Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Tampilkan postingan dengan label Kisah | Pribadi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kisah | Pribadi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 18 Februari 2011

Sales Roti

Waktu itu jam 9 pagi, di sebuah toko kelontong yang juga melayani foto copy, aku sedang menunggu berkas yang sedang difotocopy. Sepertinya hari itu akan baik-baik saja. Langit cerah, udara sejuk, dan burung-burung pun berkicau seperti biasa. Sampai terdengar sebuah percekcokan.

“Lho..ini kok kurang satu rotinya? Aku pesennya sepuluh lho mas, kok cuma dikasih sembilan?” kata seorang wanita tua, pemilik toko kelontong itu, dengan nada yang agak tinggi, kepada seorang pria sales roti.

“Apa iya bu?” jawab pria itu, yang tampangnya kusut masai, seperti orang belum mandi. Dilihat dari wajahnya, sepertinya dia kurang tidur semalam.

“Iya..ini coba kamu hitung sendiri kalo tidak percaya”.

Penjual roti pun menghitung roti dalam wadah dengan seksama, sambil sesekali menghisap rokoknya yang sudah hampir habis. Dia mengulangi lagi hitungannya, ternyata benar, kurang satu.

“Betul kan cuma sembilan? Untung tadi saya hitung, coba kalo pas saya tidak ada. Kemarin-kemarin pasti salah hitung juga. Kalo caranya seperti ini ya saya rugi dong mas..mas..”

Anak pemilik toko, seorang pria muda, yang tadinya sibuk mem-foto copy pun lalu angkat bicara.

“Kalo seperti itu sudah gak usah ngirim roti lagi aja mas. Ngitung segitu aja gak bener. Ujung-ujungnya aku juga yang disalahin” nada bicaranya kesal.

“Pas ngirim roti dan yang ada cuma anak saya mesti gak pernah dihitung seperti ini”, tambah si ibu penjual.

“Udah lah..berikutnya gak usah ngirim loti aja mas. Untungnya juga gak seberapa. Ngitungmu juga asal-asalan seperti itu” , si anak jengkel.

Penjual roti tampaknya gugup. Berulangkali dia menghisap rokok, yang hampir habis itu. Dia menatap si ibu penjual dan anaknya dengan muka datar. Ekspresinya tertutup oleh wajahnya yang lelah.

Dia lalu meninggalkan toko itu, membuang puntung rokoknya, lalu mengendarai sepeda motor dengan bak penuh roti yang ada di jok belakang. Saat hendak memundurkan sepeda motornya.

“Brak!!”

Bagian belakang bak rotinya mengenai bagian samping motorku. Dari kejauhan kulihat bagian samping sepeda motorku retak. Nah kan, aku yang tak ada sangkut pautnya akhirnya terlibat juga.

Senin, 22 November 2010

Telfon dari Dinas Kesehatan Propinsi

Dulu, saat masih PTT di Kapuas, Pak Marjono, Kepala Puskesmas (PKM) tempatku bekerja hampir tertipu. Ceritanya begini. Pak Marjono mendapat telfon dari orang yang mengaku dari Dinas Kesehatan Propinsi. Intinya, orang tak dikenal itu mengabarkan bahwa PKM kami hendak mendapatkan bantuan sebesar 300 juta untuk program WC Sehat. Sebelumnya, PKM kami memang baru saja menjadi juara 3 se-Kalimantan Tengah untuk program Kesehatan Lingkungan, atas keberhasilan program WC Sehat di tempat kami.

Orang yang menelfon itu memang sangat profesional. Dia sepertinya sudah memiliki data yang terperinci sebelum menelfon. Saat perkenalan dia menyebutkan NIP (Nomor Induk Pegawai) Pak Marjono, supaya Pak Marjono percaya. Dan lagi, Program WC Sehat tidak sembarang orang tahu. Dan Pak Marjono seperti lupa daratan demi mendengar 300 juta hendak digelontorkan ke PKM yang dipimpinnya. Ujung-ujungnya orang tak dikenal itu meminta nomor rekening, untuk menyalurkan uang bantuan itu. Pak Marjono pun mengiyakan.

Selang beberapa lama, uang bantuan tak kunjung turun. Setelah mencari informasi kesana-kemari, ternyata orang yang menelfon itu cuma bajingan tengik yang hendak menguras rekening korbannya dengan mengaku sebagai orang dari Dinas Kesehatan Propinsi. Untungnya, rekening Pak Marjono aman, karena kebetulan saldonya saat itu tak seberapa.

Beberapa hari yang lalu, kejadian yang mirip menimpaku. Jam 3 siang, saat enak-enaknya tidur siang, ada telfon masuk.

"Halo, selamat siang. Bener ini dokter Andri?"

"Benar pak"

"Begini dok. Saya dari DinKesProp. Anda diminta segera menghubungi KadinkesProp"

"Ada perlu apa ya?"

"Anda menelfon dulu aja"

"Nomornya berapa pak..Saya belum punya"

"Tolong dicatat ya"

"Sebentar pak..bulpennya belum ada"

Aku pun mencari bulpen dengan tergopoh-gopoh. Tidak ketemu.

"Sebentar pak..Bagaimana kalau di-SMS saja?"

"Nomor Kadinkes tidak boleh sembarangan di-SMS. Tidak apa apa, saya tunggu."

Aku, orang udik yang lugu ini, sibuk sendiri, tanpa tahu bahwa orang yang di seberang telfon sana mungkin sedang menahan tawa. Tengik bukan buatan.

"Nomornya berapa pak?", padahal bulpen belum ketemu.

"0856xxxxxxxx"

"OK"

Telfon pun ditutup.

Tapi, aku lupa nomornya! Selang beberapa saat ada SMS dari sejawat.

"Hati2 penipuan yg mengatasnamakan kadinkes dr mardiatmo.. Modusnya ada undangan platihan d hotel borobudur. Ujung2nya kita dsuruh tranfer uang 20jt. Mohon hati2 dgn modus spt ini."

Selasa, 09 November 2010

Uji Nyali

Dalam hal uji nyali, aku mungkin termasuk orang yang cupu. Bisa jadi itu ada sangkut pautnya dengan selera makanku yang tidak menyukai sambal. Karena konon, orang yang doyan sambal adalah tipikal pemberani, contohnya istriku. Pemberani tentunya dalam hal-hal yang terpuji. Berani melawan orang tua dan suami tak masuk dalam hitungan.

Waktu kecil dulu, ketika hendak ke kamar mandi, aku tidak berani sendiri. Hampir selalu minta diantarkan oleh ayah atau ibu. Untuk Kawan ketahui bahwa kamar mandi keluarga kami terpisah dari rumah utama. Jalan menuju ke kamar mandi hanya diterangi oleh lampu 15 watt. Belum lagi kalau mendengar cerita dari ibu, kalau di belakang rumah kala itu ada makhluk bernama ngeblak. Seperti apakah wujud makhluk itu, aku tak tahu, masih misteri bagiku. Tapi, kata ibu, makhluk itu mengeluarkan suara "blak blak blak", mirip kepakan burung wandering albatross yang konon sayapnya mencapai panjang 11 kaki. Dan anehnya, masih kata ibuku, ketika kamu ingin melihat asal suara itu, kamu tak akan menjumpainya. Horor bukan buatan.

Dan bila ada pasar malam, aku menjauhi yang namanya Rumah Hantu. Aku pernah masuk sekali, dan aku tak mau melakukannya lagi. Menurut hematku, masuk Rumah Hantu adalah hal konyol, dan pelakunya biasanya kurang kerjaan. Meskipun aku kerap melakukan hal-hal konyol dan agak kurang kerjaan, setidaknya aku tidak melakukan sesuatu hal yang nantinya bisa membuatku susah tidur.

Lalu aku mengenal beberapa wahana yang menguji nyali namun tidak horor. Kawan tentu sudah mencoba roller coaster, kursi terbang, colombus, tornado, dan sebangsanya. Secara mengejutkan, aku baru tahu beberapa waktu yang lalu, bahwa istriku sudah mencoba semua itu. Hebat bukan buatan istriku yang satu itu. Aku, orang yang udik ini, tentu tak mengenal wahana-wahana canggih itu. Naik komidi putar sepertinya pernah pas pasar malam dulu. Aku mual-mual dan pusing setelah menaikinya.

Soal "roller coaster", ada gradasinya, mulai dari grade 1 sampai grade 3. Semakin tinggi gradenya maka akan semakin tinggi resikonya, semakin berbahaya.

Grade 1 adalah nonton film roller coaster 4 dimensi. Resikonya kecil, karena kita tidak berpindah dari tempat duduk kita. Disebut 4 dimensi karena kita menonton film roller coaster 3 dimensi sedangkan tempat duduknya bisa bergoyang ke kanan, ke kiri, bahkan ke belakang untuk memberi efek dramatis. Kalau tidak tahan, segera lepas kacamata 3D yang kita kenakan, efeknya pun jadi tak seberapa. Film ini memanipulasi visualisasi kita, dan otak menganggapnya sebagai hal yang nyata. Uji nyali ini cocok untuk semua umur.

