hari dan Sulfametoksazol 50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari) dan Metronidazol (30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, selama 10 hari); kedua, menurut WHO, anak dengan disentri harus dicurigai menderita Shigellosis dan pilihan utama untuk Shigellosis adalah Kotrimoksazol.*
Respon pasien terhadap antibiotik ini ternyata cukup bagus. Sewaktu saya melakukan kunjungan rumah sehari sesudahnya, beberapa pasien bahkan sudah tidak diare lagi.
Oralit juga saya bagi-bagikan kepada keluarga pasien dan para tetangga karena bagaimanapun, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan diare (entah disebabkan virus atau pun bakteri) adalah penilaian dan koreksi terhadap status dehidrasi dan keseimbangan elektrolit.
* Alternatif yang dapat diberikan : Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis; Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis; Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM; Asam Nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dan lain-lain. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
Terapi antiamubik diberikan dengan indikasi : ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja; tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler. Terapi yang dipilih sebagai antiamubik intestinal pada anak adalah Metronidazol. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
8 komentar:
Seneng...seneng...seneng...membaca pak dokter satu ini menggunakan ilmunya untuk orang banyak.
Salut juga dg program WC sehatnya bu Jurah :)
Yang seperti ini yg benar2 memberi makna pada arti pengabdian yaaa.
Sukses ya pak dokter!!!
Waaah seneng lait potone adiku lagi kasi penyuluhan, he he!
Waktu kami camping yang tahun lalu, ada ibu2 dateng ke aku tanya apa punya obat durchfall (diare), putrinya mendadak diare (umurnya 17 thn). Lha aku nggak ngerti ndri, trus tak jawab wae minum teh kental tanpa gula. Lha wong diswiss nggak ada oralit! Teh kental juga bisa nolong kan ndri?
Maturnuwun ...
@ mbak Dyah:
Ah,biasa aja mbak..Aku cuma pengin supaya kehadiranku selama setahun di Terusan ini bermanfaat bagi masyarakat.
@ mbak Judith:
Teh kental bisa dipakai mbak (soale punya kandungan kafein dan pektin).Tapi tetep kalo bisa diminumi oralit dulu untuk mengganti cairan yg hilang.Bikin sendiri kan bisa mbak..Resepnya: air matang 200 cc+gula pasir satu sendok teh+garam seperempat sendok teh,aduk sampai rata..Selamat mencoba. ;)
@ mbak Dyah:
Ah,biasa aja mbak..Aku cuma pengin supaya kehadiranku selama setahun di Terusan ini bermanfaat bagi masyarakat.
@ mbak Judith:
Teh kental bisa dipakai mbak (soale punya kandungan kafein dan pektin).Tapi tetep kalo bisa diminumi oralit dulu untuk mengganti cairan yg hilang.Bikin sendiri kan bisa mbak..Resepnya: air matang 200 cc+gula pasir satu sendok teh+garam seperempat sendok teh,aduk sampai rata..Selamat mencoba. ;)
CuItttt tambah kEreN km klo penyuluhan gtz dri...
oya blh minta antibiotiknya ga'...kemarin ku kebanjiran :D
wah kyknya udh biasa banget nih ngadain penyuluhan..kelihatan ga canggung.....kapan ni lampung di kasih penyuluhannya :D
Mas Andri,,kebetulan bgt.. Saya lagi diare nih 2 hari ini. Trus, pas lg iseng2 mampir ke blog Mas, eh baca artikel ini. Hehe.. Terus menjadi dokter yg baik!!
pak dokter ganteng euy.... yg cantik ayo maju dpt gelas ditangan saya ini wkwkwkwk.... * aku maju doloan* biar ga cantik tp bs dpt gelas cantik.....:) hari minggu aku ngedan kiy
Posting Komentar