Namanya Sot. Nama yang sederhana, sesederhana orangnya. Dia adalah seorang satpam sebuah toko. Umurnya sekitar 35 tahun. Sudah berkeluarga dan punya dua anak. Kendaraan yang dipakainya adalah Mio. Sepertinya kendaraan hasil kreditan. Aku melihatnya sebagai orang yang santai. Waktu kutanya, apakah dia tak pindah ke pekerjaan yang lebih baik, dia mengaku sudah puas dengan apa yang didapatnya sekarang. Yang kutahu, istrinya pengangguran. Dan dengan gaji kecil sebagai seorang satpam, tentu harus mengencangkan ikat pinggang supaya kebutuhan keluarganya tercukupi.Mungkin karena ikat pinggang yang terlalu kencang itulah badannya kurus kering.
Aku dekat dengan Sot mungkin karena pembawaan kami yang sama-sama santai. Menurut teman Sot semasa SD dan SMP, Sot ini dulunya terkenal pandai di kelas, tapi juga pendiam. Aku sendiri juga menyayangkan bila dia cuma jadi satpam pada akhirnya. Tapi seseorang bebas menentukan pilihan hidupnya.
"Kamu nanti kalau sudah berkeluarga sebaiknya istrimu juga bekerja, Ndri. Kalau tidak begitu, susah kalau kamu pengin sekolah lagi. Sekolah spesialis butuh uang banyak kan?" nasehatnya pada suatu saat.
Entah sudah berapa kali dia mengatakan bahwa fondasi dari sebuah keluarga adalah ekonomi yang mapan. Dia pernah bercerita perihal temannya yang nekat menikah dengan gadis kaya tanpa persetujuan orang tua. Saat awal pernikahan memang keduanya bahagia, dimana si gadis kaya bisa menerima hidup pas-pasan yang mereka alami. Bulan pun berlalu, si gadis kaya akhirnya bosan juga dengan kondisi ekonomi keluarga yang tak kunjung membaik. Akhirnya dia minta pisah dengan suaminya.
Rupanya, cinta saja tak cukup untuk mempertahankan keutuhan sebuah keluarga.
Quote
Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.
~ Oprah Winfrey
Tampilkan postingan dengan label Teman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teman. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 09 Januari 2010
Sabtu, 12 Desember 2009
1 Tahun Bengawan

Tidak sekali pun ikut kopdar. Jadi boleh dibilang aku cuma penggembira saja di situ. Hanya pernah bertemu dengan Dony dan Panjul, yang notabene adalah dua dari sekian pendiri Bengawan, di wedangan Wandi. Mungkin karena terpaut usia, jadinya tidak terlalu akrab (jadi berasa tua).
Dan hari ini, konon kabarnya adalah setahun komunitas ini berdiri. Aku ucapkan selamat dan semoga anggotanya bertambah banyak, terutama dari kalangan cewek..hehe…Tetap sehat, tetap semangat, sehingga bisa terus memberi manfaat pada sesama. Pareng.
Minggu, 23 Agustus 2009
Dokter PTT Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil
Pluralisme dan Kebhinekaan dalam Kedokteran Indonesia
Sebelumnya, aku ucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga dr Lidya Olivia Pietersz, sejawatku yang sedang menjalankan tugas sebagai dokter PTT di PKM Nuniari, Taniwei, Kabupaten Seram Bagian Barat-Maluku yang meninggal beberapa waktu yang lalu. Konon kabarnya, dokter ini meninggal karena tertembak oknum TNI. Pastilah keluarga yang ditinggalkan menanggung duka yang tak tertanggungkan. Dan aku harap, kejadian ini tidak menyurutkan niat para sejawat untuk menjalankan tugas sebagai dokter PTT di luar Jawa.

Sebelumnya lagi, akan aku jelaskan sedikit tentang dokter PTT ini. Dokter PTT adalah kependekan dari dokter pegawai tidak tetap. Masa kerjanya 1 tahun dan untuk daerah sangat terpencil tertentu cuma 6 bulan saja, selanjutnya bisa diperpanjang. Sepanjang yang aku tahu, penempatan dokter ini sekarang, hampir pasti di luar Jawa. Ini adalah strategi dari Departemen Kesehatan untuk menghindari penumpukan dokter di tanah Jawa. Dengan dibekali insentif secukupnya, para dokter ini diharapkan mampu menerapkan ilmu yang dimilikinya di daerah terpencil dan sangat terpencil yang umumnya belum memiliki tenaga dokter.
Bukan main antusiasnya animo para dokter lulusan baru menyikapi program Depkes yang satu ini. Tidak hanya dokter lelaki saja, dokter perempuan pun tak mau kalah. Tentang hal ini aku kadang berpikir, apakah orang tua mereka tidak cemas terhadap keselamatan anak perempuan mereka di tanah asing. Tapi itu lah perempuan jaman sekarang, apa bisa dicegah. Dipingit sudah bukan jamannya lagi. Tentang motivasi, tentunya beragam. Kenalanku saat PTT di Kalimantan dulu, seorang dokter gigi yang cantik, punya alasan yang sedikit unik. Dirinya memilih Kalimantan supaya bisa PDKT lagi dengan mantan pacarnya. Cinta itu Kawan, rupanya bisa jadi alasan untuk berbuat nekat.
Penduduk di daerah terpencil dan sangat terpencil di luar Jawa sana tentu sangat senang dengan kedatangan para dokter ini. Dulu mungkin orang Papua tidak pernah membayangkan akan kedatangan dokter cantik dari Jakarta dan bakal menyuntik bokong mereka. Dulu orang Kalimantan mungkin tidak pernah bermimpi, suatu saat persalinannya bakal ditolong oleh dokter ganteng dari Wonogiri, tapi demikian lah yang terjadi.
Secara pribadi, aku berterima kasih kepada media blog yang telah menginspirasiku untuk juga mengikuti jejak para sejawat yang sudah terlebih dahulu PTT di luar Jawa. Dari blog, aku mendengar kisah mereka saat harus bersusah payah memahami keluhan pasien, karena bahasa derah yang tak dipahaminya. Atau harus naik perahu berjam-jam untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Saat listrik cuma menyala empat jam dalam sehari, atau harus membeli kelambu supaya tidak tertular malaria dari nyamuk yang jumlahnya milyaran.
Dan dari sini sebenarnya tidak ada lagi yang namanya suku, ras dan agama dalam pelayanan kesehatan. Orang Banjar berobat pada dokter Jawa, orang Bugis berobat pada dokter Bali. Tidak pernah sekali pun ada dokter yang hanya mau mengobati pasien dari sukunya sendiri. Pertanyaan pertama dari dokter adalah “Keluhannya apa?” dan bukan “Dari suku mana?”. Pertanyaan berikutnya adalah “Sejak kapan keluhan itu muncul?”, dan bukan “Agamamu apa?”.
Tidak cuma soal kasus yang aneh-aneh, yang mungkin tidak pernah mereka jumpai pada saat kuliah di Fakultas Kedokteran, tapi para dokter PTT ini juga bisa menikmati pengalaman yang mengasyikkan. Sebut saja dr Luluch yang mendapatkan anggrek daun bulat dari pasiennya saat PTT di Numfor, dr Indra yang melakukan venaseksi untuk pertama kalinya saat PTT di Halmahera Selatan, dr Mita yang menemukan kenyataan bahwa 95 persen penduduk tempat beliau PTT di Yahukimo pernah terjangkit malaria, sampai seorang dokter PTT yang di sela-sela masa kerjanya, sempat-sempatnya belajar menanam mangrove dan membakar ikan tuna segar di tempatnya PTT di daerah Selayar.
Indonesia itu luas, dan kaya dengan kebhinekaannya.
Sebelumnya, aku ucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga dr Lidya Olivia Pietersz, sejawatku yang sedang menjalankan tugas sebagai dokter PTT di PKM Nuniari, Taniwei, Kabupaten Seram Bagian Barat-Maluku yang meninggal beberapa waktu yang lalu. Konon kabarnya, dokter ini meninggal karena tertembak oknum TNI. Pastilah keluarga yang ditinggalkan menanggung duka yang tak tertanggungkan. Dan aku harap, kejadian ini tidak menyurutkan niat para sejawat untuk menjalankan tugas sebagai dokter PTT di luar Jawa.
Sebelumnya lagi, akan aku jelaskan sedikit tentang dokter PTT ini. Dokter PTT adalah kependekan dari dokter pegawai tidak tetap. Masa kerjanya 1 tahun dan untuk daerah sangat terpencil tertentu cuma 6 bulan saja, selanjutnya bisa diperpanjang. Sepanjang yang aku tahu, penempatan dokter ini sekarang, hampir pasti di luar Jawa. Ini adalah strategi dari Departemen Kesehatan untuk menghindari penumpukan dokter di tanah Jawa. Dengan dibekali insentif secukupnya, para dokter ini diharapkan mampu menerapkan ilmu yang dimilikinya di daerah terpencil dan sangat terpencil yang umumnya belum memiliki tenaga dokter.
Bukan main antusiasnya animo para dokter lulusan baru menyikapi program Depkes yang satu ini. Tidak hanya dokter lelaki saja, dokter perempuan pun tak mau kalah. Tentang hal ini aku kadang berpikir, apakah orang tua mereka tidak cemas terhadap keselamatan anak perempuan mereka di tanah asing. Tapi itu lah perempuan jaman sekarang, apa bisa dicegah. Dipingit sudah bukan jamannya lagi. Tentang motivasi, tentunya beragam. Kenalanku saat PTT di Kalimantan dulu, seorang dokter gigi yang cantik, punya alasan yang sedikit unik. Dirinya memilih Kalimantan supaya bisa PDKT lagi dengan mantan pacarnya. Cinta itu Kawan, rupanya bisa jadi alasan untuk berbuat nekat.
Penduduk di daerah terpencil dan sangat terpencil di luar Jawa sana tentu sangat senang dengan kedatangan para dokter ini. Dulu mungkin orang Papua tidak pernah membayangkan akan kedatangan dokter cantik dari Jakarta dan bakal menyuntik bokong mereka. Dulu orang Kalimantan mungkin tidak pernah bermimpi, suatu saat persalinannya bakal ditolong oleh dokter ganteng dari Wonogiri, tapi demikian lah yang terjadi.
Secara pribadi, aku berterima kasih kepada media blog yang telah menginspirasiku untuk juga mengikuti jejak para sejawat yang sudah terlebih dahulu PTT di luar Jawa. Dari blog, aku mendengar kisah mereka saat harus bersusah payah memahami keluhan pasien, karena bahasa derah yang tak dipahaminya. Atau harus naik perahu berjam-jam untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Saat listrik cuma menyala empat jam dalam sehari, atau harus membeli kelambu supaya tidak tertular malaria dari nyamuk yang jumlahnya milyaran.
Dan dari sini sebenarnya tidak ada lagi yang namanya suku, ras dan agama dalam pelayanan kesehatan. Orang Banjar berobat pada dokter Jawa, orang Bugis berobat pada dokter Bali. Tidak pernah sekali pun ada dokter yang hanya mau mengobati pasien dari sukunya sendiri. Pertanyaan pertama dari dokter adalah “Keluhannya apa?” dan bukan “Dari suku mana?”. Pertanyaan berikutnya adalah “Sejak kapan keluhan itu muncul?”, dan bukan “Agamamu apa?”.
Tidak cuma soal kasus yang aneh-aneh, yang mungkin tidak pernah mereka jumpai pada saat kuliah di Fakultas Kedokteran, tapi para dokter PTT ini juga bisa menikmati pengalaman yang mengasyikkan. Sebut saja dr Luluch yang mendapatkan anggrek daun bulat dari pasiennya saat PTT di Numfor, dr Indra yang melakukan venaseksi untuk pertama kalinya saat PTT di Halmahera Selatan, dr Mita yang menemukan kenyataan bahwa 95 persen penduduk tempat beliau PTT di Yahukimo pernah terjangkit malaria, sampai seorang dokter PTT yang di sela-sela masa kerjanya, sempat-sempatnya belajar menanam mangrove dan membakar ikan tuna segar di tempatnya PTT di daerah Selayar.
Indonesia itu luas, dan kaya dengan kebhinekaannya.
Kamis, 28 Mei 2009
Punakawan
Kalau di daerah kelahiran saya Wonogiri, saya mempunyai ‘genk’ bernama Kapak Hitam maka saat masih kuliah saya juga mempunyai genk yang juga beranggotakan empat orang. Keempat orang ini tinggal satu kos. Kami memiliki latar belakang pendidikan yang berlainan. Yang paling tua adalah Semar, yang juga anak dari bu kos kami. Berikut profil singkat dari masing-masing anggota.
Semar
Nama asli: Sarip
Walau umurnya paling tua, tapi justru wajahnya paling imut di antara kami berempat. Kulitnya kuning langsat. Mungkin hanya dia yang rutin membaca blog ini, jadi saya tidak akan mengungkapkan keburukan dia…Hahaha…
Paling suka dengan olahraga bernama motoGP. Game kesukaan dia adalah Road Rash, dan pembalap favoritnya adalah Rhonda the Rash.
Dirinya mengambil jurusan Hukum setelah sebelumnya sempat kuliah di STAIN. Usahanya sehari-hari sangatlah bervariasi. Mulai dari rental komputer, wartel sampai ekspor mete. Yang saya sebutkan terakhir saya kurang tahu itu beneran atau tidak.Tapi yang jelas orangnya baik kok, setidaknya saya bisa hutang kalo nge-print di rental miliknya..Hehe..
Gareng
Nama asli: Nugie
Adalah anggota paling flamboyan di antara kami berempat. Wajahnya paling bersih dan baunya paling wangi. Saya saja tahu pembersih muka bernama Biore ya dari orang ini.
Kalau pas berdua sama saya di kamar topik yang paling banyak dibahas adalah masalah wanita. Bagaimana trik-trik untuk memahami hati wanita dan lain sebagainya. Saya banyak berguru padanya mengenai hal ini. Sebagai imbal balik, saya mengajarkan masalah seksologi kepada beliau…hehe..
Musik kesukaannya tidak jauh-jauh dari Metallica. Tapi Mr Big sepertinya dia juga suka. Satu lagi, dia sangat gemar membaca buku. Dia adalah saingan saya dalam hal kunjungan ke perpustakaan kampus.
Bagong
Nama asli: Via
Nah, kalau ini adalah anggota paling pendek, dan paling lucu. Keistimewaan daripada orang ini adalah gaya tidurnya.
Jika tidur tengkurap dia sering menggoyang-goyangkan betisnya sedemikian rupa, ke kiri ke kanan. Saya pernah mencobanya dan ternyata sensasinya ruar biasa…halah..
Bagong ini teman kuliah-nya Sigit Kapak Hitam. Pernah main sekali ke rumah saya di Wonogiri. Waktu itu dia nekat tiduran di lantai, padahal lantainya dingin. Mungkin dia terbiasa tidur seperti itu, jadi saya biarkan saja. Eh, ternyata paginya dia mencret! Hahaha..
Petruk
Nama asli: Brad Pitt
Orangnya baik, ganteng, tapi suka kentut sembarangan.