Grade 2 adalah "roller coaster" dengan memakai balon pelampung yang bisa dijumpai di water park. Tingkat keamanannya sedang. Rutenya yang berupa lorong mencegah pemakainya terpelanting keluar. Resikonya paling-paling pelampungnya terbalik, kemudian jidat membentur pelorotan. Aih, amit-amit.

Kalau film 4D memanipulasi mata, "roller coaster" macam ini memanipulasi organ keseimbangan. Dalam kondisi gelap gulita, cairan yang ada di tiga saluran setengah lingkaran bergoyang mengikuti lekukan lorong perosotan. Dan ini lah yang membuat sensasinya menjadi begitu mendebarkan dan tak terduga. Penciptanya mungkin menderita vertigo, dan ingin supaya orang lain tahu, betapa menderitanya bila mengidap penyakit ini.

Grade terakhir adalah roller coaster beneran. Untuk yang ini belum bisa cerita, karena belum pernah mencobanya. Pernah mencoba yang setipe, namanya kursi terbang. Saat menjajalnya, yang ada yaitu bayangan: bagaimana kalau nanti terlempar, apakah nanti mendapat asuransi, dan hal-hal ngeri lainnya. Semoga kemungkinan-kemungkinan buruk itu tak terjadi.

Selasa, 24 Agustus 2010

Alhamdulillah, Jaket Baru

"Mbok ya beli jaket baru", kata istri saya suatu saat.
"Nanti aja lah..wong jaketnya masih bisa dipakai", kataku.
"Tapi kan warnanya udah pudar gitu.."
"Gak masalah..lagian jaketnya cuma dipakai pas keluar aja kok"

Saat melintas di toko sepatu.

"Sepatunya bagus nih..cocok buat kamu pakai di kantor"
"Lho, memangnya sepatuku yang kupakai sekarang kenapa?"
"Aku kurang suka ah..kesannya terlalu kaku gitu"
Aku diam saja.
“Itu lho seperti yang dipakai temenmu..yang kayak orang Cina itu..”

Beberapa hari yang lalu, istri juga mengkritik soal celana pendek yang kupakai. Menurut dia, warnanya juga sudah mulai mbulak.Aku sendiri sebenarnya tak masalah, asalkan celana itu masih bisa menjalankan fungsinya sebagai penutup aurat. Tapi berhubung istri bersikeras dengan pendapatnya, aku pun membeli celana pendek baru, pilihan istri tentu saja.

Bahwa istriku rewel soal pakaian yang kupakai, meski agak merepotkan, dalam hati kecil aku sangat bersyukur. Aku seseorang yang boleh dikata, tak terlalu peduli dengan mode. Seorang teman, bahkan secara terus terang menyebutku lebih cocok disebut sebagai mandor hutan, daripada sebagai dokter, karena berpakaian ala kadarnya. Beberapa kaos trendi, adalah pemberian dari istriku. Kaosku sendiri, yang kupakai sebelumnya, adalah kaos hadiah dari produk minuman, pemberian pabrik obat, sampai kaos hasil ikut seminar.

Dalam memilih barang pun, istriku sangat selektif. Pernah saat hendak membeli sepatu, kami sudah mengitari seluruh isi mall terbesar di Surabaya, tapi tak ada yang cocok. Kulihat dia masih bersemangat mencari, padahal kakiku rasanya sudah pegal. Akhirnya di menemukan sepatu yang cocok, di mall yang lain. Itu pun setelah aku meyakinkannya, bahwa sepatu itu benar-benar bagus untuknya.

Rupanya, sifat wanita yang kritis, terutama dalam hal penampilan, memang sudah bawaan orok. Menurut John Gray dalam bukunya yang terkenal “Men are from Mars, Women are from Venus”, tertera jelas perbedaan antara pria dan wanita itu.

Di Venus, memberi nasihat dan saran-saran merupakan tanda kasih sayang. Penduduk Venus amat yakin bahwa sesuatu yang bekerja dapat dibuat bekerja dengan lebih baik. Naluri mereka ialah ingin memperbaiki segala sesuatu. Apabila mereka menaruh perhatian kepada seseorang, dengan leluasa mereka menunjukkan apa yang dapat diperbaiki dan menyarankan bagaimana melakukannya. Menawarkan nasihat dan kritik secara membangun merupakan tindakan cinta kasih.

Mars sangat berbeda. Penduduk Mars lebih berorientasi pada penyelesaian. Apabila ada sesuatu yang bekerja, semboyan mereka adalah jangan mengubahnya. Naluri mereka adalah membiarkan saja kalau sesuatu itu telah bekerja.

“Jangan membetulkan kalau tidak rusak”, merupakan ungkapan yang lazim dari penduduk Mars.

Minggu, 15 Agustus 2010

The Suratmo’s Fantastic Four

Mungkin kebetulan,kalau aku suka berkumpul bersama kelompok berjumlah empat orang.Masih ingatkah kawan dengan kisah teman-temanku SMA yang tergabung dalam Kapak Hitam?Atau teman-teman kos dalam Punakawan?Tidak lain tidak bukan,Kapak Hitam dan Punakawan itu empat orang jumlahnya.

Nah,di kalangan keluarga pun,dari pihak ibu,aku memiliki saudara sepupu yang cukup akrab.Yang paling akrab denganku ada tiga orang,dan empat orang ini tergabung dalam kelompok tak resmi yang kunamai, Fantastic Four.Karena nama kakek kami (alm) Pawiro Suratmo, bolehlah ditambah menjadi The Suratmo’s Fantastic Four.Jangan membayangkan kami seperti kumpulan superhero macam di kartun-kartun itu,karena kamu pasti akan dibuat kecewa karenanya.

Anggota tertua kami,yang sering kami panggil 'kepala suku',Kame namanya.Paling tua,tapi tubuhnya paling pendek diantara kami berempat.Dua kata kunci untuk sepupuku ini adalah: pencak silat dan gitar.Waktu kami masih kecil,Kame sangat terobsesi dengan bela diri.Di kamarnya terpajang poster Bruce Lee bertelanjang dada,dengan luka bekas cakaran di pipi yang tersohor itu.Saking terobsesinya,aku diminta untuk memukuli perutnya dengan bambu.Maksudnya mungkin untuk melatih otot perutnya.Tidak tega sebenarnya,tapi dia sendiri yang meminta.Obsesi,kadang-kadang membahayakan diri sendiri.

Soal gitar,ada sangkut pautnya dengan kegilaannya pada musik.Musik yang sering diputar saat masih SD dulu adalah musik Iwan Fals.Kadang-kadang juga menyetel karya Scorpions.Kaos-kaosnya juga beberapa bertemakan musik,mulai dari Queen sampai Gun n Roses.Keterlambatannya menyelesaikan kuliah di Surabaya juga mungkin berkaitan erat dengan acara memetik gitar ini.Seleranya sekarang adalah lagu-lagu trash metal dan punk rock.Rambutnya dulu juga pernah gondrong,mungkin juga untuk memadu padankan aksinya selama di panggung.Hobi musik,bila berlebihan,akan menghambat kelancaran studi.

Tertua nomor dua adalah Indro.Badannya tinggi,hampir sama denganku.Tapi badannya proporsional,maksudku,berat badannya seimbang dengan tinggi badannya.Tidak sepertiku yang kurus kerempeng.Lahir dan besar di Surabaya.Ibunya adalah pembuat roti yang ulung.Bila lebaran tiba dan keluarganya mudik ke tempat kakek di Sukoharjo,hampir pasti membawa nastar dalam porsi besar.Kadang juga ibunya memberi uang saku untuk para keponakannya.Bahkan,uang yang diberi ibunya sampai saat ini masih kusimpan,tidak kubelanjakan.Uang itu berjumlah 2000 rupiah yang terdiri atas 20 lembar uang kertas pecahan 100 rupiah.Baru keluar dari bank,bentuknya masih mulus,karena itu sayang bila dibelanjakan,sampai sekarang.

Indro,karena besar di Surabaya,berbeda dengan ketiga anggota lainnya,yang kebetulan berasal dari daerah udik.Dia orang pertama yang menguasai teknik bermain gitar yang baik.Banyak hal baru yang dibawanya ketika mudik lebaran,terutama soal mainan.Yang paling menyenangkan adalah monopoli.Aku yang paling betah berlama-lama dengan mainan ini.Maklum,waktu itu mainanku cuma kelereng dan ketapel.

