
Takdir adalah satu dari enam hal yang harus diimani seorang muslim. Dan takdir manusia sudah digariskan 50.000 tahun sebelum manusia itu diciptakan.
Takdir pula lah yang mempertemukan saya dengan mbakyu saya di dunia blogger, mbakyu paling cantik sedunia,
mbak Judith – demikian saya memanggilnya. Dipertemukan oleh Tuhan sekitar bulan Maret 2008 di blognya mas Dony si Putera Daerah. Saya melihat komentar mbak Judith pada postingan berjudul “
Tips Menjadi Seleb Blog” yang berbunyi, “Lha aku wong anyar... babar blas ora mudeng blog, sederhana wae. Salam nggo kota Solo ya mas, aku wis 17 taun ora tindak2 mrono. Blog-mu keren,sopan lan mitayani. Salam dari Swiss”. Komentar yang menarik menurut saya, dan kata yang paling menarik adalah ‘mitayani’: terdengar sangat Solo sekali. Di postingan itu, saya sendiri berkomentar sesuatu yang menjadi visi blog saya: “Tujuan saya ngeblog buat cari istri mas...Kayak Adit ama Ninit tu lho.Kira2 mungkin gak...Hohoho...^o^”.
Dan pada tanggal 7 Maret 2008, saya pun berkunjung untuk pertama kalinya ke blog mbak Judith yang saat itu sedang memposting “
Thunersee…”. Komentar saya waktu itu: “Wah...Mbak Judith...Lam kenal ya mbak...Anda tinggal di Swiss to?Sudah lama?Aku kapan2 pengin ke Eropa ah...Mungkin pas bulan madu...hakhakhak... ^O^ Mbak,kalo maw nyari info tentang kesehatan mampir aj ke blog saya.Moga2 ada manfaatnya.. =) “. Mimpi saya memang Eropa, dan Alpen lah
Edensor saya.
Seingat saya waktu itu mbak Judith hanya punya satu blog,
Matahati namanya. Belakangan blog itu dikhususkan untuk acara masak-memasak, sedangkan hal-hal lain beliau tuangkan pada
Bibliothek (artinya perpustakaan). Tuhan menggariskan, bahwa blog kami lahir pada bulan yang sama, Desember 2007. Saya tidak percaya pada yang namanya kebetulan. Ini adalah pertanda, dan saya bilang kalau ini adalah pertanda yang bagus.
Pada perjalanannya, saya sebenarnya lebih senang membaca artikel di Bibliothek daripada di Matahati. Matahati penuh dengan resep yang tidak pernah saya praktekkan di dapur. Sesekali saya berkomentar pada masakan-masakan yang nyeleh,
Buto Ijo misalnya. Di situ saya berkomentar, “Wah...Kalo mbak judith nyuguh aku buto ijo...Tak pilihi petene mbak...Lalapan favorit di samping jengkol...hakhak.. ^O^”.
Di Bibliothek saya mencoba menyelami pemikiran beliau sebagai seorang wanita dan ibu dari lima orang precil: Pinkan, Andy, Meta, Irdina dan Diaz. Saya baru tahu kalau Pinkan, Diaz dan Irdina lahir di Indonesia dari komentar mbak Judith beberapa waktu yang lalu. Dan saya lihat, Irdina sepertinya cantik…halah….(“Pengin mantu dokter ra mbak?”, kataku dengan mengerlingkan mata).
Dari sekian banyak artikel di Bibliothek, ada satu
artikel yang menarik perhatian saya yang kemudian saya transformasikan menjadi sebuah jurus untuk menggaet wanita: namanya
jurus Jinak-Jinak Merpati. Demikian kiranya deskripsi dari jurus itu:
“Mungkin memang kita akan kecewa banget kalo cinta kita ditolak, begitukah? Aku nggak ngajarin jelek ke temenku. Maju selangkah demi selangkah untuk sebuah cinta, itu adalah strategi dan kendali! Nggak perlu terburu buru mengharapkan orang yang kau cintai merespon cintamu. Bertahanlah terus dan bersikap jinak2 merpati ... ha ha ha! Ketika cintamu bertepuk sebelah tangan, jangan mudah frustasi dan jangan putus asa kalo cintamu ditolak! Kendalikan perasaan cintamu! Introspeksilah, mungkin ada sikapmu yang perlu diperbaiki. Daya tahan kamu terhadap penolakannya bisa menjadi daya tarik tersendiri dihatinya. Keteguhan hatimu akan membuktikan kesungguhan cintamu padanya. Sebagai seorang wanita kita harus lebih bijak dalam bertindak, bertahanlah dalam kelembutan ...
Dilatar belakangi cerita temanku ini, aku jadi tergugah dan ingat2 masa remajaku dulu yang juga pernah cinta bertepuk sebelah tangan! Aku nggak kecewa, cuma tersingung! mungkin mentang2 gua jelek LoL pula! Tapi aku nggak bisa bertingkah agresif. Alangkah lebih baiknya kalo kita bersikap seakan akan mudah dimiliki, tapi sewaktu waktu sulit untuk digapai (rasain lu! ...) dengan cara menunjukkan bahwa kita menyayangi diri kita sendiri, membuktikan betapa berharganya diri kita dan cinta kita. Tidak ada bunga Mawar yang nggak berduri ....”
Pelajaran moral ke sembilan: bila cintamu ditolak, jangan minum Baygon!
Kelemahan nyata dari jurus ini, menurut hemat saya, adalah pada masalah tempo permainan yang begitu lama. Kesabaran adalah syarat mutlak, dan stamina adalah modal utama.
Jurus ini pernah saya aplikasikan pada beberapa cewek. Dan memang, rasanya seperti berhasil pada awalnya. Sampai kemudian mentok pada satu permasalahan:
finishing touch. Bola berhasil saya giring menusuk ke jantung pertahanan lawan dan tinggal berhadapan dengan kiper, tapi kemudian tiba-tiba saya berhenti. Saya terlalu lelah untuk mencetak gol, saya ingin istirahat sejenak!
Permainan yang saya ulur terlalu lama membuat Kumbang lain, yang lebih taktis dalam bergerak, dengan leluasa merebut perhatian si Bunga. Si Bunga sepertinya juga menganggap kumbang pemalas ini tidak serius mendekatinya, dan akhirnya pindah ke lain hati. Kuulangi lagi para Cewek, jurus Jinak Jinak Merpati itu butuh waktu, dan kalian sebaiknya memahami itu sebelum menjalin hubungan dengan saya.
Akhir kisah, hipotesa saya yang kedua tentang cinta diilhami dari SMS kakak sepupu saya waktu saya kuliah dulu. Begini bunyinya:
“Love, just like fishing. To get the best catch, you have to be patient. Keep fighting!”