Nama asli: Sarip
Walau umurnya paling tua, tapi justru wajahnya paling imut di antara kami berempat. Kulitnya kuning langsat. Mungkin hanya dia yang rutin membaca blog ini, jadi saya tidak akan mengungkapkan keburukan dia…Hahaha…
Paling suka dengan olahraga bernama motoGP. Game kesukaan dia adalah Road Rash, dan pembalap favoritnya adalah Rhonda the Rash.
Dirinya mengambil jurusan Hukum setelah sebelumnya sempat kuliah di STAIN. Usahanya sehari-hari sangatlah bervariasi. Mulai dari rental komputer, wartel sampai ekspor mete. Yang saya sebutkan terakhir saya kurang tahu itu beneran atau tidak.Tapi yang jelas orangnya baik kok, setidaknya saya bisa hutang kalo nge-print di rental miliknya..Hehe..

Nama asli: Nugie
Adalah anggota paling flamboyan di antara kami berempat. Wajahnya paling bersih dan baunya paling wangi. Saya saja tahu pembersih muka bernama Biore ya dari orang ini.
Kalau pas berdua sama saya di kamar topik yang paling banyak dibahas adalah masalah wanita. Bagaimana trik-trik untuk memahami hati wanita dan lain sebagainya. Saya banyak berguru padanya mengenai hal ini. Sebagai imbal balik, saya mengajarkan masalah seksologi kepada beliau…hehe..
Musik kesukaannya tidak jauh-jauh dari Metallica. Tapi Mr Big sepertinya dia juga suka. Satu lagi, dia sangat gemar membaca buku. Dia adalah saingan saya dalam hal kunjungan ke perpustakaan kampus.

Nama asli: Via
Nah, kalau ini adalah anggota paling pendek, dan paling lucu. Keistimewaan daripada orang ini adalah gaya tidurnya.
Jika tidur tengkurap dia sering menggoyang-goyangkan betisnya sedemikian rupa, ke kiri ke kanan. Saya pernah mencobanya dan ternyata sensasinya ruar biasa…halah..
Bagong ini teman kuliah-nya Sigit Kapak Hitam. Pernah main sekali ke rumah saya di Wonogiri. Waktu itu dia nekat tiduran di lantai, padahal lantainya dingin. Mungkin dia terbiasa tidur seperti itu, jadi saya biarkan saja. Eh, ternyata paginya dia mencret! Hahaha..

Nama asli: Brad Pitt
Orangnya baik, ganteng, tapi suka kentut sembarangan.
Rabu, 25 Maret 2009
Aruh Blogger '09

“Acaranya tadi apa saja?”, tanya pria itu.
“Tadi ada pemaparan masalah jurnalistik ama penjelasan masalah cyber crime dari Polda. Mas peserta ya? Asalnya dari mana?”, kata saya.
“Dari Banjarmasin. Sampeyan dari mana?”, kata pria itu.
“Oww…Saya dari Kapuas. Ini nanti kayaknya tinggal pemaparan masalah fotografi”
Saya lalu meninggalkan dia karena saat itu hendak ke toilet sambil berpikir,”Ini orang gimana sih, acaranya dah mau selesai malah baru datang”.
Belakangan saya baru tahu, kalau pria itu ternyata pembicara untuk sesi fotografi. Olala. Dari sini bisa ditarik pelajaran moral ke-tujuhbelas yang berbunyi “don’t judge the book from the cover” yang artinya kurang lebih “di dalam tubuh yang kurus kering bisa saja tersimpan tulang yang besar..hahaha…”
Dalam kesempatan itu saya juga bertemu dengan teman-teman lama dari Banjarbaru yang sudah tak asing lagi. Adalah cumie yang wajahnya mirip Ariel Peterpan bila dilihat dari Arab Saudi dan mancaracat (demikian saya memanggilnya) yang wajahnya Banjar sebenar-benarnya Banjar. “Wah, himungnya ulun kawa batamuan lawan seleb blog nangkaya buhan ikam..hehe…”
Ada pula blogger dari Tugu Pahlawan.Com (TPC) yang menyempatkan diri hadir dari Surabaya. Kalau boleh saya katakan, teman kita yang bernama mas Nopy ini memang benar-benar niat untuk menjadi blogger sejati. “Hebat pol arek iki, adoh-adoh teko Suroboyo mek arep ketemu blogger Kalimantan. Salut rek!”
Lalu ada juga blogger jangkung yang tinggi badannya melebihi tinggi badan saya. Namanya Rezaldo. Bagi yang ingin meminta tips menambah tinggi badan silakan meluncur ke blognya. Ada pula teman-teman dari Fakultas Kedokteran UNLAM, mereka adalah Yoeharto, Arif, Yetty dan Azeli. Bagi yang ingin punya pacar calon dokter silakan berkunjung ke blog mereka.
Dan tidak lupa, cewek-cewek Banjar yang oke punya. Mereka adalah Susan, Benkyo dan Diadan.
Matan kita hagan banua!
Senin, 23 Februari 2009
Lina Y Agen
“PRAJURIT: Prasaja, Jujur, lan Irit”
~ Falsafah Jawa
Seorang wanita berusia 56 tahun sedang melayani pasien yang sedang mendaftar di loket Puskesmas Terusan Tengah, Kapuas.
“Kartu berobatnya dibawa tidak Pak?”, kata Bu Lina.
“Waduh…Kartunya sudah hilang Bu”, kata pasien dengan cengengesan.
“Bapaaaak…Kartu itu penting. Soalnya kartu itu fungsinya untuk mencari arsip pasien. Dengan arsip kan dokternya nanti tahu sakit-sakitnya bapak yang kemarin”, kata Bu Lina sedikit gemas.
“Iya Bu”, kata pasien sambil garuk-garuk kepala seperti halnya anak SD yang lupa mengerjakan PR.
Memang bukan kali ini saja pasien menganggap remeh barang bernama ‘kartu berobat’. Padahal kartu itu penting untuk mencari rekam medik yang jumlahnya ribuan. Bu Lina sendiri terkadang sampai geregetan dengan perilaku pasien seperti ini.
Di lain waktu.
“Sabaaaaarrr….sabarrr…kalau sabar semua kebagiaaaaaan”, kata beliau ketika beberapa orang berebut untuk mendaftar di loket Puskesmas.
“Toh dokternya gak kemana-mana. Iya kalo.”
***
Bu Lina, yang bernama lengkap Lina Y Agen, adalah perempuan tua berperawakan kecil dengan tinggi badan 148 cm dan berat badan sekitar 44 kg saja. Pun sudah tergolong lansia, dirinya masih lincah. Kawan harus tahu, bukan perkara mudah untuk sekedar mencari arsip data berobat pasien yang jumlahnya ribuan itu. “Bu Lina itu hapal nomor pendaftaran sebagian besar pasien lho dok”, kata Cicik yang juga adalah SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat) di Puskesmas kami.
Saya sendiri tidak menyangka bahwa wanita Dayak ini dulunya adalah Kepala Puskesmas pertama di Terusan Tengah. Saat itu, tepatnya pada tahun 1980, beliau pertama kali menjejakkan kaki di Terusan Tengah yang saat itu masih didominasi oleh hutan belantara, tiada listrik, dan jalanan masih berlumpur. Tentu bukan keputusan yang mudah bagi seorang wanita lajang untuk memulai karir sebagai perawat di desa terpencil, jauh dari peradaban, jauh dari sanak saudara. Tapi Bu Lina muda telah memilih jalan hidupnya.
Bu Lina adalah tenaga kesehatan pertama di Terusan Tengah. Dahulu, jabatan rangkap pun beliau emban: sebagai dokter, perawat, bidan sekaligus tenaga administrasi. Entah sudah berapa ratus bayi lahir dengan bantuan beliau. Yang jelas, Bu Lina adalah saksi hidup perkembangan dunia kesehatan di Terusan.
Jodoh pun akhirnya juga beliau jumpai di Terusan. Dirinya menikah dengan pria Dayak yang juga guru SD di desa ini pada tahun 1982. Suaminya lebih muda enam tahun dari beliau. Sekarang beliau sudah memiliki dua anak: Dedem yang Sarjana Pertanian dan Yeyen yang saat ini sedang menempuh kuliah di Palangkaraya.
Suatu sore, saat Bu Lina sedang membersihkan pekarangan rumah, saya bertanya kepada beliau.
“Apa yang membuat Bu Lina betah tinggal di Terusan ini”, kata saya. Perlu juga Kawan ketahui bahwa beberapa pegawai di Puskesmas sudah mengajukan pindah, padahal baru beberapa tahun bekerja di desa terpencil ini. Rata-rata mereka tidak kerasan karena tinggal berjauhan dengan suami.
“Di mana pun kita berada, asal kita pasrah pada Tuhan, maka kita tidak akan kekurangan Pak. Rejeki itu mesti ada”, kata beliau.
“Saya tenang tinggal di sini, soalnya tidak banyak keinginan untuk membeli barang ini itu”, lanjutnya.
Bu Lina juga pernah mengatakan bahwa perkembangan desa Terusan memang cenderung lambat, kalau tidak mau dikatakan jalan di tempat. Pekerjaan mayoritas penduduk yang hanya petani membuat penduduk hanya memiliki penghasilan pas-pasan, artinya tidak mempunyai uang lebih untuk membeli barang-barang mewah. Jalan ‘protokol’ desa yang menghubungkan antar blok pun tidak banyak berubah dari dulu, masih saja berlumpur bila hujan deras tiba.
Selain bekerja di Puskesmas, Bu Lina juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai petani. Dirinya memiliki sawah, meskipun tak terlalu luas. Beliau bersama suami yang mengerjakan sawah itu. “Hasilnya cukup untuk makan setahun Pak…jadinya uang gaji tetap utuh”, kata beliau sambil terkekeh.
Dua puluh sembilan tahun Bu Lina mendarma baktikan ilmu kesehatan yang diperolehnya untuk masyarakat transmigran di Terusan Tengah, yang notabene mayoritas adalah etnis Jawa. Tinggal jauh dari etnisnya sendiri yang kebanyakan tinggal di daerah hulu sungai sana. Dan bulan April nanti, beliau sudah memasuki masa pensiun.
Lina Y Agen, wanita Dayak Mayan beragama Kristen, perintis pembangunan di bidang kesehatan di suatu desa yang mungkin tak pernah Anda jumpai di peta, rupanya sudah paham betul makna “nrimo ing pandum” dalam sanubarinya. Ternyata Kawan, tidak harus menjadi orang Jawa untuk menjadi orang baik.
* Artikel ini diikutkan dalam lomba penulisan ‘wanita sumber inspirasi’ yang diadakan oleh PT Tupperware Indonesia.
~ Falsafah Jawa
Seorang wanita berusia 56 tahun sedang melayani pasien yang sedang mendaftar di loket Puskesmas Terusan Tengah, Kapuas.
“Kartu berobatnya dibawa tidak Pak?”, kata Bu Lina.
“Waduh…Kartunya sudah hilang Bu”, kata pasien dengan cengengesan.