Berikutnya adalah Kime, adik kandung Kame.Walaupun lebih muda,tapi badannya lebih bongsor dibanding kakaknya.Saat kecil,aku paling sering bermain keluar dengannya.Termasuk kegiatan kami meneliti berbagai macam sarang burung.Dan bila ada burung naas lewat, kami pun tidak segan-segan untuk membidiknya dengan ketapel.Bila hujan tiba,bermain kapal-kapalan.Kapal yang dimaksud adalah bunga tapak dara yang dibalik.Begitu saja lalu kami ikuti sesuai arah aliran selokan.Dan bila memungkinkan,kami balapan dengan kapal palsu itu.

Setelah beranjak dewasa,dirinya kuliah di Jogja mengambil jurusan teknik elektro.Berbeda dengan kakaknya, dia lebih tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan handphone.Mulai dari jual beli,reparasi,sampai isi ulang pulsa.Kesibukannya inilah yang kemudian sedikit banyak menghambat kelancaran studinya.Aku meyakini bahwa orang yang sudah tahu cara mencari uang,akan menimbulkan kemalasan dalam belajar.

Anggota yang terakhir adalah diriku.Kurasa,aku tak perlu lagi menerangkan tetek bengek soal diriku.Karena kalau aku bilang bahwa aku mirip dengan kelakuan Brad Pitt pastilah kalian akan mencemoohkanku sebagai orang yang salah menilai diri.

Minggu, 18 Juli 2010

Tentang Kuda

Hubungan antara suami dan istri bisa dianalogikan dengan hubungan antara kuda dan kusir.Entah simbiosis macam apa jadinya.Tapi demikianlah yang pernah aku dengar,dari seorang bijak bestari,dalam sebuah ceramah umum yang ditujukan bagi para calon pegawai negeri sipil.Nama orang itu,pak Soyo.Pak Soyo bertanya kepada para hadirin,siapa yang jadi kusir dalam keluarga.Ada yang menjawab,yang jadi kusir adalah suami,alasannya karena suami adalah kepala keluarga,yang mana tugas utamanya adalah memimpin keluarga.Tapi ada juga yang berpendapat sebaliknya,alasannya,karena menganggap istri sebagai kuda,yang menarik beban sedemikian beratnya-termasuk kusir tentu saja,adalah hal yang tidak manusiawi.

Pak Soyo,dengan segenap kebijaksanaannya,menjelaskan dengan seksama.Diam-diam,aku tertarik dengan senyumnya.Jika pak Soyo tersenyum,maka akan nampak hampir seluruh giginya,setidaknya sampai gigi geraham pertama.Senyum yang sangat lebar,terlebar yang pernah aku jumpai.

"Kusir dalam rumah tangga adalah istri",demikian pak Soyo mengawali ceritanya.

Kusir,kata pak Soyo,bertugas merawat kuda,yang mana bekerja keras untuk menarik kereta.Kereta itu ibarat biduk rumah tangga,dimana didalamnya ada anak dan istri.Kuda yang kuat dan trengginas, pastilah dipelihara oleh kusir yang baik dan tahu tata cara memelihara kuda.Sedangkan kuda yang kurus kering,loyo,apalagi congekan,menandakan kusirnya tak terlalu peduli dengan kudanya.Mau makan tak peduli,mau mandi tak peduli.Yang pada akhirnya,kuda-kuda pesakitan seperti inilah yang minggat mencari kusir-kusir lain,yang lebih semlohai.

Dan Kawan,kuberi tahu satu hal,setiap kuda pasti diberi kacamata oleh kusirnya,supaya jalannya lurus tidak tolah-toleh."Karena apa,karena setiap kuda adalah binal!",demikian kata pak Soyo.Demi kebaikan,sebaiknya memang setiap kuda harus memakainya.Kalau mata kudanya ternyata juling?Nah aku belum sempat berpikiran sampai di situ.

Kusir,tiap pagi membangunkan kudanya untuk diberi makan.Sama halnya dalam keluarga,ambil contoh keluarga pak tani di desa.Tiap pagi-sebelum suaminya bangun,si istri sudah menyiapkan segelas kopi dan beberapa potong singkong rebus.Setelah sholat Subuh, pak tani sarapan kopi dan singkong itu sebelum berangkat ke sawah.

Kemudian saat makan siang, si istri mengantar jatah makan siang ke sawah.Makanan apa pun,kalau kuda sedang lapar,pasti disikat habis.Dan kalau sudah seperti itu,si kuda harusnya juga tahu diri,tidak malas-malasan dalam bekerja.Di dalam kuda yang kuat,seharusnya terdapat semangat bekerja yang hebat.

Dan salah satu 'kuda' terkuat di dunia, tentu adalah ayahku. Kerja keras banting tulang rawe rawe rantas malang malang putung.Dalam kisah-kisah klasik,ayahku mungkin bisa disejajarkan dengan Hercules.Atau kalau agak modern sedikit bisa dibandingkan dengan si Pitung.Atau kalau hendak dibandingkan dengan kuda sesungguhnya,maka bisa saja mirip dengan kuda jenis Clydesdale yang gagah itu.Atau jenis Percheron yang tangguh bukan buatan itu. Badannya kuat,kulitnya hitam legam,dan konon pernah juara lomba lari.

Sampai akhirnya kuda itu menua,dan kakinya tak selincah dulu.Semangatnya terus menggebu,meringkik-ringkik,walau raga tak lagi kuat menopangnya.Dan kuda itu terhuyung-huyung,lalu sekonyong-konyong tersandung dan kepalanya terjerembab.Dan di saat-saat genting seperti itu,kusir yang baik telah merawatnya dengan sepenuh hati.Walaupun mungkin juga ia tahu,bahwa kuda tua itu takkan bisa diharapkan untuk berlari sekencang dulu lagi.

Kamis, 15 Juli 2010

Fina


Hari ini, 16 Juli 2010, adalah hari ulang tahun Fina.



Rasanya baru saja bertemu dengan seorang mahasiswi bernama Fina.Masih kuingat betul tangannya yang basah saat berjabat tangan dulu,saat pertama kali berjumpa.Seorang gadis berparas elok, badannya tinggi semampai. Rambut panjangnya dikepang, dengan poni menyamping ke kiri, menutupi sebahagian dahinya yang luas. Matanya bulat seperti bola ping pong, kata Iwan Fals. Hidungnya yang datar dan lebar dipadu dengan dagu yang runcing. Di antaranya ada bibir yang mungil, dan bila merekah akan nampak gigi serupa biji mentimun yang tertata sesukanya. Memang tak secantik Kate Hudson, tapi seperti yang aku katakan saat pertama kali aku berjumpa dengannya, dia baik.

Setiap manusia adalah istimewa,sayangnya,tidak semua orang melihatnya.Fina,adalah wanita yang istimewa,setidaknya menurutku begitu.Keistimewaan itu mungkin datang dari kesederhanaannya.Penerimaannya atas diriku yang serba terbatas,seorang lelaki tinggi kurus berkulit gelap yang udik.Dan tak lupa,dia adalah wanita berambut lurus panjang yang sejak dulu kuidam-idamkan.

Kisah menarik biasanya diawali dengan sesuatu yang biasa saja.Siapa sangka pertemuan yang teramat singkat di bandara Juanda itu akan menjadi pangkal dari sebuah untaian kisah yang sangat berarti bagiku. Nasib memang sulit ditebak. Surabaya yang dulunya asing tiba-tiba menjadi sedemikian akrabnya.

Apa yang terjadi seminggu yang lalu seperti mimpi. Saat aku mengucapkan kalimat "saya terima nikahnya Elfina Yuke Krisnawati bla bla bla",sambil menjabat tangan ayahnya. Lalu diikuti pembacaan doa oleh seorang ustadz dan yang lain mengamini.Aku masuk ke suatu tahap kedua kehidupan-demikian pamanku menyebutnya,setelah lahir dan sebelum mati, yaitu menikah!

Dan Kawan, rasanya memang seperti mimpi,ketika aku menjumpai seorang wanita di tempat tidurku, di kamar pengantin itu, dengan senyumnya yang manis. Manis tak terperikan.

Selamat ulang tahun,Fina. Salam sayang selalu.

Kamis, 29 April 2010

Kencan Termahal!

Setelah makan di Kepiting Tambora,Balikpapan,aku sudah tidak pernah makan makanan mahal lagi.Maklum,orang yang tinggal di kampung sepertiku tidak terbiasa makan di restoran.Kalau pun ke warung biasanya makan nasi kucing.Wujud nasi kucing tak lebih dari menu-menu kucing pada umumnya,nasi satu kepal dengan secuil bandeng.Penjual nasi kucing pandai memanipulasi perut pelanggannya.Dengan porsi sedemikian sedikitnya,mustahil seorang manusia dewasa bisa kenyang.Yang jelas perlu tambahan lauk berupa tempe goreng atau sate usus,dan bagi yang biasa makan porsi kuli biasanya bisa sampai menghabiskan dua hingga tiga bungkus.Dengan demikian keuntungan penjual nasi kucing bisa berlipat.

