Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Tampilkan postingan dengan label ulang tahun ke-11 detikcom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ulang tahun ke-11 detikcom. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Juli 2009

Pertama Kali Online, Mirip Orang Desa

Untuk memeriahkan ulang tahun ke-11 detikcom berikut ini akan aku utarakan sedikit pengalaman dariku saat pertama kali online dulu. Namun sebelumnya, aku ucapkan belasungkawa kepada para korban bom di Jakarta beberapa saat yang lalu, semoga keluarga para korban senantiasa diberikan kesabaran.

***

Aku ini orang desa, dan cukup lah wajahku yang lugu ini jadi buktinya. Dua belas tahun yang lalu aku, untuk pertama kalinya, mengenal internet. Saat itu aku duduk di bangku SMA. Tidak berlebihan kalau aku ini, walau pun orang desa, tapi berpikiran sedikit lebih maju dibanding teman-temanku yang lain. Sepanjang aku tahu, hanya sedikit saja dari temanku yang paham soal internet. Mereka lebih suka pergi ke bengkel, mengutak-atik sepeda motor mereka, karena waktu itu balapan sepeda motor sedang jadi tren. Dan Kawan tentu sangat mafhum, kenapa aku tidak bisa mengikuti tren itu. Ya, tentu saja, karena aku tidak punya sepeda motor untuk diutak-atik. Bergelantungan di mini bus cukup lah jadi makananku tiap hari.

Aku tahu sedikit soal internet dari sebuah surat kabar lokal bernama Suara Merdeka. Ada sebuah rubrik, Selancar namanya. Rubrik itu hanya muncul sekali dalam seminggu, yaitu hari Minggu. Mungkin aku membeli Suara Merdeka tiap Minggu, melulu hanya ingin tahu alamat website yang baru, dan menarik tentunya. Kawan perlu tahu saja, bahwa di kotaku yang bernama Wonogiri ini, waktu itu, belum ada yang namanya warnet (warung internet). Satu-satunya warnet yang aku tahu, dari informasi yang kudapat dari surat kabar itu juga, ada di Solo, yang berjarak 31 km dari rumahku. Nama warnetnya Solonet, lokasinya ada di sekitar SMA 1 Solo. Aku bahkan masih ingat tarifnya, 6 ribu rupiah per jam!

Dengan berbekal rasa ingin tahu yang luar biasa, aku pergi ke Solo dengan sepeda motor Ayah. Aku bahkan tidak bilang, bahwa aku hendak ke Solo waktu itu. Karena jika aku bilang, tentu saja tidak diperbolehkan. Kawan, aku belum punya SIM waktu itu, jadi aku sengaja hanya ke Solo bila hari Minggu, karena menurut sepengetahuanku, polisi jarang mengadakan pemeriksaan SIM dan STNK pada hari libur.

Sesampainya di warnet, aku langsung menuju komputer yang belum ditempati. Aku duduk dan memandang ke kanan-ke kiri. Kulihat masing-masing orang asyik memandangi layar komputer masing-masing. Aku membuka kertas, yang mana sudah kutuliskan alamat website hasil membaca Suara Merdeka edisi Minggu. Kutuliskan sebuah alamat web. Kutulis begitu saja, lalu kutunggu. Pikirku, website akan terbuka begitu aku selesai mengetikkan alamatnya. 1 menit berlalu. Layar tidak berubah. 5 menit. 8 menit. Lalu 9 menit 13 detik berlalu. Layar tetap tidak b erubah. Aku merasa sedikit aneh.

Ingin bertanya, tapi malu, nanti dikatakan orang desa. Ah, aku memang orang desa yang gengsian. 10 menit 27 detik berlalu, dan layarku tidak ada gambarnya! Aku mulai gusar, dan rupanya orang di sebelahku menyadarinya. Dia melirikku, mirip seperti melihat monyet yang tidak tahu cara membuka kulit pisang. Aku sudah tidak tahan dan kuberanikan diri untuk bertanya pada penjaga warnet. Teringat kata pepatah yang tertulis di kaos Dagadu Jogja “Malu bertanya, sesat di jalan. Beli tiruan, memalukan!”.

“Ada yang bisa saya bantu?”, tanya perempuan penjaga warnet begitu aku menghampiri mejanya.

Aku pun menjelaskan persoalanku.

Ternyata solusinya gampang saja Kawan. Begitu kita selesai mengetikkan alamat web, tekanlah ENTER! Dan tralala…terbukalah website itu. Aku termanggut-manggut dan buru-buru mengucapkan terima kasih pada perempuan tadi. Perempuan penjaga warnet yang anggun itu cuma tersenyum. Manis bukan buatan. Dan aku menyangka, senyum semanis itu kurang lebih bermakna “kowe kok ndeso banget to mas”.

Aku menghabiskan hari itu untuk membuka-buka alamat website yang sudah kutulis di kertas. Dan aku semakin berani bertanya ke perempuan penjaga warnet bila mengalami kesulitan. Nah Kawan, itu lah pengalaman pertamaku tentang internet. Orang desa yang dulu tak tahu apa-apa soal internet, siapa sangka sekarang punya blog yang page rank-nya 4. Hebat bukan? Ah, akhir-akhir ini rupanya aku terlampau sering memuji diri sendiri.

Recent Comments