“Iya Bu”, kata pasien sambil garuk-garuk kepala seperti halnya anak SD yang lupa mengerjakan PR.
Memang bukan kali ini saja pasien menganggap remeh barang bernama ‘kartu berobat’. Padahal kartu itu penting untuk mencari rekam medik yang jumlahnya ribuan. Bu Lina sendiri terkadang sampai geregetan dengan perilaku pasien seperti ini.
Di lain waktu.
“Sabaaaaarrr….sabarrr…kalau sabar semua kebagiaaaaaan”, kata beliau ketika beberapa orang berebut untuk mendaftar di loket Puskesmas.
“Toh dokternya gak kemana-mana. Iya kalo.”
***
Bu Lina, yang bernama lengkap Lina Y Agen, adalah perempuan tua berperawakan kecil dengan tinggi badan 148 cm dan berat badan sekitar 44 kg saja. Pun sudah tergolong lansia, dirinya masih lincah. Kawan harus tahu, bukan perkara mudah untuk sekedar mencari arsip data berobat pasien yang jumlahnya ribuan itu. “Bu Lina itu hapal nomor pendaftaran sebagian besar pasien lho dok”, kata Cicik yang juga adalah SKM (Sarjana Kesehatan Masyarakat) di Puskesmas kami.
Saya sendiri tidak menyangka bahwa wanita Dayak ini dulunya adalah Kepala Puskesmas pertama di Terusan Tengah. Saat itu, tepatnya pada tahun 1980, beliau pertama kali menjejakkan kaki di Terusan Tengah yang saat itu masih didominasi oleh hutan belantara, tiada listrik, dan jalanan masih berlumpur. Tentu bukan keputusan yang mudah bagi seorang wanita lajang untuk memulai karir sebagai perawat di desa terpencil, jauh dari peradaban, jauh dari sanak saudara. Tapi Bu Lina muda telah memilih jalan hidupnya.
Bu Lina adalah tenaga kesehatan pertama di Terusan Tengah. Dahulu, jabatan rangkap pun beliau emban: sebagai dokter, perawat, bidan sekaligus tenaga administrasi. Entah sudah berapa ratus bayi lahir dengan bantuan beliau. Yang jelas, Bu Lina adalah saksi hidup perkembangan dunia kesehatan di Terusan.
Jodoh pun akhirnya juga beliau jumpai di Terusan. Dirinya menikah dengan pria Dayak yang juga guru SD di desa ini pada tahun 1982. Suaminya lebih muda enam tahun dari beliau. Sekarang beliau sudah memiliki dua anak: Dedem yang Sarjana Pertanian dan Yeyen yang saat ini sedang menempuh kuliah di Palangkaraya.
Suatu sore, saat Bu Lina sedang membersihkan pekarangan rumah, saya bertanya kepada beliau.
“Apa yang membuat Bu Lina betah tinggal di Terusan ini”, kata saya. Perlu juga Kawan ketahui bahwa beberapa pegawai di Puskesmas sudah mengajukan pindah, padahal baru beberapa tahun bekerja di desa terpencil ini. Rata-rata mereka tidak kerasan karena tinggal berjauhan dengan suami.
“Di mana pun kita berada, asal kita pasrah pada Tuhan, maka kita tidak akan kekurangan Pak. Rejeki itu mesti ada”, kata beliau.
“Saya tenang tinggal di sini, soalnya tidak banyak keinginan untuk membeli barang ini itu”, lanjutnya.
Bu Lina juga pernah mengatakan bahwa perkembangan desa Terusan memang cenderung lambat, kalau tidak mau dikatakan jalan di tempat. Pekerjaan mayoritas penduduk yang hanya petani membuat penduduk hanya memiliki penghasilan pas-pasan, artinya tidak mempunyai uang lebih untuk membeli barang-barang mewah. Jalan ‘protokol’ desa yang menghubungkan antar blok pun tidak banyak berubah dari dulu, masih saja berlumpur bila hujan deras tiba.
Selain bekerja di Puskesmas, Bu Lina juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai petani. Dirinya memiliki sawah, meskipun tak terlalu luas. Beliau bersama suami yang mengerjakan sawah itu. “Hasilnya cukup untuk makan setahun Pak…jadinya uang gaji tetap utuh”, kata beliau sambil terkekeh.
Dua puluh sembilan tahun Bu Lina mendarma baktikan ilmu kesehatan yang diperolehnya untuk masyarakat transmigran di Terusan Tengah, yang notabene mayoritas adalah etnis Jawa. Tinggal jauh dari etnisnya sendiri yang kebanyakan tinggal di daerah hulu sungai sana. Dan bulan April nanti, beliau sudah memasuki masa pensiun.
Lina Y Agen, wanita Dayak Mayan beragama Kristen, perintis pembangunan di bidang kesehatan di suatu desa yang mungkin tak pernah Anda jumpai di peta, rupanya sudah paham betul makna “nrimo ing pandum” dalam sanubarinya. Ternyata Kawan, tidak harus menjadi orang Jawa untuk menjadi orang baik.
* Artikel ini diikutkan dalam lomba penulisan ‘wanita sumber inspirasi’ yang diadakan oleh PT Tupperware Indonesia.
Kamis, 30 Oktober 2008
Kiriman dari Paris

Saat sedang naik taksi air dari Kapuas menuju Terusan Tengah, saya mendapat SMS dari ibu saya di Jawa. Kata beliau, saya mendapat kiriman dari Paris. Ketika saya membaca SMS itu saya tersenyum. Alasan pertama kenapa saya tersenyum adalah, saya bangga karena ibu saya yang gaptek bukan buatan itu akhirnya bisa menulis SMS juga. Alasan kedua, apalagi kalau bukan karena perasaan senang. “Akhirnya nyampai juga kiriman dari mbak Lisa”, batin saya.
***
Saya menemukan mbak Lisa seperti halnya saya menemukan mbak Judith. Prosesnya sama persis. Jika saya menemukan mbak Judith dari blognya mas Dony, maka saya menemukan mbak Lisa dari blognya mbak Dyah.
Dan lagi, saya menemukan blog mas Dony seperti halnya saya menemukan blognya mbak Dyah. Pertemuan itu diawali dengan apa yang saya sebut sebagai Blog Search. Begini ceritanya…
Saat awal-awal blogging, saya memiliki sebuah protap (prosedur tetap) blogging. Mula-mula, saya menulis sebuah artikel dalam blog. Biasanya artikel yang saya tulis itu berhubungan dengan masalah kesehatan dan atau kedokteran. Selanjutnya, saya mencari blog yang sesuai dengan tema artikel yang saya tulis tadi melalui sebuah fasilitas internet bernama Blog Search. Saya ingat betul, blog Putera Daerah saya temukan saat saya sedang posting tentang insomnia, dan blog mbak dyah saya temukan saat saya sedang posting tentang urtikaria.
Protap itu saya jalankan dengan harapan bahwa saya akan mendapatkan umpan balik dari blog yang saya beri komentar. Artinya, saya ingin berdiskusi tentang masalah itu. Sebenarnya, hingga kini pun saya ingin menjalankan protap itu. Apa daya, waktu sehari hanya terdiri atas 24 jam, dan saya tidak punya cukup waktu untuk Blog Search dengan kondisi saya sekarang ini.
Mbak Lisa adalah salah satu pengunjung Dunia Aqila, blognya mbak Dyah. Tanggal 25 Februari 2008 adalah saat dimana saya pertama kali berkunjung, melalui sebuah ketertarikan terhadap foto profil yang kala itu bergambar penari Bali. Pelajaran moral ke-duabelas : buat lah foto profil Anda semenarik mungkin jika ingin traffic ke blog Anda naik. Memajang foto gadis berambut lurus panjang menurut saya patut dicoba.
Saat itu mbak Lisa sedang posting tentang ulang bulan anaknya, Celia, yang saat itu genap berumur 1,5 tahun. Posting tentang ulang bulan berikut perkembangan yang telah dicapai si kecil Celia – baik motorik maupun bahasa, adalah ciri khas blog mbak Lisa yang pertama.

Selain seorang ibu yang memperhatikan perkembangan anaknya dan juga blogger yang berbahasa gado-gado Indonesia-Perancis, mbak Lisa juga adalah fotografer yang patut diperhitungkan karya-karyanya. Hasil-hasil fotonya sangat enak dilihat, setidaknya lebih enak dilihat dari foto-foto di blog saya yang kebanyakan diisi oleh wajah monyet si pemilik blog, dan penis tentu saja. Dari Une Nouvelle Vie Anda bisa mengetahui tempat-tempat yang layak dikunjungi bila sekali waktu hendak jalan-jalan ke Paris. Tidak hanya foto, tapi juga deskripsi singkat tempat tersebut, dan bahkan peta! Simak saja…
“Voguéo adalah salah satu pelayanan transport umum sungai Seine. Pelayanan Voguéo ini dimulai sejak akhir juni kemarin. Kapalnya berbentuk Catamaran dg kapasitas 75 orang. Kalo mau, kita juga bisa berdiri dibelakang. Rutenya melayani 4 perhentian di timur paris: Austerlitz - Bercy - Ivry - Maisons Alfort. Harga tiketnya 2 kali harga tiket metro, 3 euro per orang. Kalo punya tiket abonemen metro, tidak perlu bayar lagi.”
Informasi wisata Perancis, adalah ciri khas blog mbak Lisa yang ketiga.
Sebagai penutup, saya ingin mengajukan sebuah permohonan kepada mbak Lisa:
(posisi jongkok dengan tangan menengadah, sambil berlinangan air mata)
“Mbak Lisa…jika saya nanti bulan madu ke Paris bersama istri saya…maka ijinkan lah saya menumpang di rumah Anda. Merci.”
Bonne journée!

Jumat, 10 Oktober 2008
Hari Ini Hari Jum’at

***
Hari ini saya bangun di kota Surabaya jam 05.15, oleh ringtone SMS dari seorang teman dekat, Elfina. Sehari sebelumnya, tepatnya malam sebelum tidur, kami merencanakan pergi ke suatu tempat yang ada hot spot-nya. Ini sehubungan dengan keinginan saya sebagai orang udik untuk menjajal hot spot di Surabaya. Nah, kami selanjutnya jadian, eh salah maksudnya janjian untuk bertemu di Taman Bungkul*.
Sesampainya di Taman Bungkul, dengan diantar dr Freddy yang baik hati, ternyata hot spot-nya tidak bisa dipakai. Plan A gagal.
Misi pun beralih ke Plan B: gunakan hot spot di kampus Unair, kali ini saya gantian menumpang Fina. Waktu itu jam 07.30. Dan ternyata, di kampus Fina pun, kami tidak bisa memakai laptopnya. Ini dikarenakan laptopnya kehabisan baterai sementara kata Fina listrik di area itu baru menyala jam 08.00. Plan B juga gagal.
Misi pun beralih ke Plan Z. Kenapa tidak memakai Plan C dan seterusnya? Karena jam 10.00 saya harus pergi ke bandara Djuanda. Jadwal penerbangan saya adalah jam 13.00, dan saya ingin tiba di bandara jam 11.00 secara hari ini hari Jum’at, saya harus menunaikan ibadah sholat Jum’at.
Dan Plan Z pun ternyata membawa berkah. Pertama, walaupun cuma 1,5 jam (08.00 – 09.30), saya bisa deket-deket dengan Fina. Ingin rasanya memegang jemari tangannya. Tapi sayang, hari ini hari Jum’at. Hari Jum’at adalah hari suci, dan bagi yang cemburu dengan kelakuan saya di atas, silakan segera makan bakso, karena bakso bisa bikin perut Anda kenyang.
Kedua, bisa berkenalan dengan teman-teman Fina yang aduhai cantiknya, berambut lurus panjang tentunya. Oh Tuhan, terima kasih. Mereka ini adalah para mahasiswi Psikologi Unair yang tergabung dalam ‘geng’ bernama Suaka Winna Winna*.
Anggotanya ada enam orang, empat di antaranya adalah Fina si ikan pindang, Kuro Ijo si kura-kura, Kwek si bebek dan Teblong si katak. Dua anggota yang lain belum teridentifikasi.
Sempat terhenyak juga waktu masuk PMPM*, secara isinya kebanyakan cewek-cewek cantik! Mimpi saya untuk sekolah S2 di luar negeri pun buyar seketika. Saya ingin sekolah S2 di Unair saja, kalau bisa hari ini juga. Sayangnya, hari ini saya harus ke Kalimantan.
Jam 10.00 saya dijemput oleh dr Freddy yang sekali lagi, baik hati, untuk berangkat menuju ke Bandara Djuanda. Dan sesampainya di sana, saya sudah ditunggu oleh kolega saya yang PTT di Tamban Catur, dr Mida namanya. Dan dari Mida inilah, saya tahu bahwa ternyata pesawat berangkat jam 14.00, dan bukan jam 13.00. Serasa tidak percaya, saya lalu membuka kembali tiket saya, ternyata di situ tertulis 13.55. Yang saya baca cuma angka 13-nya saja!
Penerbangan kali ini lumayan berkesan bila dibandingkan tiga minggu yang lalu dengan maskapai yang sama – Mandala Air. Dirut Mandala mungkin membaca blog saya karena ternyata pramugari-pramugari kali ini lebih menarik. Acara penerbangan pun berjalan menyenangkan: suhu kabin-nya pas, jarak antar kursi yang lumayan longgar hingga kaki saya bisa selonjoran dan tentu saja majalahnya yang sangat artistik.
Dan pada akhirnya saya tiba di Banjarmasin. Sempat tidak percaya juga karena cuaca hari itu sangat sangat panas, mirip dengan Solo. Sampai seorang sopir taksi berkata,”Tunggu di sini sebentar lah…”.
Kata “lah” dengan logat Banjar yang khas menyadarkan saya, bahwa kaki saya ternyata sudah menginjak bumi Kalimantan.
* Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyebutan nama.
Update
Sabtu, 18 Oktober 2008