Syahdan beberapa waktu yang lalu aku ditraktir pacar di sebuah restoran nomor wahid.Hanamasa namanya.Dari namanya bisa ditebak kalau menu makanannya berasal dari Jepang.Kami memang sudah lama ingin mencobanya.Setidaknya seumur hidup kami pernah mencobanya barang sekali.Kami datang bertiga: aku,pacarku,dan adik pacarku yang masih berusia 7 tahun.

Di pintu masuk kami disapa dengan sopan oleh wanita berkimono,dan dipersilakan memilih tempat duduk.Di masing-masing meja terdapat tempat untuk memanggang dan semacam kuali untuk merebus.Ada dua macam menu,yaitu yakiniku dan syabu-syabu.Yakiniku terdiri atas daging-dagingan,mulai dari lidah sapi sampai udang.Cara memasaknya dengan cara memanggang,dan itu dilakukan sendiri.Dari sini lah masalah timbul nantinya.Sedangkan syabu-syabu terdiri atas sayur mayur,bakso dan tahu.Cara memasaknya dengan cara merebus di kuali yang sudah disediakan.

"Silakan ambil sepuasnya",kata pelayan dengan santun.
"Sepuasnya?Jadi ambil sebanyak-banyaknya bayar tetap sama kan?"
Pelayan mengiyakan.

Aku lalu mengambil dengan kalapnya.Dengan tarif 80 ribu per orang,aku tak mau rugi.Kuambil segala macam daging yang ada.Satu piring tidak cukup,aku ambil piring kedua.Lalu aku ambil piring ketiga untuk mengambil aneka ragam salad.Pacarku dan adiknya masing-masing mengambil satu piring.Perlu diketahui,daging-daging tadi masih mentah,jadi harus dimasak dulu dengan pemanggang sebelum disantap.Mulanya pelayan yang mengajari,lalu karena sungkan,kami bilang ke pelayan bahwa kami sudah mengerti dan akan memasaknya sendiri.

Seumur-umur aku baru kali ini memanggang daging,jadi tidak tahu apakah dagingnya sudah matang apa belum.Kebanyakan daging yang kumasak belum matang,rasanya masih amis ketika kumakan.Ingin kumuntahkan lagi tapi sungkan dengan pelayan yang sedari tadi mengamati.Harusnya,saus sebelum memanggang dan sesudah memanggang beda,tapi yang kulakukan tidaklah demikian.Jadinya campur-campur,daging yang sudah kupanggang kucelupkan lagi ke saus yang sebelumnya sudah terkena daging mentah.

Begini lah Kawan kalau jadi orang yang tak berilmu.Makan ala Jepang sebenarnya punya tahap-tahapan tertentu,jadi tidak boleh asal-asalan.Makanan pembuka adalah salad.Ada salad Kimuchi, Oi Kimuchi dan Asinan.Dilanjutkan dengan menu utama,berupa daging dan seafood.Cara memasaknya,daging yang mentah dicelupkan dalam saus yang ada wijennya (niku tare),setelah matang dicelupkan lagi ke dalam saus yang tak berwijen (soto tare).Setelah itu bisa langsung disantap dengan nasi putih,memakai sumpit tentunya.Jangan lupa,sesekali minyakilah pemanggang supaya pemanggang tidak gosong seperti yang kami alami.

Aku menduga,pelayan yang sejak tadi mengamatiku sedikit kasihan dengan kebodohanku.Aku sendiri merasa kepayahan dengan acara rebus-makan-rebus ini.Belum lagi jika melihat tulisan yang dipajang di atas meja: "Makanan yang Anda ambil adalah karunia Tuhan,jadi sebaiknya tidak disia-siakan".Sementara piring pertama habis,masih ada piring kedua yang penuh dengan daging mentah.Oh tidak.Kepalaku pusing,mungkin tekanan darahku yang naik atau mungkin kadar kolesterol darah yang melambung tinggi.Atau mungkin beban mental,banyak makanan mahal di depan mata tapi tak mampu menghabiskan.Ingin rasanya dibungkus saja untuk makan di rumah,tapi sepertinya itu tindakan yang tidak terpuji untuk dilakukan di tempat mewah seperti ini.

Akhirnya kami kekenyangan.Ingin beranjak tapi kok tidak tega dengan sisa makanan yang ada.Sementara adik pacarku kapasitas perutnya juga pas-pasan.Tidak sempat pula menikmati hidangan penutup berupa es campur,puding atau pun buah.

Dan waktu membayar pun tiba.Total biaya yang harus dibayarkan 300 ribu lebih.Itu adalah rekor kencan termahal dalam sejarah pacaran kami,dan aku tak berniat untuk memecahkannya dalam tempo dekat.

Selasa, 20 April 2010

Diklat di Jogja

Aku pernah mengikuti beberapa diklat,dan di sana,aku bertemu dengan orang-orang yang benar-benar baru.Dimana-mana aku jumpai tipe orang,yang menurutku,hampir mirip.Selalu ada yang berperan seperti Nurdin si Penyiar Radio,ada Anto si Penjagal Sapi,ada Mamat si Pendiam,ada Mustafa si Alim,dan tak ketinggalan,Andri si Dungu.

Aku katakan penyiar radio karena memang biasanya orang ini gemar berbicara.Gaya bicaranya khas seperti penyiar-penyiar radio,renyah.Lalu ada penjagal sapi yang matanya seram dan bicaranya setengah berteriak.Si pendiam,sesuai namanya,diam saja.Hanya berkata bila mana perlu,tapi sekali bekata pasti lah berbobot.Si Alim tak pernah ketinggalan sholat,dan senantiasa mengutamakan sholat berjamaah.Di dahinya biasanya ada tanda kehitaman,mungkin bekas sujud.Dan terakhir si dungu,yang notabene cuma pelengkap saja.

Saat berkumpul pertama kalinya,akan sulit untuk menebak watak mereka masing-masing.Seiring perjalanan waktu lah kita akan melihat watak asli mereka.Boleh jadi Anto yang seram itu ternyata adalah orang yang sangat-sangat ramah ketika kamu benar-benar mengenalnya.Boleh jadi Nurdin yang cerewet itu sebenarnya orang yang setia kawan.Suatu kekeliruan manakala kita menilai seseorang dari pertemuan pertama.

Kembali ke masalah diklat.Diklat kali ini rencananya berlangsung selama dua minggu.Kegiatan dimulai dari jam 5 pagi dan baru berakhir jam 9 malam.Sungguh sangat melelahkan walaupun kegiatannya lebih banyak dilakukan di dalam kelas,mulai dari ceramah,games,sampai diskusi.Tidak heran,beberapa peserta yang daya tahan tubuhnya kurang bagus langsung jatuh sakit,apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa dengan ruangan ber-AC.Aku sendiri,terkena radang tenggorokan.Untungnya aku membawa obat dari rumah,sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas diklat.

Lain lagi dengan Seto yang mengeluh pinggangnya sakit.Kamar Seto kebetulan bersebelahan dengan kamarku.Kusarankan agar dirinya berobat di klinik.Keluhan mereda setelah minum obat dari dokter,tapi kambuh lagi begitu obatnya habis.

"Gimana?Udah mendingan?",tanyaku.
"Wah..aku tadi malam susah tidur.Sakit sekali..Rasanya seperti ditusuk-tusuk.."
"Nanti coba kamu ke klinik lagi aja setelah makan siang..barangkali dokternya punya obat yang lebih ampuh"

Aku menduga dirinya mengalami kolik renal,penyebabnya kemungkinan batu saluran kemih.Untuk memastikan tentu dibutuhkan pemeriksaan BNO dan urin rutin,yang mana pemeriksaan seperti itu hanya tersedia di rumah sakit.

Tak terasa diklat sudah berjalan seminggu.Sabtu sore para peserta diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.Aku sendiri memutuskan untuk tetap tinggal di asrama.Hari Minggu rencananya kugunakan untuk jalan-jalan di Malioboro.Sakitnya Seto belum juga reda,malah terkesan makin memburuk.Sementara klinik sore itu sudah tutup.

"Kamu mau gak aku suntik?Biasanya setelah disuntik gejalanya mereda."
"Terserah aja lah..yang penting sakitnya ilang..",kata Seto sambil meringis menahan sakit.

Aku pun mencari tumpangan mobil dari peserta yang saat itu bersiap-siap pulang.Waktu itu hujan deras,dan untungnya ada yang bersedia membantu.Apotek terdekat jaraknya kurang lebih 1 km.Aku tanya apakah ada ketorolac untuk injeksi,ternyata tidak ada.Sial.Aku pun hanya membeli obat untuk diminum.

Kami lalu pergi ke apotek yang lain.Dengan baju basah kuyup aku masuk apotek dan bertanya pada penjaga apotek apakah ada ketorolac untuk injeksi.Ternyata ada,tapi untuk membelinya harus memakai resep dokter.Untungnya aku membawa kartu identitas dari Konsil Kedokteran Indonesia.Mukaku mungkin tidak meyakinkan seperti seorang dokter,tapi begitu menunjukkan kartu itu,apoteker langsung percaya bahwa aku ini benar-benar dokter.Aku beli ketorolac 1 ampul,spuit 3 cc 1 buah dan kapas alkohol.

Sekembalinya ke mobil,temanku bilang kalau ada masalah.Aku lihat kiri kanan,tidak ada polisi.Pikirku,mobilnya terkena razia polisi,karena saat itu mobil diparkir sekenanya di dekat lampu lalu lintas.

"Masalahnya apa?",tanyaku.
"Mobilnya mogok".

Sial.

Dia minta aku untuk mendorongnya,kalau mau.Aku sebenarnya enggan.Hujan deras,badan capek,tapi apa boleh buat.Untung mobilnya tak begitu besar jadi tak terlalu berat.Mobil nyala,badanku basah kuyup.

Sesampainya di asrama,Seto masih tergeletak di ranjang.Langsung kusuntik ketorolac intramuskular dan dia kusuruh minum omeprazole.Tak berapa lama dia tertidur.Hari-hari berikutnya keluhannya kelihatannya semakin berkurang.Syukur lah.

Hari Minggu,aku dan beberapa orang temanku pergi jalan-jalan di Malioboro.Di Pasar Beringharjo,yang letaknya di ujung jalan Malioboro,ada jenang enak sekali,pantas untuk dicoba.Ini fotonya.

Selasa, 30 Maret 2010

Novel

Dulu,setidaknya sebelum aku lulus kuliah,aku bukanlah penggemar novel.Mungkin pengaruh keluarga.Ayah ibuku guru,jadi, buku yang pantas untuk dibaca adalah buku yang sekiranya bisa membuat nilai mata pelajaran baik.Sedangkan novel,tidak penting.

Aku baru bisa menikmati novel setelah lulus kuliah dan bekerja di sebuah klinik.Klinik saat itu sepi pasien,jadi ada begitu banyak waktu luang yang tersedia.Selain kugunakan untuk bermain playstation,iseng-iseng aku membaca novel.Nah Kawan,novel pertama yang kubaca adalah Ayat Ayat Cinta mahakarya Habiburrahman el Shirazy.Mengambil setting tempat di Mesir,novel itu menceritakan kisah romantika Fahri dan Aisha.Aku menganggap novel itu sebagai titik awal kesukaanku akan novel selanjutnya.

Dan tak usah kau tanya lagi tentang novel apa yang terbaik.Tetralogi Laskar Pelangi adalah yang terbaik!Bisa jadi karena timing membacanya yang pas,saat aku PTT dan berpetualang di Kalimantan.

Terakhir,novel yang kubaca adalah novel berjudul 'A doctor without borders'.Mengambil setting tempat di Sudan,novel ini bercerita tentang pengalaman penulis,yang juga dokter,selama menjalankan misi di Abyei,Sudan.Sebelumnya aku membeli novel berjudul Perahu Kertas.Dari 434 halaman,aku mandeg di halaman 163.Novel itu sebenarnya bagus.Mungkin masalah selera saja.Aku tak terlalu suka kisah percintaan.

Aku lebih suka membaca kisah petualangan,dan kalau bisa itu pernah dialami oleh si penulis novel.Maka dari itu aku bisa menamatkan tetralogi Laskar Pelangi.Atau buku karya Prof Padmosantjojo yang berjudul 'Aku dan Bedah Saraf Indonesia'.Tapi kalau petualangan itu terlalu fiktif aku tak terlalu suka.Karena itu novel Brisingr-nya Cristopher Paolini sampai sekarang tak tersentuh.Naga terlalu fiktif selain juga novelnya sendiri yang tebalnya lebih mirip bantal.

Jangan tanya juga apakah blog ini juga akan jadi novel nantinya.Aku juga belum terlalu yakin akan hal itu,se-belum yakin-nya aku akan masa depanku sendiri.Menurutku,kisah di blog hanya bisa 'menjual' manakala si penulis menjadi orang sukses.Ambil contoh begini.Oprah Winfrey waktu muda menulis blog,lalu begitu dia menjadi presenter sukses dan terkenal di seluruh jagad ingin membukukan tentang blognya kira-kira apa yang terjadi?Buku itu akan laku keras!Karena menurut pembaca,kisahnya inspiratif.Lain lagi bila Oprah pada akhirnya jadi penjual jamu gendong dan memaksakan untuk membukukan blognya,tentu bukunya nanti takkan selaris jamu yang dijualnya.

Jadi,aku tak mau muluk-muluk.Minimal blog ini bisa dibaca anak cucuku.Biar mereka tahu sepak terjangku sewaktu masih muda,gagah,ganteng,disukai banyak wanita..krik..krik..

Minggu, 14 Maret 2010

Praktek yang Sepi

Badanku letih setelah pulang jaga rumah sakit.Pasiennya makin hari makin ramai saja.Besar kemungkinan ini disebabkan karena turunnya tarif rumah sakit.Lagipula saat ini baru musim demam berdarah.

Dan lagi,akhir-akhir ini aku jarang menulis di blog.Ini berbeda sekali saat aku masih PTT di Kalimantan dulu,di mana aku bisa menulis pengalaman-pengalamanku selama di daerah terpencil.Mungkin karena cuma sedikit yang bisa kuceritakan selama di Wonogiri,maksudku hal-hal yang berkesan untuk ditulis.Ada yang berkesan pun,aku tak mampu menuliskannya ke blog.Mungkin juga semangat ngeblog baru turun.Kawan tentu ingat,apa motivasiku menjadi blogger.Jangan tertawa,karena memang aku menjadi blogger untuk mencari pacar.

Oh iya,aku sekarang sudah buka praktek dokter di rumah,tepatnya sebulan yang lalu.Itu berarti sepuluh bulan setelah aku pulang dari Kalimantan.Berlawanan dengan saat jaga di rumah sakit,pasien yang datang ke rumah sepi,kadang satu pasien per hari,kadang malah tidak ada sama sekali,dan lebih sering tidak ada kalau mau jujur.Kebanyakan pasien yang datang adalah tetanggaku sendiri.Dan beberapa lagi rumahnya agak jauh namun sudah kukenal sebelumnya.Pasien pertama yang datang ke tempat praktekmu adalah kenalanmu,menurutku seperti itu.Dan itu menunjukkan kenalanku tidak lah banyak.

Aku juga sering piket jaga sore,yang berakibat tutupnya tempat praktek.Pasien tentu enggan datang ke tempat praktek yang buka prakteknya saja tidak bisa dipastikan.

Teringat dengan perkataan dosenku saat simposium di Solo beberapa hari yang lalu,dalam rangka pelantikan dokter baru.Dosenku berkata bahwa jadi dokter yang baru buka praktek itu jangan mudah putus asa bila prakteknya sepi,jangan minder dengan dokter-dokter yang sudah senior,yang pasiennya sudah membludak.

Sampai kapan aku akan bertahan?Entahlah.Yang jelas saat ini aku letih dan butuh istirahat.Semoga sore nanti sudah fit dan bisa praktek kembali.

Kamis, 04 Maret 2010

Centang Perenang

Saat itu sudah petang.Ada dua pasien yang baru saja datang ke IGD,kelihatannya tidak terlalu gawat.Aku pun menyempatkan diri untuk sholat maghrib.Sebelum petang,pasien yang datang tidak terlalu banyak.Dan aku berharap semoga setelah petang pun juga demikian,setidaknya sampai jam jagaku selesai.Namun ternyata tidak.

Setelah selesai sholat,aku langsung memeriksa pasien.Ada dua pasien,satu pasien dewasa dan satu lagi pasien anak.Dua-duanya memiliki keluhan yang sama yaitu panas.Akhir-akhir ini memang rumah sakit kebanjiran pasien demam berdarah.Pasien datang biasanya sudah membawa hasil lab darah dengan kadar trombosit di bawah normal.

Selesai memeriksa pasien dewasa dan hendak memeriksa pasien anak tiba-tiba datang banyak orang membawa tiga orang pasien sekaligus.Sepintas kulihat satu orang pasien kepalanya bersimbah darah,satu orang yang menangis dan satu orang yang kedua matanya lebam.Yang paling parah adalah pasien yang kepalanya bersimbah darah.Kesadarannya menurun.