Enam bidadari turun ke Bumi untuk belajar mata kuliah psikologi di Unair, Surabaya. Gambar diambil dari [link]

Senin, 06 Oktober 2008
Kapak Hitam
"Many people will walk in and out of your life, but only true friends will leave footprints in your heart"
~ Eleanor Roosevelt quotes
Bertemu sahabat-sahabat lama terkadang mengasyikkan. Saya katakan ‘terkadang’, karena tidak semua sahabat kita di masa lalu memiliki hubungan yang akrab dengan kita. Terlebih lagi bila bertemu dengan sahabat lama yang besar mulut, menceritakan kisah-kisah kesuksesannya sampai berbusa-busa. Oh Kawan, ingin rasanya saya ke Singapura…lho?
Dan alangkah beruntungnya saya masih memiliki sahabat-sahabat lama yang ramah. Mereka, bersama saya, adalah empat orang pecundang yang tergabung dalam kelompok tanpa bentuk bernama Kapak Hitam. Nama Kapak Hitam tidak ada sangkut pautnya dengan Kapak Merah, terkecuali dalam satu hal: punya masalah dalam hal sopan santun. Beberapa waktu lalu, masih dalam suasana lebaran, kami berkumpul. Apalagi kalau tidak ngerumpi, membicarakan gosip-gosip terbaru tentang nasib teman-teman se-angkatan kami.
Anggota ‘geng’ ini adalah:
Sigit
Nama beken : Kriyip, Pak Ogah. Nama Kriyip disematkan kepadanya dikarenakan matanya yang sipit.
Status : JoJoBer (Jomblo-Jomblo Berhadiah)
Pekerjaan: Buruh pabrik singkong. Katanya sih di bagian ‘nursery’ atau pembibitan pohon singkong milik PT Sampoerna. Pekerjaan ini baru ditekuninya semenjak tiga bulan yang lalu. Sebelumnya dia sempat memiliki usaha ternak ayam, tapi sepertinya gulung tikar.
Sigit adalah orang yang periang, suka melucu dan jago ‘ngoso’. ‘Ngoso’ berasal dari bahasa Jawa, artinya membuat seseorang jadi bahan tertawaan. Dalam kelompok, dia adalah ketua kami. Ini tidak lain karena prestasinya dalam Playstation, ‘olahraga’ favorit kami selain badminton dan karambol. Dia adalah jawara dalam game Winning Eleven (salah satu game favorit dalam Playstation berupa permainan sepak bola).
Saat kuliah dulu, dia dan Beni (teman SMA juga, tapi kuliah di Fakultas Hukum) adalah orang-orang yang seringkali menginap di kos saya. Tidak jarang kami bertiga pulang larut malam sehabis dari main bilyard.
Dibanding 6 bulan yang lalu (terakhir kami bertemu saat saya hendak pergi ke Kalimantan), badannya bertambah besar 1,5 kali lipat! Satu hal yang sepertinya belum berubah, dia tidak memiliki pacar. Satu-satunya kisah cinta yang saya dengar dari dirinya adalah saat kami berdua masih kuliah di UNS. Saat itu dia pernah sangat mencintai teman sekelasnya, tapi dia tak pernah mengungkapkannya. Ada yang berminat? Ketik reg (spasi) sigit, kirim ke kutub utara.
Agus
Nama beken : Glen, Helm. Kenapa Glen? Karena wajahnya mirip Glen Fredly (setelah ditempeleng orang satu kampung). Sedangkan dipanggil Helm karena model rambutnya yang mirip dengan helm batok (tolong bayangkan sendiri).
Status : berkeluarga dan sudah memiliki anak laki-laki berumur 3 bulan.
Pekerjaan : PNS di Perhutani. Kantornya di Palu, Sulawesi tengah.
Di antara keempat pecundang, anak ini saya rasa adalah yang paling ‘lurus’ jalannya, tidak neko-neko dan berasal dari keluarga yang paling mengerti sopan santun di antara kami. Ayahnya adalah teman sekolah ibu saya, dan ibunya adalah teman sekolah bapak saya. Keduanya dari Sukoharjo. Rumah kakek-neneknya juga masih satu desa dengan rumah kakek-nenek saya, di Sukoharjo juga.
Dalam hal Playstation, dia ada ada di posisi dua di bawah Sigit. Karena alasan itu, dia mendapat jabatan sebagai wakil ketua di kelompok kami. Satu lagi, dia punya adik yang sangat cantik. Sekarang baru kuliah di jurusan Psikologi UMS. Ada yang berminat? Silakan ketik reg (spasi) adiknya agus, lalu kirim ke planet Jupiter.
Budi
Nama beken : sepertinya tidak punya. Dia sepertinya ingin dipanggil Sam, tapi kami tak pernah memanggilnya seperti itu. Kasian deh lu…
Status : In A Relationship (menurut kabar yang beredar sih begitu, secara dia agak tertutup untuk persoalan asmara).
Pekerjaan : Programmer. Saat ini sedang mengerjakan proyek, katanya. Saya pribadi menganjurkan ke dia untuk membuka usaha sendiri di Wonogiri. Usaha itu berupa warnet yang dilengkapi dengan kafe berfasilitas hotspot. Selain itu juga membuka reparasi komputer dan jualan voucher handphone. Ide saya brilian kan?
Dia adalah anggota kelompok paling kaya. Bapaknya adalah seorang camat. Rumahnya paling mewah di antara kami, jadinya kami sering berkumpul di rumahnya. Apalagi keluarganya royal dalam hal makanan. Jika hendak main ke rumah Budi, saya sengaja tidak makan dari rumah (maksudnya supaya bisa menampung makanan dari Budi sebanyak mungkin). Prinsip ekonomi: bagaimana caranya supaya dengan modal sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya…halah…
Saat SMA dulu, di antara kelompok kami, dia adalah satu-satunya yang memiliki komputer. Kami sempat membuka usaha pengetikan dan penjilidan juga lho…Tepatnya saat ada tugas membuat karya tulis ilmiah. Walaupun keuntungan yang didapat belum bisa dikatakan lumayan. Jabatannya dalam kelompok kami: sekretaris.
Andri
Nama beken : m*l*n, semacam buah. Nama ini saya dapat sejak SMP. Kata teman-teman, itu karena kepala saya paling besar di antara mereka. Paling besar, dan paling manis tentunya.
Diantara keempat anggota, saya dan Budi adalah yang paling lemah dalam hal Playstation, jadinya urutan 3 dan 4 adalah posisi langganan kami. Jabatan saya dalam kelompok : wakil sekretaris merangkap sie pubdekdok.
Saya, Budi dan Agus saat SMA dulu satu kelas, yaitu kelas 3 IPA 1. Budi sendiri adalah teman sebangku saya. Sedangkan Sigit ada di jurusan IPS, tepatnya di kelas 3 IPS 3.
Kegiatan non kurikuler yang paling berkesan saat SMA mungkin saat Liga Sepakbola Antar Kelas. Saat itu, saya diberi jabatan sebagai kiper, Budi sebagai bek kanan dan Agus dipasang sebagai bek kiri. Tiga orang di lini belakang ini dijuluki Trio Kwek Kwek, saking payahnya. Dalam 5 pertandingan saja, kami kebobolan 10 gol!Hmpf…
~ Eleanor Roosevelt quotes
Bertemu sahabat-sahabat lama terkadang mengasyikkan. Saya katakan ‘terkadang’, karena tidak semua sahabat kita di masa lalu memiliki hubungan yang akrab dengan kita. Terlebih lagi bila bertemu dengan sahabat lama yang besar mulut, menceritakan kisah-kisah kesuksesannya sampai berbusa-busa. Oh Kawan, ingin rasanya saya ke Singapura…lho?
Dan alangkah beruntungnya saya masih memiliki sahabat-sahabat lama yang ramah. Mereka, bersama saya, adalah empat orang pecundang yang tergabung dalam kelompok tanpa bentuk bernama Kapak Hitam. Nama Kapak Hitam tidak ada sangkut pautnya dengan Kapak Merah, terkecuali dalam satu hal: punya masalah dalam hal sopan santun. Beberapa waktu lalu, masih dalam suasana lebaran, kami berkumpul. Apalagi kalau tidak ngerumpi, membicarakan gosip-gosip terbaru tentang nasib teman-teman se-angkatan kami.
Anggota ‘geng’ ini adalah:

Nama beken : Kriyip, Pak Ogah. Nama Kriyip disematkan kepadanya dikarenakan matanya yang sipit.
Status : JoJoBer (Jomblo-Jomblo Berhadiah)
Pekerjaan: Buruh pabrik singkong. Katanya sih di bagian ‘nursery’ atau pembibitan pohon singkong milik PT Sampoerna. Pekerjaan ini baru ditekuninya semenjak tiga bulan yang lalu. Sebelumnya dia sempat memiliki usaha ternak ayam, tapi sepertinya gulung tikar.
Sigit adalah orang yang periang, suka melucu dan jago ‘ngoso’. ‘Ngoso’ berasal dari bahasa Jawa, artinya membuat seseorang jadi bahan tertawaan. Dalam kelompok, dia adalah ketua kami. Ini tidak lain karena prestasinya dalam Playstation, ‘olahraga’ favorit kami selain badminton dan karambol. Dia adalah jawara dalam game Winning Eleven (salah satu game favorit dalam Playstation berupa permainan sepak bola).
Saat kuliah dulu, dia dan Beni (teman SMA juga, tapi kuliah di Fakultas Hukum) adalah orang-orang yang seringkali menginap di kos saya. Tidak jarang kami bertiga pulang larut malam sehabis dari main bilyard.
Dibanding 6 bulan yang lalu (terakhir kami bertemu saat saya hendak pergi ke Kalimantan), badannya bertambah besar 1,5 kali lipat! Satu hal yang sepertinya belum berubah, dia tidak memiliki pacar. Satu-satunya kisah cinta yang saya dengar dari dirinya adalah saat kami berdua masih kuliah di UNS. Saat itu dia pernah sangat mencintai teman sekelasnya, tapi dia tak pernah mengungkapkannya. Ada yang berminat? Ketik reg (spasi) sigit, kirim ke kutub utara.

Nama beken : Glen, Helm. Kenapa Glen? Karena wajahnya mirip Glen Fredly (setelah ditempeleng orang satu kampung). Sedangkan dipanggil Helm karena model rambutnya yang mirip dengan helm batok (tolong bayangkan sendiri).
Status : berkeluarga dan sudah memiliki anak laki-laki berumur 3 bulan.
Pekerjaan : PNS di Perhutani. Kantornya di Palu, Sulawesi tengah.
Di antara keempat pecundang, anak ini saya rasa adalah yang paling ‘lurus’ jalannya, tidak neko-neko dan berasal dari keluarga yang paling mengerti sopan santun di antara kami. Ayahnya adalah teman sekolah ibu saya, dan ibunya adalah teman sekolah bapak saya. Keduanya dari Sukoharjo. Rumah kakek-neneknya juga masih satu desa dengan rumah kakek-nenek saya, di Sukoharjo juga.
Dalam hal Playstation, dia ada ada di posisi dua di bawah Sigit. Karena alasan itu, dia mendapat jabatan sebagai wakil ketua di kelompok kami. Satu lagi, dia punya adik yang sangat cantik. Sekarang baru kuliah di jurusan Psikologi UMS. Ada yang berminat? Silakan ketik reg (spasi) adiknya agus, lalu kirim ke planet Jupiter.

Nama beken : sepertinya tidak punya. Dia sepertinya ingin dipanggil Sam, tapi kami tak pernah memanggilnya seperti itu. Kasian deh lu…
Status : In A Relationship (menurut kabar yang beredar sih begitu, secara dia agak tertutup untuk persoalan asmara).
Pekerjaan : Programmer. Saat ini sedang mengerjakan proyek, katanya. Saya pribadi menganjurkan ke dia untuk membuka usaha sendiri di Wonogiri. Usaha itu berupa warnet yang dilengkapi dengan kafe berfasilitas hotspot. Selain itu juga membuka reparasi komputer dan jualan voucher handphone. Ide saya brilian kan?
Dia adalah anggota kelompok paling kaya. Bapaknya adalah seorang camat. Rumahnya paling mewah di antara kami, jadinya kami sering berkumpul di rumahnya. Apalagi keluarganya royal dalam hal makanan. Jika hendak main ke rumah Budi, saya sengaja tidak makan dari rumah (maksudnya supaya bisa menampung makanan dari Budi sebanyak mungkin). Prinsip ekonomi: bagaimana caranya supaya dengan modal sekecil-kecilnya mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya…halah…
Saat SMA dulu, di antara kelompok kami, dia adalah satu-satunya yang memiliki komputer. Kami sempat membuka usaha pengetikan dan penjilidan juga lho…Tepatnya saat ada tugas membuat karya tulis ilmiah. Walaupun keuntungan yang didapat belum bisa dikatakan lumayan. Jabatannya dalam kelompok kami: sekretaris.