Saat itu aku bekerja dengan dibantu tiga orang perawat.Perawat pertama,Tomi,sedang memasang infus pada pasien dewasa yang panas,jadi tinggal dua yang tersisa.Perawat kedua,Dewi,kemudian kutugasi untuk menangani pasien yang paling berat.Perawat kami sangat terlatih sehingga untuk kasus gawat seperti ini mereka tidak panik.Mereka tahu bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah membebaskan jalan nafas dengan memasang guedel,mengalirkan oksigen lalu memasang infus.Perawat ketiga,Budi,menangani pasien yang matanya lebam.Ternyata banyak luka robek,sehingga dia sibuk untuk membersihkan dan menjahit luka.

Pasien yang menangis ternyata tak kalah gawatnya.Kesadarannya juga menurun.Kepalanya robek di bagian belakang.Belakangan juga diketahui kalau sebelah kakinya patah tulang.Selesai memasang infus pasien panas yang dewasa,Tomi langsung menangani pasien itu.

Masih ada satu pasien,yaitu anak dengan keluhan panas,tapi tidak ada lagi perawat yang tersisa.Tak cuma itu,datang pasien stroke.Lalu pasien asma.Lalu pasien yang minta pemeriksaan EKG.Lalu pasien yang lehernya digigit kalajengking.Lalu datang lagi pasien demam berdarah.Lalu datang lagi dua pasien mengerang kesakitan karena kecelakaan.Sialan.

Dokter punya hak untuk memobilisasi perawat dalam satu rumah sakit,dan itulah salah satu bagian yang paling kusukai.Aku merasa gagah,akhirnya.Dokter punya hak untuk meminta perawat bangsal menjadi tenaga perawat tambahan di IGD,jika memang diperlukan.Dan itulah yang kemudian kulakukan.Kutelfon bangsal satu per satu.

Datang seorang perawat.Kuminta dia untuk menangani pasien asma.Asma jadi prioritas karena melibatkan jalan napas,sehingga harus sesegera mungkin ditangani.Kutanya apakah dia bisa mengoperasikan nebulizer,ternyata bisa.Syukurlah.

Datang lagi seorang perawat.Kuminta dia untuk menangani pasien stroke.Demikian seterusnya.Setiap perawat yang baru datang langsung kuarahkan untuk menangani satu pasien.Saat itu,ruangan lebih mirip pasar daripada IGD,saking banyaknya orang di dalamnya.

Pasien kecelakaan yang mengalami penurunan kesadaran akhirnya kami rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas CT Scan.Maksudnya supaya dapat tertangani dengan lebih baik.Tanpa CT Scan,aku tidak bisa menentukan diagnosis yang tepat.Apakah terjadi perdarahan otak atau tidak,dan bila terjadi perdarahan lokasinya juga tidak bisa diketahui: apakah di epidural,subarachnoid atau di intracerebral.Tanpa diagnosis yang tepat,terapinya juga tidak akan maksimal.

Aku melirik jam,ternyata sudah jam 9 malam.Serta merta datang lagi seorang pasien dengan retensi urin.Oh tidak.

Selasa, 23 Februari 2010

Nikmat yang Terlupakan

Baru merasa memiliki setelah kehilangan?Itu betul sekali Kawan.Banyak contoh yang bisa kita ambil untuk membuktikan keabsahan teorema di atas.Seperti yang kulihat dari kisah seorang pria tua dalam sebuah bus.

Alkisah,aku sedang dalam perjalanan pulang dari Surabaya menuju Solo.Kebetulan aku duduk di barisan kursi paling depan tepat di belakang sopir.Seperti biasa,bus berhenti di daerah Ngawi untuk memberi kesempatan pada penumpangnya untuk makan.Setelah selesai makan,para penumpang diminta kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan.Dan dari sini lah kisah pilu itu dimulai.

Mendadak,ada seorang pria separuh baya yang meminta sopir untuk menghentikan busnya segera.Aku tak tahu pasti alasannya sampai pria itu memegang perutnya sambil meringis kesakitan.Ya,dia diare!

Demi rasa iba,sopir pun menghentikan busnya di pinggiran hutan.Pak tua pun turun dengan tergopoh-gopoh dan langsung melampiaskan hajatnya.Belum ada 5 menit,pak tua sudah kembali masuk ke dalam bus.Aku tak tahu persis dengan apa pak tua itu membersihkan duburnya dengan metode BAB secepat itu.

Lima belas menit pun berselang,pak tua yang sama datang lagi dan memohon kepada sopir untuk berhenti sekali lagi.Lagi-lagi sopir merasa iba dan segera menghentikan busnya.Kebetulan bus sudah masuk daerah perkotaan.Pak tua kebingungan,karena tak ada tempat yang cukup tersembunyi.Karena sudah berada di 'ujung',tanpa pikir panjang pak tua pun langsung melorotkan celananya dan BAB di tempat,tepat di depan bus!

Kondektur bus pun berinisiatif membeli obat anti diare di warung yang masih buka.Pak tua mengucapkan terima kasih dan berkali-kali minta maaf kepada sopir dan kondektur atas ketidaknyamanan yang telah dibuatnya.Dan memang,hampir setiap 15 menit bus berhenti untuk memberi kesempatan pak tua untuk BAB di pinggir jalan.

Betapa pencernaan yang sehat itu mahal harganya.

Rabu, 03 Februari 2010

Benjolan di Lutut

"Mas,aku mau tanya.Ada benjolan di lututku,kira-kira apa ya?",tanya saudaraku.Saudaraku jarang mengeluh soal penyakit, jadi kalau dia sampai mengeluh, tentunya penyakitnya tidak sembarangan.

Aku lalu melihat lututnya,tepatnya lutut sebelah kanan.Memang ada benjolan di situ,besarnya kurang lebih separuh bola pingpong.

"Aku tahunya kurang lebih seminggu yang lalu",kata saudaraku.Lumayan besar untuk benjolan yang berumur seminggu.

Dari perabaan yang kulakukan aku menduga bahwa benjolan itu adalah kista ganglion.Bentuknya bulat,batasnya tegas dan konsistensinya kenyal.Lokasinya juga berdekatan dengan sendi lutut.Tanda-tanda radang seperti nyeri dan kemerahan tidak nampak.Tapi untuk jaga-jaga,kusarankan dia untuk foto rontgen dulu.

Setelah dilakukan foto rontgen di daerah lutut ternyata tulangnya baik-baik saja.Besoknya rencananya konsultasi ke spesialis bedah untuk penanganan selanjutnya.Dokter spesialis bedah menduga itu adalah traumatic cyst.Maka dilakukanlah pungsi pada benjolan itu.Ternyata keluar darah kurang lebih 15 cc, warnanya merah kehitaman.Benjolan pun terlihat kempes.Selanjutnya,lutut saudaraku itu dibebat dengan perban. Maksudnya supaya benjolan yang sudah kempes ini tidak muncul kembali.

"Perbannya bisa dilepas seminggu lagi.Kontrol kalo misalnya ada keluhan saja",kata dokter setelah selesai membebat.

Obat yang diresepkan cuma Na Diklofenak, semacam pereda nyeri.Selanjutnya kami cuma berharap semoga benjolan itu tidak muncul lagi.

Rupanya saudaraku tidak tahan dengan rasa gatal yang timbul akibat pemasangan perban.Belum ada seminggu perban sudah dilepas.Pada awalnya cairan yang nampak sedikit sekali,tapi lama-lama benjolan bertambah besar,bahkan lebih besar dari sebelumnya.

Saudaraku kembali kontrol ke dokter spesialis bedah dan bertanya,apakah tindakan operasi diperlukan untuk kasus semacam ini.Dokter spesialis bedah menjawab bahwa operasi belum diperlukan.Terapi yang dianjurkan adalah pungsi seperti sebelumnya dan pemasangan bebat untuk menghindari terbentuknya dead space.Bila terasa gatal bebat boleh dibuka,tapi selanjutnya segera dipasang lagi.Bila ada cairan sebaiknya dipungsi untuk kemudian dibebat lagi.Demikian seterusnya sampai benjolan tidak muncul lagi.

Sudah hampir sebulan saudaraku membebat kakinya,sepertinya benjolannya tidak muncul lagi.

Senin, 14 Desember 2009

Gagal, Gagal, dan Gagal lagi

Kegagalan adalah cara Tuhan untuk mengingatkan "Anda berjalan di jalan yang salah"
~ Oprah Winfrey



Aku menulis bab ini bukan karena aku sudah sukses, lalu menceritakan bagaimana aku bisa sukses. Bukan seperti itu. Sukses versiku adalah ketika seseorang sudah berkeluarga dan mempunyai anak, lalu anak perempuannya sudah menikah semua dan atau, anak lelakinya sudah bekerja semua. Dan aku, tentu saja masih jauh dari itu.

Tapi sebenarnya, aku sendiri juga bersyukur atas apa yang sudah aku dapat selama ini. Termasuk di dalamnya, kegagalan-kegagalan yang pernah aku alami.