Nama beken : m*l*n, semacam buah. Nama ini saya dapat sejak SMP. Kata teman-teman, itu karena kepala saya paling besar di antara mereka. Paling besar, dan paling manis tentunya.
Diantara keempat anggota, saya dan Budi adalah yang paling lemah dalam hal Playstation, jadinya urutan 3 dan 4 adalah posisi langganan kami. Jabatan saya dalam kelompok : wakil sekretaris merangkap sie pubdekdok.
Saya, Budi dan Agus saat SMA dulu satu kelas, yaitu kelas 3 IPA 1. Budi sendiri adalah teman sebangku saya. Sedangkan Sigit ada di jurusan IPS, tepatnya di kelas 3 IPS 3.
Kegiatan non kurikuler yang paling berkesan saat SMA mungkin saat Liga Sepakbola Antar Kelas. Saat itu, saya diberi jabatan sebagai kiper, Budi sebagai bek kanan dan Agus dipasang sebagai bek kiri. Tiga orang di lini belakang ini dijuluki Trio Kwek Kwek, saking payahnya. Dalam 5 pertandingan saja, kami kebobolan 10 gol!Hmpf…

Sabtu, 20 September 2008
Antara Kapuas Dan Wonogiri | part 2

Sore harinya, saya mengajak Fina untuk jalan-jalan. Pas saja, karena saat kami bertemu di Plasa Marina, waktu sudah menunjukkan jam 5-an, jadi bisa sekalian buka puasa bersama.Oh iya, saya ke Plasa Marina dengan diantar oleh dr Freddy. Dalam hal ini, kolega saya itu cukup pengertian dengan meninggalkan kami berdua (ehem…ehem...), alasannya sih mau makan duluan di McD soalnya dah keburu lapar…hehe…
Setelah berputar-putar mencari kedai makan yang cocok, kami akhirnya singgah di sebuah warung makan bernama WAPO – kata Fina itu kependekan dari Warung Pojok. Dilihat sekilas memang ramai secara saat itu waktu buka puasa hampir tiba. Bahkan, kami harus antre di luar hanya untuk mendapatkan meja.
Dan pada akhirnya, kami kekenyangan setelah makan di warung itu. Saya memesan nasi goreng Hong Kong bersama ayam goreng saus tiram. Baru kali ini saya benar-benar merasakan yang namanya paprika. Rasanya aneh, pantas saja kalau Sinchan tidak terlalu menyukai sayuran yang satu ini.
Karena tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan jalan dengan wanita cantik, saya lalu mengajak Fina untuk mengunjungi museum House of Sampoerna yang pernah dia ceritakan dulu. Alasan saya waktu itu: pengin beli kaos.
Ketika masuk museum, kami langsung disergap bau-bauan tembakau dan cengkeh. Gedung yang bersih, pencahayaan yang bagus, ditambah penjaga museum yang cakep adalah hal-hal yang saya tangkap selama di museum itu.
Sedikit saran, harga kaos di counter terlalu mahal menurut saya. Dulu, saya beli kaos bergambar Dayak di Martapura harganya cuma 20 ribu, tapi kaos yang dijual di museum ini harganya berkisar 80 ribu – 120 ribu. Tapi karena saya sudah bilang kalau saya ingin beli kaos, akhirnya ya saya beli juga. Gengsi lebih berbicara daripada akal sehat.
Dan karena kami bukan muhrim, maka sebelum jam 9 malam kami bergegas pulang. Dalam perjalanan pulang itu saya katakan kepada Fina kalau Surabaya itu lebih dingin daripada Semarang.
“Kalau Semarang panas banget Fin…”, kata saya.
“Ya iya lah…kan kita dari tadi pakai AC…”, kata Fina.
“Iya juga ya…”, pikir saya. Memang, semenjak dari bandara, terus naik mobilnya dr Freddy, terus tiduran di rumah dr Freddy, terus naik mobilnya Fina, semuanya memakai AC. Kawan, keesokan harinya badan saya agak meriang.
Pelajaran di Bus
Saat saya sedang duduk di bus Jurusan Solo-Wonogiri, ada beberapa kejadian yang cukup menarik perhatian saya.
Kejadian pertama, beberapa kuli membantu seorang bapak mengangkut barang bawaannya. Sesampainya di bus, bapak tadi memberi uang 2000 rupiah.
“Kurang pak”, kata kuli.
“Memangnya ongkosnya berapa sih?”, kata si bapak.
“7000 pak”.
“Mahal amat! Nih tak kasih 5000 aja!”
“Kurang 2000 pak”, kata kuli setengah memaksa.
“Ya udah…ini tak tambahi 1000 lagi. Udah cukup kan?”
“Kurang 1000 pak”, kata kuli sambil sedikit mendorong-dorong si bapak. Akhirnya, si bapak memberi juga tambahan uang 1000 rupiah. Kesimpulan: hidup di Jawa itu keras.
Kejadian kedua, dua anak ingusan yang membawa gitar berukuran kecil masuk ke dalam bus. Mereka membawakan sebuah lagu yang tidak asing lagi. Liriknya kira-kira begini: “jauh kau pergi…meninggalkan dirikuuu…dst…dst…”. Kesimpulan: untuk mengamen di Jawa, tidak perlu suara merdu.
Ketiga, seorang lelaki dari desa bertanya kepada kondektur bus.
“Bus ini nanti lewat Rumah Sakit Jebres kan?”
“Iya”, jawab kondektur.
Setengah jam berlalu, dan bus sudah sampai di daerah Gading.
“Rumah Sakit Jebres-nya masih lama to pak?”, tanya orang desa.
“Yaaaahhh…udah lewat dari tadi pak…Bapak ini gimana sih?”
Orang desa pun kebingungan. Kesimpulan: malu bertanya sesat di jalan, banyak bertanya memang memalukan….tapi itu lebih baik daripada tersesat kan?
Keempat, seorang lelaki ganteng mempromosikan sebuah alat kerik. Kata dia, bahannya dari stainless steel dan tidak melukai kulit. Selain itu, bagi yang membeli alat tersebut akan mendapatkan hadiah langsung berupa gambar lokasi titik-titik refleksi di telapak tangan dan kaki. Karena presentasinya menyakinkan maka prediksi saya: akan banyak barang yang terjual. Kenyataan yang terjadi: tidak satu pun penumpang yang membeli barang dagangannya.
Saya jadi ingat saat kelas 1 SMA dulu. Seorang guru pernah memberi tugas kepada kami para murid untuk menuliskan sebuah kata mutiara pada selembar kertas karton. Saat itu, saya menulis: “Hidup Tidak lah Mudah, Kita Harus Terus Belajar”. Itulah kesimpulan saya yang terakhir.
***

MyNiceSpace.com
Oh iya, hari ini saya ulang tahun yang ke-26. Bagi yang ingin mengucapkan selamat bisa meninggalkannya di box komentar (ngarep.com sambil menengadahkan tangan...hahaha...).
Kamis, 18 September 2008
Antara Kapuas Dan Wonogiri | part 1
Postingan ini saya tulis ketika naik bus ‘EKA’ jurusan Surabaya-Solo-Jogja. Waktu enam jam yang harus saya tempuh untuk sampai ke Terminal Tirtonadi Solo bukanlah waktu yang singkat. Dan saya terlalu terjaga untuk bisa tidur. Saya duduk di baris kedua, deret sebelah kiri. Posisi favorit saya sebenarnya adalah baris pertama sebelah kanan, tepatnya di belakang sopir. Tapi sayangnya sudah diisi orang.
Ok…postingan ini akan saya mulai dari kisah seorang anak manusia, kira-kira 19 tahun yang lalu.
Sebelum tinggal di rumah yang ditempati orang tua saya sekarang, saya tinggal di sebuah rumah reyot yang didirikan di atas tanah sewaan. Kata ayah saya, tanah itu bukan milik keluarga kami, tapi cuma menyewa dari PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api, sekarang berubah nama menjadi PT KAI – Kereta Api Indonesia). Rumah saya dulu memang berlokasi di pinggir rel kereta api. Karena bukan tanah pribadi, otomatis kami tidak bisa menjualnya dan kemungkinan terburuk untuk seorang penyewa seperti kami adalah penggusuran paksa.
Di rumah itulah saya tinggal selama 12 tahun. Rumah saya waktu itu memang sudah memakai tembok batu bata, namun tingginya hanya satu meter dari permukaan tanah. Sisanya dibangun dengan kayu triplek.
Selain dihuni oleh empat orang manusia udik, rumah itu juga dihuni oleh spesies lain, macam tikus, ular, laba-laba, dan kecoak. Hingga umur tujuh tahun, saya masih tidur bersama ibu saya. Saya tidur di kamar sendiri pun sebenarnya adalah suatu keterpaksaan: adik saya lahir. Dan sudah menjadi kebiasaan saya di waktu kecil, saya membayangkan banyak hal sebelum tidur. Mulai dari berpetualang dengan karavan ke berbagai tempat, hingga naik pesawat terbang, sesuatu yang sepertinya tidak mungkin saat itu. Pastilah sangat menyenangkan ya bila kita bisa melihat daratan dari tempat yang sangat tinggi, bisa melihat awan-awan…oh mungkin kah?
Dan ternyata butuh waktu 19 tahun untuk mewujudkan satu mimpi menjadi kenyataan. Kemarin, saat saya turun di bandara Djuanda Surabaya, adalah penerbangan saya yang kelima dalam enam bulan terakhir.
Pelajaran moral ke sepuluh: jangan pernah berhenti bermimpi. Kata orang bijak yang berbunyi “kegagalan yang sebenarnya itu bukan lah karena kegagalan meraih mimpi, tapi kegagalan yang sebenarnya adalah kegagalan untuk bermimpi” sepertinya benar.
Pun, penerbangan kali ini bukanlah suatu penerbangan yang menyenangkan menurut saya. Penyebab pertama adalah kondisi jiwa yang sedang labil saat itu. Di bandara, tiket saya sempat hilang. Dicari di kantong celana tidak ada, di saku baju tidak ada, di tas tidak ada,di dompet…juga tidak ada. Padahal, pesawat sudah mau berangkat. Sempat punya pikiran, “Haruskah saya membeli tiket lagi, padahal harga tiket menjelang lebaran kan mahalnya minta ampun…Apakah tidak jadi mudik saja?Oh my God…”. Meski akhirnya tiket ditemukan di ‘suatu tempat yang tak diduga’, tetap saja mood saya drop saat naik pesawat.
Penyebab yang kedua, pramugari yang kurang menarik!! Pesan untuk Mandala Air: pramugari kalian masih kalah menarik dengan pramugarinya Sriwijaya Air. Lain kali, jika ingin merekrut pramugari pilihlah wanita yang cantik dan sedikit montok. Sedangkan kesan untuk Mandala Air: sumpah, buku kalian yang berisi tentang informasi perwisataan Indonesia itu fotonya bagus-bagus. Satu jam perjalanan Banjarmasin – Surabaya saya habiskan dengan memelototi majalah itu.
Dan yang penyebab yang ketiga adalah banyaknya orang yang mabuk saat itu. Aih…
Di bandara, saat sedang menunggu koper dari bagasi pesawat, saya mendapat SMS dari seorang blogger Surabaya, Elfina namanya. Dia memberitahu saya kalau dia sedang menunggu saya di luar. Memang, jauh-jauh hari, kami telah merencanakan pertemuan ini.
“Halo…kamu dimana?”, tanya saya lewat handphone sambil memandang sekeliling.
“Di depan kafe A Mild”
“Ok, saya kesana…Tunggu di sana ya…”, kata saya.
Dan dari kejauhan, saya tahu bahwa itu dia, Elfina: mahasiswi Unair, cantik dan berambut lurus panjang tentunya. Ehm…
Saat itu saya bersama kolega saya, dr Freddy. Rencana saya sebelumnya memang dijemput Fina di bandara, tapi berhubung saya ingin menginap di rumah dr Freddy jadinya saya dengan terpaksa meng-cancel jemputan Fina.
“Aduh…Maaf ya Fin…Aku nanti ikut ke rumah dr Freddy dulu ya…Di Margorejo…Kamu tahu gak lokasi Perumahan Margorejo?, tanya saya.
Dia bilang kalau dia tahu, tapi tidak terlalu hafal daerah itu.
“Terus, kita nanti enaknya ketemuan lagi dimana ya Fin?”, tanya saya.
“Di Plasa Marina aja”, usul dr Freddy.
“Bagaimana kalau di Plasa Marina. Kamu tahu kan?”, tanya saya.
“Ya tahu lah…”, kata Fina.
“Ok. Nanti tak kabari lagi…Maaf ya Fin, dah merepotkan kamu…”, kata saya.
Dan kami pun berpisah. Saya lalu bersalaman dengan Fina…(emm, tekstur kulitnya halus lho….dan sedikit basah...hehe…). Saya ikut dengan mobil kijang yang dikendarai oleh kakak dr Freddy. Dalam perjalanan, saya tanya ke dr Freddy.
“Bagaimana menurut dokter wanita yang tadi?”
Dr Freddy tersenyum. Rupanya dia sedang memilih kalimat yang pas.
“Dia kelihatannya baik”, kata dr Freddy.
Saya ikut tersenyum. Ya, Fina memang baik, dan cantik.
Sabtu, 13 September 2008
Jiwa Yang Tenang