Contoh yang paling akhir, dan paling aku ingat adalah kisah dua tahun yang lalu. Saat itu, aku baru saja putus dengan mantan pacarku. Mantan pacarku tidak terima lalu meneror semua orang yang ada sangkut pautnya denganku, baik itu orang tua, teman maupun dosen-dosenku. Tidak itu saja, dia juga meneror tempat kerjaku! Aku sebenarnya ingin kerja di Jakarta, tapi orang tuaku tidak mengijinkan, terutama ayah. Ayah ingin aku jadi pegawai negeri saja, tidak jauh-jauh dari Wonogiri.

Beberapa bulan aku menunggu lowongan menjadi pegawai negeri, akhirnya kesempatan itu datang juga. Saat itu ada lowongan pegawai negeri di daerah Sragen. Aku mencobanya dengan keyakinan penuh, bahwa aku akan lolos. Tapi nasib berbicara lain, walau aku sukses dalam tes pengetahuan umum sampai psikotes, aku akhirnya gagal dalam tes wawancara. Aku hampir tidak percaya.

Tidak berapa lama kemudian, datanglah kesempatan berikutnya, yaitu lowongan menjadi dosen di almamaterku. Aku melalui tes tertulis tanpa kesulitan yang berarti. Dengan kepercayaan diri yang tinggi serta pengalaman gagal di Sragen, aku menghadapi tes wawancara dengan keyakinan penuh bahwa aku bakal diterima menjadi dosen. Tapi yang terjadi lagi-lagi “kegagalan”. Gagal sekali biasa, tapi gagal dua kali bagiku menyakitkan. Belum lagi menghadapi teror yang dilancarkan mantan pacar. Aku terjepit.

Tapi Tuhan menolongku. Datang pengumuman dari Departemen Kesehatan bahwa akan dibuka kesempatan PTT bagi dokter umum untuk ditempatkan di luar Jawa. Aku mendaftar tanpa sepengetahuan ayah, dan begitu diterima ayah pun melepasku dengan berat hati. Tepat sebulan aku di perantauan, aku mendapat kabar buruk dari Jawa, ayahku kecelakaan dan koma di ICU.

Gagal itu perlu.

Aku bersyukur tidak diterima menjadi pegawai negeri di Sragen dan aku bersyukur tidak diterima menjadi dosen di almamaterku, karena dengan begitu, aku bisa mendapatkan satu tahun yang berharga selama di Kalimantan. Aku mendapatkan banyak hal-hal baru, yang itu mungkin tidak akan pernah aku dapatkan di Jawa dalam rentang berapa tahun pun. Tidak ada satu pun di dunia ini yang didapatkan secara gratis.

Untuk mendapatkan sesuatu, kita harus mengorbankan sesuatu.

Jumat, 04 Desember 2009

Selasa, 01 Desember 2009

Lahirnya Si Bocah Senin Wage

Mengawali chapter 29: Sang Pemimpi, maka aku beberkan sedikit tentang kelahiranku. Orang yang pertama kali kecewa menyaksikan kelahiranku tidak lain adalah ibuku sendiri. Ibu kecewa, karena aku lahir dengan kulit hitam, menuruni warna kulit bapakku.

Aku lahir pada hari Senin Wage, 20 September 1982 bertepatan dengan 1 Besar 1914 Tahun JIMAKIR Windu KUNTARA, atau dalam kalender Hijriyah 1 Zulhijah 1402 H. Neptu-ku berjumlah 8, yang berasal dari penjumlahan Senin (4) dan Wage (4). Wuku JULUNGWANGI, Pangarasan Lakuning Geni, Pancasuda Wasesa Segara, Dina Kuda, Lintang 12 Lintang Akrab (Arab), Pranotomongso KAPAT (19 September - 13 Oktober) dan memiliki Bintang VIRGO (22 Agustus - 22 September).

Sifat-sifat yang sangat menonjol, menurut horoskop Jawa, antara lain dermawan, tidak pelit, suka memberi/beramal, pemurah, ramah, sopan, mudah tersinggung/emosi, peka perasaannya, dan seorang yang pintar.

Sifat-sifat yang lain, masih menurut horoskop Jawa, antara lain disukai/disenangi kawan (banyak orang menyukai/mengasihi), serta banyak teman dan sahabatnya, jujur, terbuka, terus terang, suka menolong / membantu, mudah dimintai bantuan, ringan tangan, pemarah, mudah naik darah, kalau marah berbahaya, suka merusak ataupun susah redanya, mudah kalap, berbudi luhur, luas budinya, cakap, tangkas, terampil, baik hati, mulia, kesucian, pengasih (walaupun kadang-kadang mempunyai sifat kurang mempunyai rasa asih, tak mau kalah & dikalahkan, ingin menangnya sendiri, selalu ingin dikasih lebih, suka kebersihan, suka keindahan, disayang/disenangi atasan/pembesar, bukan tipe pendiam (banyak tingkah), cerewet & banyak bicara, pemaaf, mudah melupakan peristiwa yang menyakitkan hati, berwibawa/punya kepribadian yang berpengaruh, banyak orang yang segan/hormat, bertanggungjawab, mudah terpengaruh/tergoda/terbawa suasana, dan angkuh.

Sifat mudah tersinggung/emosi didapat dari Pangarasan. Pangarasan adalah penggolongan sifat manusia berdasarkan urip, saptawara dan pancawara. Urip, juga disebut dengan neptu. Di beberapa tempat di Jawa, sebutan neptu otomatis sudah merupakan jumlah dari urip saptawara dan urip pancawara. Saptawara adalah tujuh hari dalam seminggu, yaitu Minggu (5), Senin (4), Selasa (3), Rabu (7), Kamis (8), Jum’at (6), dan Sabtu (9). Sedangkan Pancawara adalah hari pasaran, yaitu Legi (5), Paing (9), Pon (7), Wage (4) dan Kliwon (8). Lakuning Geni dalam Pangarasan sifatnya api, artinya temperamental, mudah marah dan naik pitam.

Sedangkan sifat pemurah didapat dari Pancasuda. Pancasuda atau pawisesan adalah penggolongan sifat manusia yang dihitung dari angka-angka khusus yang diberikan kepada saptawara dan pancawara. Wasesa segara artinya pemurah, pemaaf, berwibawa dan bertanggung jawab.


Wuku Julungwangi

Julungwangi (kiri) menghadap Batara Sambu yang memegang umbul-umbul dan
menyanding Jembangan. Burung Kutilang terbang di atas pohon Cempaka.

Ciri-ciri wuku Julungwangi adalah sebagai berikut (lihat pada gambar). Dewa yang menaungi wuku Julungwangi adalah Batara Sambu. Banyak orang suka atas pembawaannya, sehingga orang yang berada di bawah naungan wuku Julungwangi umumnya gampang memperoleh rezeki. Kayunya adalah pohon Cempaka, perwatakannya mempunyai kelebihan dalam hal daya tarik. Burungnya adalah burung Kutilang, wataknya micara, banyak bicara. Menghadap jembangan, wataknya rela atas pemberian dengan harapan supaya tercapai kehendaknya. Membawa umbul-umbul, wataknya dekat dengan kemuliaan dan disegani oleh orang besar.

Sabtu, 28 November 2009

Tempat terFavorit di Rumah

Tempat favorit dari rumahku adalah lantai atas, tepatnya pada bagian teras depan. Bagian itu menghadap ke arah timur. Tempat dimana aku biasa bersantai, melamun, memandang awan sembari merokok. Dari sana aku bisa memandang Gunung Lawu nan gagah serta hamparan hutan kayu putih yang hijau. Jika beruntung, aku juga bisa saja memandang sunrise berujud bola orange yang ada di ufuk timur. Sedangkan jika melihat ke arah selatan maka akan nampak bukit setengah gundul. Gunung Gandul namanya.

Luas teras itu sempit saja, mungkin cuma 2,5 m x 2,5 m. Di sana ada satu pot berisi tumbuhan gelombang cinta. Di sebelah kiri ada pohon mangga yang tak terlalu rimbun daunnya. Di situ seringkali burung-burung bertengger seenaknya sembari melantunkan nyanyian yang aduhai merdunya. Ruangannya yang tenang membuatku bisa berpikir dengan jernih. Tak jarang ide-ide pun muncul di tempat ini. Dan mungkin ide terbesar yang pernah lahir di sini adalah konsep tentang acara orientasi mahasiswa, dimana angkatanku waktu kuliah dulu menjadi panitia.

Saat kuliah dulu, tempat ini menjadi tempat berkumpul teman-teman yang kebetulan main ke Wonogiri untuk memancing di Waduk Gajah Mungkur. Selepas mendapat ikan, entah itu nila atau pun wader, mereka biasanya mampir dulu di rumahku. Ikan-ikan itu kami cuci lalu kami goreng. Ditambah dengan sayur daun singkong buatan ibu, sudahlah cukup untuk mengganjal isi perut. Kami senang sekali waktu itu.