Saya tinggal di komplek perumahan Puskesmas. Tetangga sebelah kiri saya adalah seorang Dayak Maayan, Bu Lina namanya. Sedangkan tetangga sebelah kanan saya adalah sepasang ibu muda: Mutmainah dan Cicik. Keduanya adalah para wanita jablay yang suaminya masing-masing mengais rupiah di daerah Kalsel.
Janganlah Anda membayangkan perumahan kami seperti perumahan dosen UNS di Karanganyar. Perumahan kami hanyalah deretan tempat tinggal yang terbuat dari kayu dengan gaya arsitektur rumah panggung khas Kalimantan. Di bawah rumah kami tanahnya basah sepanjang tahun dan terkadang mirip kolam bila pasang tiba.
Pada postingan kali ini saya akan perkenalkan rekan saya yang bernama Mutmainah pada Anda. Mutmainah adalah seorang ibu muda asli dari Martapura. Di Puskesmas dirinya adalah seorang perawat gigi. Dunia mungkin tidak terlalu mengenalnya, tapi dia cukup berarti bagi saya. Tuhan telah mempertemukan saya dengan orang-orang yang istimewa, dan Mut adalah salah satu orang itu.
Nama ‘mutmainnah’ berasal dari bahasa Arab, artinya jiwa yang tenang, dan itu memang benar-benar mencerminkan orangnya. Saya melihat Mut sebagai orang yang sepertinya tidak memiliki ambisi apa-apa di dunia ini. Pernah suatu saat saya bertanya kepadanya.
“Kamu pernah chatting Mut?”, tanya saya.
“Gak pernah dok”
“Jangan-jangan kamu gak tahu apa itu internet?”.
Dia berkata kalau dia tak terlalu paham masalah internet. Saya tanya kenapa, dan dia menjawab kalau dia tidak begitu memperhatikan masalah-masalah seperti itu.
“Lalu apa yang kamu kerjakan saat kuliah dulu?”
Dia bilang kalau dia lebih banyak diam di rumah. “Saya orang rumahan dok”, kata Mut.
Saya lalu menceritakan pada Mut bahwa dirinya mengingatkan saya pada ibu saya. Saya katakan bahwa ibu saya orangnya juga suka berdiam diri di rumah. Diam-diam saya membayangkan bahwa apa yang saya sebut sebagai wanita idaman saya sebenarnya cuma seorang wanita rumahan saja.
Saya betah berbincang-bincang dengan wanita ini, seolah-olah saya menemukan oase yang sejuk di tengah padang pasir yang tandus. Mut adalah orang yang santai, perkataannya tidaklah rumit untuk bisa membuat kita tersenyum. Dia adalah tipe orang yang tidak terlalu mengejar dunia. Dan itu adalah salah satu poin penting dari dirinya yang membuat dirinya istimewa di mata saya.
Tapi hubungan saya dan Mut bukan lah suatu hubungan asmara Kawan, saya benar-benar menganggap Mut sebagai seorang sahabat. Dan Mut, adalah kenalan pertama saya di Terusan Tengah. Saya bertemu dengannya saat saya pertama kali naik taksi air di Pelabuhan Danau Mareh, Kapuas menuju ke Terusan Tengah. Mungkin itu pertanda dari Tuhan bahwa saya memang harus banyak mengambil pelajaran dari orang ini.
Kawan, saya sebenarnya memiliki masalah yang cukup serius saat kuliah dulu. Tidak banyak yang tahu bahwa selama enam tahun itu jiwa saya dirundung gelisah. Seorang kawan kos yang memiliki banyak koleksi buku agama di kamarnya pernah menyarankan saya untuk membaca sebuah buku karangan Al Ghazali, “Mensucikan Jiwa” judulnya. Dia adalah salah seorang yang bisa ‘membaca’ kegelisahan saya waktu itu.
Dengan tinggi badan 187 cm, saat kuliah dulu berat saya cuma 60 kg. Coba bayangkan, betapa kurusnya saya. Tidak lain karena aktivitas saya yang super sibuk waktu itu. Ikut di beberapa organisasi dan menjadi asisten dosen sudah sangat merepotkan, pontang-panting saya dibuatnya. Sampai-sampai saya harus mencatatnya di buku agenda, apa saja yang harus saya kerjakan hari itu: rapat organisasi, asistensian dan pacaran tentu saja. Tapi saya lupa mengagendakan satu hal yang teramat penting. Dan itu bertanggung jawab pada sebuah kondisi yang meprihatinkan: jiwa saya tidak terurus dengan baik.
Dan keputusan berat pun akhirnya harus kita ambil bila suatu saat kita di berada persimpangan hidup. Setelah menjadi pembicara dalam Simposium Sumpah Dokter di Hotel Quality Surakarta pada bulan Desember 2006, saya ditawari menjadi pengurus PB IDI di Jakarta, bekerja di klinik dengan gaji wah dan janji akan dikursuskan ACLS/ATLS di sana. Jawaban saya waktu itu adalah: TIDAK.
“Its enough!”, pikir saya. Saya harus berhenti sejenak untuk menata diri saya. Pada akhirnya saya memilih untuk ‘hanya’ bekerja pada sebuah klinik kecil di pelosok desa di daerah kelahiran saya Wonogiri. Dan saya solah-olah menghilang dari peredaran kala itu. Saya bermetamorfose dari seorang aktivis mahasiswa menjadi seorang yang di pagi hari mempunyai aktivitas rutin berupa: lari pagi menyusuri sawah, kemudian duduk menghadap gunung sambil mendengarkan lagu-lagu D’Cinnamons.
Saya sengaja mengganti nomor handphone saya, sehingga hanya beberapa teman saja yang bisa menghubungi saya. Saya seperti halnya orang yang hidup di pengasingan. Tapi jujur saja, hati saya damai dengan kondisi seperti itu. Dan waktu itu, tepatnya saat bulan Ramadhan setahun yang lalu, saya untuk pertama kalinya katam Al Qur’an.
Selasa, 09 September 2008
mbak Judith

Takdir adalah satu dari enam hal yang harus diimani seorang muslim. Dan takdir manusia sudah digariskan 50.000 tahun sebelum manusia itu diciptakan.
Takdir pula lah yang mempertemukan saya dengan mbakyu saya di dunia blogger, mbakyu paling cantik sedunia, mbak Judith – demikian saya memanggilnya. Dipertemukan oleh Tuhan sekitar bulan Maret 2008 di blognya mas Dony si Putera Daerah. Saya melihat komentar mbak Judith pada postingan berjudul “Tips Menjadi Seleb Blog” yang berbunyi, “Lha aku wong anyar... babar blas ora mudeng blog, sederhana wae. Salam nggo kota Solo ya mas, aku wis 17 taun ora tindak2 mrono. Blog-mu keren,sopan lan mitayani. Salam dari Swiss”. Komentar yang menarik menurut saya, dan kata yang paling menarik adalah ‘mitayani’: terdengar sangat Solo sekali. Di postingan itu, saya sendiri berkomentar sesuatu yang menjadi visi blog saya: “Tujuan saya ngeblog buat cari istri mas...Kayak Adit ama Ninit tu lho.Kira2 mungkin gak...Hohoho...^o^”.
Dan pada tanggal 7 Maret 2008, saya pun berkunjung untuk pertama kalinya ke blog mbak Judith yang saat itu sedang memposting “Thunersee…”. Komentar saya waktu itu: “Wah...Mbak Judith...Lam kenal ya mbak...Anda tinggal di Swiss to?Sudah lama?Aku kapan2 pengin ke Eropa ah...Mungkin pas bulan madu...hakhakhak... ^O^ Mbak,kalo maw nyari info tentang kesehatan mampir aj ke blog saya.Moga2 ada manfaatnya.. =) “. Mimpi saya memang Eropa, dan Alpen lah Edensor saya.
Seingat saya waktu itu mbak Judith hanya punya satu blog, Matahati namanya. Belakangan blog itu dikhususkan untuk acara masak-memasak, sedangkan hal-hal lain beliau tuangkan pada Bibliothek (artinya perpustakaan). Tuhan menggariskan, bahwa blog kami lahir pada bulan yang sama, Desember 2007. Saya tidak percaya pada yang namanya kebetulan. Ini adalah pertanda, dan saya bilang kalau ini adalah pertanda yang bagus.
Pada perjalanannya, saya sebenarnya lebih senang membaca artikel di Bibliothek daripada di Matahati. Matahati penuh dengan resep yang tidak pernah saya praktekkan di dapur. Sesekali saya berkomentar pada masakan-masakan yang nyeleh, Buto Ijo misalnya. Di situ saya berkomentar, “Wah...Kalo mbak judith nyuguh aku buto ijo...Tak pilihi petene mbak...Lalapan favorit di samping jengkol...hakhak.. ^O^”.
Di Bibliothek saya mencoba menyelami pemikiran beliau sebagai seorang wanita dan ibu dari lima orang precil: Pinkan, Andy, Meta, Irdina dan Diaz. Saya baru tahu kalau Pinkan, Diaz dan Irdina lahir di Indonesia dari komentar mbak Judith beberapa waktu yang lalu. Dan saya lihat, Irdina sepertinya cantik…halah….(“Pengin mantu dokter ra mbak?”, kataku dengan mengerlingkan mata).
Dari sekian banyak artikel di Bibliothek, ada satu artikel yang menarik perhatian saya yang kemudian saya transformasikan menjadi sebuah jurus untuk menggaet wanita: namanya jurus Jinak-Jinak Merpati. Demikian kiranya deskripsi dari jurus itu:
“Mungkin memang kita akan kecewa banget kalo cinta kita ditolak, begitukah? Aku nggak ngajarin jelek ke temenku. Maju selangkah demi selangkah untuk sebuah cinta, itu adalah strategi dan kendali! Nggak perlu terburu buru mengharapkan orang yang kau cintai merespon cintamu. Bertahanlah terus dan bersikap jinak2 merpati ... ha ha ha! Ketika cintamu bertepuk sebelah tangan, jangan mudah frustasi dan jangan putus asa kalo cintamu ditolak! Kendalikan perasaan cintamu! Introspeksilah, mungkin ada sikapmu yang perlu diperbaiki. Daya tahan kamu terhadap penolakannya bisa menjadi daya tarik tersendiri dihatinya. Keteguhan hatimu akan membuktikan kesungguhan cintamu padanya. Sebagai seorang wanita kita harus lebih bijak dalam bertindak, bertahanlah dalam kelembutan ...
Dilatar belakangi cerita temanku ini, aku jadi tergugah dan ingat2 masa remajaku dulu yang juga pernah cinta bertepuk sebelah tangan! Aku nggak kecewa, cuma tersingung! mungkin mentang2 gua jelek LoL pula! Tapi aku nggak bisa bertingkah agresif. Alangkah lebih baiknya kalo kita bersikap seakan akan mudah dimiliki, tapi sewaktu waktu sulit untuk digapai (rasain lu! ...) dengan cara menunjukkan bahwa kita menyayangi diri kita sendiri, membuktikan betapa berharganya diri kita dan cinta kita. Tidak ada bunga Mawar yang nggak berduri ....”
Pelajaran moral ke sembilan: bila cintamu ditolak, jangan minum Baygon!
Kelemahan nyata dari jurus ini, menurut hemat saya, adalah pada masalah tempo permainan yang begitu lama. Kesabaran adalah syarat mutlak, dan stamina adalah modal utama.
Jurus ini pernah saya aplikasikan pada beberapa cewek. Dan memang, rasanya seperti berhasil pada awalnya. Sampai kemudian mentok pada satu permasalahan: finishing touch. Bola berhasil saya giring menusuk ke jantung pertahanan lawan dan tinggal berhadapan dengan kiper, tapi kemudian tiba-tiba saya berhenti. Saya terlalu lelah untuk mencetak gol, saya ingin istirahat sejenak!
Permainan yang saya ulur terlalu lama membuat Kumbang lain, yang lebih taktis dalam bergerak, dengan leluasa merebut perhatian si Bunga. Si Bunga sepertinya juga menganggap kumbang pemalas ini tidak serius mendekatinya, dan akhirnya pindah ke lain hati. Kuulangi lagi para Cewek, jurus Jinak Jinak Merpati itu butuh waktu, dan kalian sebaiknya memahami itu sebelum menjalin hubungan dengan saya.
Akhir kisah, hipotesa saya yang kedua tentang cinta diilhami dari SMS kakak sepupu saya waktu saya kuliah dulu. Begini bunyinya:
“Love, just like fishing. To get the best catch, you have to be patient. Keep fighting!”
Tugas Untuk Seseorang