Belajar tablature gitar macam “Nothing Else Matters” nya Metallica sampai “Stairway to Heaven” nya Led Zeppelin pun kulakukan di sini. Selain tenang, ruangan ini pun jauh dari ruang keluarga. Dengan begitu aku tak perlu risau suara gitarku yang aneh dan menyayat-nyayat hati itu akan mengganggu orang lain.

Dan akhir-akhir ini, tempat itu semakin sering kupakai saja. Tinggal mencolokkan modem SMART maka aku bisa internetan sesuka hati, tentu saja dengan ditemani udara yang sejuk dan segar serta kicauan burung nan merdu.


"Gunung (atau bukit?) yang ada di kejauhan itu lah yang namanya Gunung Gandul. Wonogiri, sesuai namanya, memang dikelilingi oleh hutan dan gunung. Foto itu baru saja aku ambil tadi sore dengan kamera handphone. Kamera digitalku rusak dan mungkin butuh waktu agak lama untuk memperbaikinya" :(

Minggu, 08 November 2009

Posting Terbaik Sedunia

Posting ini ditulis oleh pacarku, tanggal 7 November kemarin, sebagai bentuk perayaan ulang tahun ‘jadian’ kami yang pertama. Kusebut itu sebagai posting terbaik sedunia, meskipun tata bahasanya kacau balau. Tapi lihatlah dengan seksama, betapa dia telah menulisnya dengan rasa kasih sayang yang tulus.

Pret! :D

Ok, selamat membaca.

***

Happy Anniversary Petruk-Pindank
by Pindank


Berkenalan dengan seorang pria yang sangat asing, dengan jarak yang begitu jauhnya, dengan penampilan yang tak pernah diduga sebelumnya, dan memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda pula, bahkan saat itu Pindank sempat membenci dan kecewa berat dengannya...Tapi apa mau dikata, jika memang semua itu sudah tertulis dan direncanakan oleh Nya...dan pada akhirnya Pindank pun menjalin hubungan spesial dengan seorang Petruk yang notabene adalah pria asing tersebut yang dikenal belum lama ini, yang saat itu berdomisili ditempat yang jauh dan terpencil, seorang dokter yang jelas profesi itu dibenci olehnya dengan alasan takut minum obat dan seorang yang berperawakan layaknya Wayang Petruk dengan tubuh yang tinggi dan hidung yang mancung, namun itulah kelebihannya, dia juga seorang penulis blog, penulis cerpen, penggoda wanita, dan sangat-sangat menyukai wanita cantik berambut panjang...

Ya...setahun yang lalu tepatnya di tanggal ini 7 November, ketika itu sang Petruk berencana untuk kembali ke desanya dan transit di Surabaya terjadi sesuatu DISINI dan SEPERTI INI. Hal tersebut dilakukan oleh sang Petruk dalam waktu yang begitu singkat, yang sebelumnya singkat juga masa-masa untuk mengenal satu sama lain...alhasil begitulah akhirnya...happy ending memang dan semoga akan happy ending selamanya...Amin...
Ada yang tau kenapa saat itu saya 'terima' cintanya *a.k.a donatnya :p ... Pertama, adalah alasan yang dilematis, karena sang Petruk memberikan options jika Pindank menolak maka ia tak akan pernah kembali untuk menemui bahkan berkomunikasi lagi mungkin...*egois memang, apa mungkin begitu cara berpikir orang yang lebih dewasa dari Pindank, sedangkan Pindank kan masih belia alias ijo royo-royo :D...Kedua, sang Petruk memberikan option untuk memilih warna donat putih *rasa Tiramisu jika saya menerimanya, padahal dari awal beli donat itu memang pilihan saya, dan i love it...*nah curang kan!!...dan terakhir Ketiga, adalah karena memang saat itu Pindank dirasuki rasa penasaran terhadap pria itu, begitu banyak hal-hal yang tak biasa ada pada diri sang Petruk...dan yang terakhir-khir Keempat *kok masih ada!!, karena memang sang Petruk nampak dewasa, setidaknya ada harapan pada diri si Pindank kalau ia menerima cinta sang Petruk maka akan ada orang yang dengan sabar mau digigit dan dipukul *kdrt :D...salah-salah...yang bener adalah akan ada orang kedua yang dapat dijadikan panutan selain ortu, seseorang yang dengan sabar mau mendengarkan keluhan anak abgezz kayak Pindank itu :D, dan menjadi problem solver yang terpercaya...tengkyu sayang...i always love u...oiya...satu lagi, nantinya diharapkan dapat menjadi tulang punggung dan kepala rumah tangga yang bijak...Amin.. :p

Sekarang kita dah menjalani satu tahun masa-masa untuk dapat saling memahami, mengerti, lebih mengenal satu sama lain, saling toleransi, dan saling berbagi meskipun masih dalam konteks 'pacaran'...dan semoga untuk tahun-tahun selanjutnya kita masih bisa bersama seperti setahun ini, dapat menyelesaikan masalah-masalah yang muncul, dapat tetap saling percaya @.@, dan masih saling menyayangi dan mencintai satu sama lain, dan maaf kalau setahun ini aku pernah bikin kamu kesel dan bete :p ...dan harapannya semua ini bukan hanya main-main ataupun coba-coba, semoga ini adalah masa-masa terakhirnya berpacaran, dan kaulah yang terakhir bagiku...Amin...

SELAMAT BUAT KITA SAYANG...SEMOGA TETAP SEPERTI INI SELAMANYA...
ditunggu kedatanganmu...I LOVE YOU...

NB: Sayang..maaf kalo posting sms belom bisa ditampilkan...soale tiba2 program pc suite ku nggak bisa dibuka...piye iki?? @.@ tapi bagaimanapun kamu yang dulu dan yang sekarang, aku masih tetap sayang kamu kok.. ^^, bahkan aku semakin sayang... ;p

Jumat, 30 Oktober 2009

Suami Takut Istri

Kemarin, saat sedang di kantor, aku terlibat pembicaraan dengan dua orang teman kantor, sebut lah namanya Mot dan Mit. Aku yang paling muda, sekaligus yang masih bujang. Yang paling banyak diam, karena memang kurang pengalaman.

“Di keluarga emang yang dominan istrinya ya Pak”, tanya Mit pada Mot. Aku dengan seksama mendengarkan. Berharap dapat pencerahan nantinya. Mit ini, sepanjang yang aku kenal, memang orangnya punya bakat seperti polisi. Canggihnya bukan main kalau masalah interogasi.

Dulu, pernah suatu ketika, saking terpojoknya, aku pulang dari kantor. Tak tahan rasanya dicecar polwan macam Mit. Tetapi Mot ini lebih berpengalaman daripada aku dalam menghadapi cecaran pertanyaan dari Mit.

“Ya gantian dong. Kadang di atas, kadang di bawah”, jawab Mot dengan terkekeh. Aku tahu jurusnya yang satu ini, mengidentifikasikan suatu permasalahan ke masalah mesum. Cara lama, tapi sering berhasil. Tapi Mit tak mau kalah.

“Sampeyan takut ya dengan istri sampeyan?”, Mit memasang jebakan.
“Bukannya takut”
“Lha terus apa kalau gak takut. Dia sering nanya-nanya lagi di mana…trus ama siapa kan?”
“Iya sih”
“Trus?”
“Cowok itu gak selalu takut ama istrinya. Cuma dia takut ribut aja”

Mit menyimak, sekaligus menyiapkan jebakan berikutnya.
“Cewek bersikap dominan karena takut kehilangan suaminya”



Sampai di sini aku lupa pembicaraan berikutnya.

Pesan yang kutangkap adalah, ada perbedaan motif antara cowok dan cewek dalam memperlakukan pasangannya. Suami seringkali dianggap takut dengan istrinya, terutama saat istrinya sedang marah-marah. Sebenarnya tidak selalu demikian. Cowok kurang suka keributan. Ribut pun pasti juga kalah. Kawan tentu ingat, bahwa amunisi kata-kata cewek lebih banyak dari cowok. Jangan lupa itu. Kata Mot, cowok juga lebih takut perkawinan yang telah dibangunnya bubar, dibandingkan cewek. Akhirnya, cowok lebih suka mengalah untuk hal-hal seperti ini. Baginya, banyak hal yang lebih pantas untuk dikerjakan daripada ribut-ribut yang tak jelas juntrungannya. Bagaimana menurut Kawan?

Terakhir, ada kata-kata dari Mot yang cukup menarik untuk direnungkan.

“Cewek itu selalu mampu, tapi gak selalu mau. Cowok itu selalu mau, tapi gak selalu mampu”

Wassalam.

Recent Comments