Dilempari bungkusan ama aphied, tak pikir isinya ayam panggang...eh, ternyata PR -_-!
Empat Kerjaan:
Nyuntik pasien
SMS-an sama cewek cakep ^^
Browsing pake opera mini
Nongkrong di warung kopi, sambil ngrokok Djarum Super...mmmmh...
Empat Tempat Tinggal:
Wonogiri
Kadang numpang di kost adek
Rumah dinas di Terusan
Numpang di rumah dinas temen ^^
Empat Film yang Udah Pernah ditonton mpe 100x:
Film porno yang pemainnya anak SMA
Film porno yang pemainnya SPG
Film porno yang pemainnya mahasiswi
Titanic (seratus kurang dikit)
Empat tv Show Favorit:
MotoGP
Naruto
MotoGP lagi
Naruto lagi
Empat Makanan Favorit:
Bakso, yang ada atinya, trus kalo bisa ada krupuk pangsitnya, trus minumnya es teh…trus kalo bisa ditraktir juga ^^
KFC, terutama kalau rame-rame ama temen-temen PTT ^^
Nasi kucing
Kue cincin, wadai Banjar favorit!
Empat Situs Favorit:
Blogger
Friendster
Andri Journal to ya...
Empat Target Berikutnya:
Piyek
cutedv
Bu Guru
Cewek Dayak
Selesai...Kepada keempat orang yang ditunjuk, selamat mengerjakan yaa... ^0^
Jumat, 05 September 2008
Oleh-Oleh Dari Gelly

geLLy: "dock ada oleh2 khusus bulan puasa [link] kerjain ya dock heeee"
Andri: "lain kali kalo ngasih oleh2 yang enak dimakan aja ya gel -_-!"
Why do we need friends
We need friends for many reasons,
all throughout the season.
We need friends to comfort us when we are sad,
and to have fun with us when we are glad.
We need friends to give us good advice,
We need someone we can count on,and treat us nice.
We need friends to remember us
one we have passed sharing memories that will always last.
Spread the poem of friendship
Siraj, Asmus, geLLy, Andri.
Chapter 26: Man From Java, Woman From Dayak*
Jika Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki rencana untuk membangun sebuah Taman Jurrasic, maka saya memiliki sebuah usulan yang layak untuk diperhatikan: bangunlah kandang Brontosaurus* di areal antara Kapuas dan Palangkaraya. Di daerah tersebut masih banyak sekali lahan yang terbengkalai, banyak tumbuhan dan tentu saja belum dihuni oleh manusia.
Kapuas-Palangkaraya dihubungkan oleh sebuah jalan bernama Trans Kalimantan. Jaraknya sekitar 135 km, atau dua kali jarak Kapuas-Banjarmasin yang ‘hanya’ 60 km. Kanan kiri jalan hanya ditumbuhi oleh tumbuhan liar. Seingat saya, hanya ada satu POM bensin di jalur ini, tepatnya di Kabupaten Pulang Pisau. Jadi, kalau bisa Anda membeli bensin di Kapuas dului bila handak tulak ke Palangkaraya dari Kapuas. Mogok di tengah jalan artinya petaka! Mungkin Anda harus berjalan berkilo-kilo meter untuk menemukan rumah yang dihuni manusia. Pelajaran moral yang ke delapan khusus ditujukan kepada admin blog ini: bila ingin bepergian ke Palangkaraya naik travel saja…kalau masih nekat naik sepeda motor, resiko tanggung sendiri!
Nah, sebelum sampai di Palangkaraya, Anda akan melewati sebuah jembatan yang lumayan panjang, Tumbang Nusa namanya. Jaraknya, menurut hitungan speedo meter trail saya, sekitar 7 km. Konon, jembatan ini dibangun karena jalan yang dibangun di tempat tersebut tidak pernah tahan lama oleh karena tanah di bawahnya adalah tanah gambut.
Kawan, hari itu sebenarnya saya tak terlalu berminat pergi ke Palangkaraya, apalagi cuma untuk menemui seorang blogger: sebuah alasan yang dibuat-buat untuk bolos kerja. Tapi ada beberapa alasan kenapa kemudian saya membulatkan tekad bepergian ke Palangkaraya seorang diri.
Pertama, mengikuti falsafah “sekali-kali”: sekali-kali naik motor ke Palangkaraya. Sebuah falsafah yang terkadang bisa melipat gandakan nyali ini didukung oleh data dari teman saya di kampung Terusan bahwa di sekitar jalan nantinya banyak rumah dan banyak POM bensin. Belakangan, akhirnya saya tahu bahwa informasi itu menyesatkan.
Kedua, kondisi cuaca sedang bersahabat. Premis pertama:Walaupun di Kalimantan sedang musim kemarau, tapi nyatanya hujan turun hampir setiap hari. Premis kedua: Dua kali kecelakaan yang saya alami di Jawa, semua terjadi saat hujan turun. Kesimpulan: Saya sedapat mungkin menghindari trek basah.
Ketiga, mencoba motor baru. Motor trail merek Yamaha ini adalah warisan Pak Pur yang baru saja pindah ke Sei Tatas. Dilihat dari posisi setangnya sepertinya sangat nyaman bila dipakai untuk touring. Begitu menggoda untuk dicoba.
Dan sesampainya di Palangkaraya, mendung pun menggantung dan September tak lagi ceria.
Piyek
Piyek si anak ayam, itulah nama blogger yang saya temui kali ini. Profesinya guru di sebuah institusi pendidikan paling terkenal se-Palangkaraya. Mirip dengan tipikal cewek Dayak pada umumnya: berkulit putih, berwajah cantik, dan satu lagi yang bikin saya geleng-geleng kepala…Ya Tuhan, dia berambut lurus panjang! Tidak ada alasan untuk tidak jatuh cinta bukan?
Saya tentu tidak tahu apakah dia menikmati percakapan kami yang dua jam itu atau malah jenuh bukan buatan. Ekspresi cewek terkadang menipu. Tapi asal kalian tahu saja Kawan, saya sebenarnya tidak ingin dia pulang malam itu. Saya ingin ngobrol dengannya hingga imsak, meskipun harus menghabiskan 50 tongkol jagung bakar.
Tapi saya juga tidak ingin mengulang kesalahan seperti tahun-tahun sebelumnya, membiarkan cewek bukan muhrim pulang di atas jam 9 malam. Ingat lagunya Slank kan? “Kamu harus…cepat pulang…jangan terlambat sampai di rumah…”. Ow yeah…
Parfum piyek sepertinya saya tahu namanya, tapi lupa. Bau parfum yang sampai saya mau tidur pun masih terasa. Oh, sungguh malam yang berkesan, susah tidur pula.
Dan berita buruk pun datang saat saya bertanya kepadanya apakah dia sudah punya kekasih atau belum. Tahukah Kawan, saya memiliki 114 prinsip dalam bercinta. Dan prinsip nomor 94 berbunyi: “jangan merebut kekasih orang!”
Saya pernah ‘ditusuk dari belakang’ oleh teman saya sendiri. Dan itu sakit.
* Soundtrack untuk chapter ini adalah lagu Hitamku yang dibawakan oleh Andra and The Backbone.
** Brontosaurus adalah dinosaurus yang mempunyai leher sangat panjang dan termasuk dinosaurus herbivora. Diperkirakan hidup di zaman kapur. Habitatnya biasanya di tepi danau dan di hutan.
Kamis, 27 Maret 2008
Jogja Circle Community on Mig33

Tadi siang saya baru saja mendapat kiriman dari keketz berupa kaos (kuq ada bukunya juga to let?walah…matur nuwun banget yo…). Bukan kaos sembarangan karena kaos tersebut adalah bikinan dari sebuah komunitas dimana para anggotanya adalah “pecandu” mig33. Migg33 adalah sebuah aplikasi chat untuk mobile-phone. Yang saya sukai dari aplikasi ini adalah kemampuannya untuk membentuk sebuah room, walaupun kapasitasnya cuma untuk 25 nick saja. Sebenarnya ada beberapa aplikasi lain di hp saya, katakanlah Mxit dan Morange, tapi saya kurang familiar dengan aplikasi-aplikasi tersebut.
Dari sekian banyak room, ada beberapa room yang sering saya kunjungi, diantaranya adalah room “ugm jogja”. Sesuai namanya, room ini didominasi oleh para mahasiswa dari Kota Gudeg, walaupun kadangkala ada saja anak SMA yang masuk room tersebut (motifnya mungkin maw mencari pacar anak ugm kali ya…hehe..).
Nah…para mahasiswa tersebut kemudian membentuk sebuah komunitas dimana aktivitasnya tentu saja adalah kopdar (kopi darat). Sayangnya, sampai sekarang saya tidak pernah mengikutinya dikarenakan jadwal kerja yang teramat sangat padat (ciyeee….gaya…). Yah…mungkin kapan-kapan bro.. ^_^
Ini lho yang punya nick bernama desmosonic. Gantengnyaaaa….hakhakhak… “Kaosnya langsung tak pake let….tapi ukurannya kuq M?Jadinya ya junkies kayak gini ini…hehehe…Tapi gak pa pa, malah keliatan masi muda og.. ^_^ “
Kesan saya terhadap mig33:
Migg33 itu bagus menurut saya, terutama untuk memperluas pergaulan. Bagus juga lho buat nyari jodoh…halah.. ^O^
Pesan buat pengguna:
Saya kurang setujunya itu kalo chat jadi aktivitas rutin, sangat sangat kontraproduktif menurut saya. Tarif chat yang murah membuat para mahasiswa betah berjam-jam hanya untuk chat. Dulu, saat saya kuliah, saya chat-nya di warnet…paling cuman 2-3 jam sehari…itu pun gak mesti tiap hari, soalnya tarif warnet kan masih mahal-mahalnya. Lha sekarang, dengan hp, kita bisa chat di kamar, ambil tiduran, ngemil, nonton tv…eee sejam-nya paling kena 500-an perak.
Mau download aplikasi mig33 beserta fitur-fitur pelengkapnya? Silakan klik disini [link].
Terima kasih saya haturkan kepada nick-nick berikut ini, karena sudah mau menjadi teman saya:
amadeo_239, aphrodite_41, ardhanie, bayoeaji, bhogey, bio-community, bo_benk, cah_gombile, call_me_cissy, cappucinho, cherry_a, cozy_galz, de_liya, djuwanaman, dy_dyah, fro_zz, green_cliquerz, han punya, iam_smile, joe_hahn, jogja_full_love, keketz, knee04, lap_serb3t, lhelha, locid_aw, lopheriena, luvly_raia, magsteiner, my_del86, nas_reapers, nhiey_euy, noni_v, nugrez_yuphz, nunky_maniez, pa_ra2, piringgelas, radhit_capricorn, rafi_axl, rebelligion, robin_merry, sasya_rya, snoop_i3, tanto_22 (admin), vanillastrawberry, victor_baja, what_asimple_rhyme, wira212, xpert_fever, ziendoo…dan masih banyak lagi.
Wassalam.
Gambar diambil dari [link]
Jumat, 21 Maret 2008
Tag Kedua
Wah…dapet tag lagi nih…Kali ini datangnya dari Gelly. Woke, langsung tak kerjain aja ya Gel…soale mumpung saya sekarang lagi di kota (aku ke kota cuman seminggu sekali…itupun tak habiskan di warnet…hehe…). Sip! Langsung saja saya mulai.
Bismillah.
PROKLAMASI
Kami…bangsa Indonesia…Loh!!! Maaf salah teks?!?!?!

“Maklum…pake kaca mata item…hihihi…”
I’m passionated about:
Lailahaillalloh… Lailahaillalloh… Lailahaillalloh
-_-“ (malah Yasinan…)
Mostly I say:
“Ws” (wa’alaikumussalam)
“Hakhakhak” (saya ingin menebarkan aura positif saya…hakhakhak…)
Al Fatihah
I’ve just finished reading:
The Alchemist, Ayat Ayat Cinta, Gusti Ora Sare, Otoboigrafi Valentino Rossi, Naruto volume 3, Suara Merdeka dan koran-koran lokal lainnya.
Insya Allah before I die, I want to:
Menebus dosa
Berbuat baik pada sesama.
Menabung.
Beli Ferari (haiyah…).

I love listening to:
Stairway to Heaven (Led Zepellin), Jealous Guy (John Lennon), semua lagunya D’Cinnamons, ama lagunya Juliette yang “bukannya aku takut akan kehilangan dirimu…tapi aku takut…kehilangan cintamu…uouooououo….uhuk…uhuk…uhueeek..”
What my friends like about me:
Saya orang yang pinter (pinter bikin marah…pinter bikin bete…pinter bikin kerusuhan…trus pinter apalagi yak?).
Last year I’ve learned:
I want to speak-speak pake bahasa English…but until sekarang I can’t do that…payah!
Tagnya saya kasihkan lagi ke lima orang adik saya yang dudul dan pemalas:
keketz, tomoki, cesty, noni, aan
(tangi…tangi…tangi…hehehe…)
Selesai!
Gelly…ditunggu awardnya…. ^_^
Wassalam.
Bismillah.
PROKLAMASI
Kami…bangsa Indonesia…Loh!!! Maaf salah teks?!?!?!
“Maklum…pake kaca mata item…hihihi…”
I’m passionated about:
Lailahaillalloh… Lailahaillalloh… Lailahaillalloh
-_-“ (malah Yasinan…)
Mostly I say:
“Ws” (wa’alaikumussalam)
“Hakhakhak” (saya ingin menebarkan aura positif saya…hakhakhak…)
Al Fatihah
I’ve just finished reading:
The Alchemist, Ayat Ayat Cinta, Gusti Ora Sare, Otoboigrafi Valentino Rossi, Naruto volume 3, Suara Merdeka dan koran-koran lokal lainnya.
Insya Allah before I die, I want to:
Menebus dosa
Berbuat baik pada sesama.
Menabung.
Beli Ferari (haiyah…).
I love listening to:
Stairway to Heaven (Led Zepellin), Jealous Guy (John Lennon), semua lagunya D’Cinnamons, ama lagunya Juliette yang “bukannya aku takut akan kehilangan dirimu…tapi aku takut…kehilangan cintamu…uouooououo….uhuk…uhuk…uhueeek..”
What my friends like about me:
Saya orang yang pinter (pinter bikin marah…pinter bikin bete…pinter bikin kerusuhan…trus pinter apalagi yak?).
Last year I’ve learned:
I want to speak-speak pake bahasa English…but until sekarang I can’t do that…payah!
Tagnya saya kasihkan lagi ke lima orang adik saya yang dudul dan pemalas:
keketz, tomoki, cesty, noni, aan
(tangi…tangi…tangi…hehehe…)
Selesai!
Gelly…ditunggu awardnya…. ^_^
Wassalam.
Tour de Jogja
Minggu kemarin saya ke Jogja, apalagi kalau bukan buat jalan-jalan…hehe…gak ding…Sebenarnya ada dua agenda selama saya di Jogja: pertama, mengikuti seminar di JIH (Jogja International Hospital); dan kedua, kopdar ama temen blog (keketz ama tomoki).
Agenda pertama,
Nah, selama seminar, saya ketemu ama dua makhluk yang sudah tidak asing lagi…bu Erika ama bu Mira (dua-duanya temen satu angkatan waktu kuliah di FK UNS Solo).
Bu Erika baru pulang dari Merauke dalam rangka PTT (Pegawai Tidak Tetap) di daerah sangat terpencil (saya berani taruhan…mesti di dalam darahnya sudah ada Plasmodium malaria-nya….hihihi….). Yang satunya, bu Mira, baru saja melahirkan anaknya yang pertama…katanya ya melahirkan di JIH ini (selamat ya Mir…).

“Dua makhluk cantik dan satu makhluk ganteng…hehe…”
Agenda kedua,
Mau foto ama artis memang butuh pengorbanan ya…Jadi kronologi kejadiannya seperti ini:
Jam satu saya sms ke keketz mau ke kos dia setengah jam lagi…eh…taunya molor ampe setengah tiga (maklum ya let…pembicaranya bagus je…sayang kalo ditinggalin…hehe…).
Sesampai di depan kosnya keketz….langsung tak miscall…eh, gak diangkat-angkat. Tak coba ampe tiga kali…gak diangkat-angkat juga…Hujan gerimis lagi…Langsung saja saya punya inisiatif untuk membuka pintu pagar (pintu pagarmu dibukak angel tenan let!?!) dan menemui yang empunya rumah.
Pemilik rumah : Ada apa mas?
Saya : Permisi mas…mau Tanya…ulil ada?
Pemilik rumah : Langsung masuk aja mas, lewat sebelah sana (sambil menunjuk kearah pintu garasi).
Saya yang lugu tapi ganteng ini langsung aja merangsek masuk kos…Loh…kuq tutupan semua pintu kamarnya….Wah, ada pintu yang terbuka, saya lihat ada seorang gadis berkulit putih (namanya siapa sih let?) sedang asyik bermain computer.
Saya : Permisi mbak…ulil ada?
Mbake : Loh mas…cowok dilarang masuk!
Saya : ??
Mbake : Hadeh… (sambil menepuk jidat)
Saya : **ngacir mode on**
Asemik!
Pas mau keluar, ketemu ama bapak-bapak setengah baya (tukang kebun kayaknya…apa malah pemilik kos??)
Saya : Pak, ulil ada pak?
Pak Kumis : Wah…ulil siapa ya?
Saya : Kalau lelly ada pak?
Pak Kumis : Woo kalo lelly ada…sebentar saya panggilkan…
Saya : (yah…ulil kan sama aja dengan lelly pak…*cuma dibatin.com*)
Saya nunggu di teras…sambil melihat awan gelap dan hujan rintik-rintik…Tak lama, si tomoki datang dengan belalang tempurnya (emang ksatria baja hitam?!?).
Tomoki : Loh mas…belum pulang?
Saya ; Belum ni…nunggu temenmu…apa bobok ya…tak miscall gak diangkat-angkat…
Tomoki : Ya udah…tunggu di sini aja…tak panggilkan…
Singkat cerita, pas saya hendak pulang karena keketz gak keluar-keluar dari kamar (entah ngebo apa ngambek ama saya karena tidak tepat waktu….tak tahulah…), tiba-tiba saya dapat waham…eh…lebih tepatnya ide tolol…hakhakhak…untuk menelfon keketz sekali lagi…
Saya : (tuuut…tuut…tuuut…)
Keketz : Halo…
Saya : Oe…oe…oe…cepetan turun oe…ayo foto-foto! (gembiranya saya waktu itu…seperti halnya anak kecil yang dibeliin es krim ama ibunya…hakhakhak…).

“Inilah hasil perjuanganku…Dari kiri : saya, keketz,tomoki”
Agenda tambahan,
Terakhir, belum lengkap kalau pulang tanpa buah tangan. Mampir di Pusat Oleh-Oleh Jogja (ada di sepanjang jalan raya Solo-Jogja) buat beli camilan Jogja kesukaan saya…GEPLAK BANTUL!Yup, Cuma dengan 29 ribu rupiah, Anda akan mendapatkan dua kilogram geplak yang nikmat….pokoke mak nyussss.. ^_^

“Ini lho yang namanya geplak”
-The End-
Agenda pertama,
Nah, selama seminar, saya ketemu ama dua makhluk yang sudah tidak asing lagi…bu Erika ama bu Mira (dua-duanya temen satu angkatan waktu kuliah di FK UNS Solo).
Bu Erika baru pulang dari Merauke dalam rangka PTT (Pegawai Tidak Tetap) di daerah sangat terpencil (saya berani taruhan…mesti di dalam darahnya sudah ada Plasmodium malaria-nya….hihihi….). Yang satunya, bu Mira, baru saja melahirkan anaknya yang pertama…katanya ya melahirkan di JIH ini (selamat ya Mir…).
“Dua makhluk cantik dan satu makhluk ganteng…hehe…”
Agenda kedua,
Mau foto ama artis memang butuh pengorbanan ya…Jadi kronologi kejadiannya seperti ini:
Jam satu saya sms ke keketz mau ke kos dia setengah jam lagi…eh…taunya molor ampe setengah tiga (maklum ya let…pembicaranya bagus je…sayang kalo ditinggalin…hehe…).
Sesampai di depan kosnya keketz….langsung tak miscall…eh, gak diangkat-angkat. Tak coba ampe tiga kali…gak diangkat-angkat juga…Hujan gerimis lagi…Langsung saja saya punya inisiatif untuk membuka pintu pagar (pintu pagarmu dibukak angel tenan let!?!) dan menemui yang empunya rumah.
Pemilik rumah : Ada apa mas?
Saya : Permisi mas…mau Tanya…ulil ada?
Pemilik rumah : Langsung masuk aja mas, lewat sebelah sana (sambil menunjuk kearah pintu garasi).
Saya yang lugu tapi ganteng ini langsung aja merangsek masuk kos…Loh…kuq tutupan semua pintu kamarnya….Wah, ada pintu yang terbuka, saya lihat ada seorang gadis berkulit putih (namanya siapa sih let?) sedang asyik bermain computer.
Saya : Permisi mbak…ulil ada?
Mbake : Loh mas…cowok dilarang masuk!
Saya : ??
Mbake : Hadeh… (sambil menepuk jidat)
Saya : **ngacir mode on**
Asemik!
Pas mau keluar, ketemu ama bapak-bapak setengah baya (tukang kebun kayaknya…apa malah pemilik kos??)
Saya : Pak, ulil ada pak?
Pak Kumis : Wah…ulil siapa ya?
Saya : Kalau lelly ada pak?
Pak Kumis : Woo kalo lelly ada…sebentar saya panggilkan…
Saya : (yah…ulil kan sama aja dengan lelly pak…*cuma dibatin.com*)
Saya nunggu di teras…sambil melihat awan gelap dan hujan rintik-rintik…Tak lama, si tomoki datang dengan belalang tempurnya (emang ksatria baja hitam?!?).
Tomoki : Loh mas…belum pulang?
Saya ; Belum ni…nunggu temenmu…apa bobok ya…tak miscall gak diangkat-angkat…
Tomoki : Ya udah…tunggu di sini aja…tak panggilkan…
Singkat cerita, pas saya hendak pulang karena keketz gak keluar-keluar dari kamar (entah ngebo apa ngambek ama saya karena tidak tepat waktu….tak tahulah…), tiba-tiba saya dapat waham…eh…lebih tepatnya ide tolol…hakhakhak…untuk menelfon keketz sekali lagi…
Saya : (tuuut…tuut…tuuut…)
Keketz : Halo…
Saya : Oe…oe…oe…cepetan turun oe…ayo foto-foto! (gembiranya saya waktu itu…seperti halnya anak kecil yang dibeliin es krim ama ibunya…hakhakhak…).
“Inilah hasil perjuanganku…Dari kiri : saya, keketz,tomoki”
Agenda tambahan,
Terakhir, belum lengkap kalau pulang tanpa buah tangan. Mampir di Pusat Oleh-Oleh Jogja (ada di sepanjang jalan raya Solo-Jogja) buat beli camilan Jogja kesukaan saya…GEPLAK BANTUL!Yup, Cuma dengan 29 ribu rupiah, Anda akan mendapatkan dua kilogram geplak yang nikmat….pokoke mak nyussss.. ^_^
“Ini lho yang namanya geplak”
-The End-
Jumat, 14 Maret 2008
Tag Pertama
Ini adalah tag pertama saya, datangnya dari Aphied, teman blog dari Semarang. Baru saya kerjakan sekarang secara saya ntu ke warnet seminggu cuma sekali. Maklum, tempat kerja saya jauh dari peradaban…Harap maklum ya phied…. ^_^
Tag ini selanjutnya akan saya serahkan kepada yang berwajib….eh salah…maksud saya kepada lima adik-adik saya (adik ketemu gede…hihi…), dengan harapan semoga mereka lebih giat lagi dalam akivitas bernama posting ini. Untuk mempersingkat waktu dan tempat….maka saya persilakan kepada Pak Lurah untuk memberikan sepatah dua patah kata sebagai kata sambutan…loh?!?
DOMINO TAG INTERNATIONAL
~~Begin Here~~
This is the easy way and the fastest way to :
1. Make your Authority Technoraty explode.
2. Increase your Google Page Rank.
3. Get more traffic to your blog.
4. Makes more new friends.
Rules :
1. Start copy from “Begin Copy” until “End Copy” to your blog.
2. Put your own blog name and link.
3. Tag your friends as much as you can..
Picturing of Life, La Place de Cherie, Chez Francine, Le bric à brac de Cherie, Sorounded by Everything, Moments, A lot to Offer, Blogweblink, Blogcheers, Bloggerminded, Blogofminegal, Like A Dream Come True, Simply Amazing, Amazing Life, Vivek, Novee, DJ Jojo, Adya, psychic'girl, tan, aphied, Andri
ADD YOURSELF HERE!!!
~~END HERE~~
Rule: Copy the entire list and add your name at the bottom. Tag at least 5 friends..!
Thea, Childstar, Mike, Abie, Aggie, Alpha, Apple, Apols, jacqui, Jane, Jodi, Joy, Kelly, Mich, Peachy, Joey, All in Korea, Umsik, Ideal Pink Rose, Ricka, Rickavieves, weblink, Cheers, Gerl, Gentom, Ging, Munchkin, Geneveric, Kavin, Mars, JK, Vivek, Novee, DJ Jojo, Adya, psychic'girl , aphied, Andri, ADD YOURSELF HERE!!!
I would like to share both of this tag to :
keketz, tomoki, cesty, noni, aan.
Selesai….
Phied, jangan lupa awardnya ya….tak tunggu pokoke…hakhakhak….Kurang lebihnya saya mohon maaf. ^_^
Wassalam.
Langganan:
Postingan (Atom)