Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Tampilkan postingan dengan label Review | Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review | Buku. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 April 2009

Travellous: A Travel Journal

Info Buku:

Tebal : xvi + 213 halaman.
Cetakan Pertama : 2009
Penulis : Andrei Budiman
Penerbit : Travellous Publishing (independen)

Sebuah buku yang berasal dari tulisan di blog kembali diterbitkan. Anda pasti sudah tidak asing dengan Kambing Jantan-nya Raditya Dika, apalagi beberapa waktu yang lalu buku tersebut diangkat ke layer lebar. Buku yang diangkat dari blog travellous.blogspot.com ini setipe dengan karya Raditya yang non fiksi. Berisi kisah perjalanan Andrei selama menjadi backpacker di Eropa.

Seperti disebutkan dalam blognya, bahwa pendistribusian blog ini sepenuhnya dilakukan secara independen, artinya tanpa campur tangan penerbit. Saya sendiri memesannya langsung via travellous@gmail.com dan beruntung mendapat tanda tangan langsung dari penulis.

Backpacker memang menjadi semakin familiar di telinga saya apalagi setelah Andrea Hirata mengemas kisahnya dengan apik dalam buku Edensor. Tidak semua orang Indonesia mampu menjadi backpacker di Eropa. Karena itu, kisah siapa pun yang pernah menjalaninya sangat layak untuk disimak.

Sampul buku yang dihiasi dengan beberapa foto hasil jepretan sendiri seolah ingin menegaskan kembali bahwa buku ini memang benar-benar buku yang membahas tentang menariknya berjalan-jalan di Eropa, dan itu bisa ditempuh dengan biaya seadanya, dengan menjadi backpacker tentunya.

Andrei mengawali kisah perjalanannya dari Singapura dan Malaysia sebelum akhirnya mendarat di Jerman. Banyak pengalaman seru yang dialami selama perjalanan. Selama perjalanan ini pula Andrei bertemu dengan orang-orang dengan budaya yang berbeda-beda. Miss in sense, yang terjadi karena bertemunya dua orang dari budaya yang berbeda, menurut Andrei adalah salah satu hal menarik dalam perjalanan lintas negara (halaman 11).

Di beberapa bagian, terlihat sekali bahwa Andrei ingin menampilkan ramahnya orang Eropa. Misalnya saja saat seorang polisi bandara di Frankfurt Airport Jerman yang menawarinya ponsel untuk menelepon seorang temannya. Padahal saat itu Andrei benar-benar sudah kehabisan uang (halaman 35). Atau tentang ramahnya keluarga tempat Andrei menumpang selama bertempat tinggal di St. Etienne (halaman 71).

Dari seluruh tokoh yang ada, rupanya ada tiga tokoh yang sangat ditonjolkan. Tiga tokoh itu adalah Andrei sendiri, Jules dan Ling. Jules dan Ling adalah gadis-gadis cantik keturunan Cina yang menjadi sahabat Andrei selama di Eropa, walau pun dalam perjalanannya hubungan mereka menjadi lebih dekat. Lantas siapakah yang akan ‘dipilih’ Andrei? Silakan Anda cari tahu sendiri.

Beberapa foto juga dselipkan di antara kisah-kisah itu. Dan ini bisa saja menjadi daya tarik tersendiri, karena kita tak perlu repot membayangkan bagaimana artistiknya Grand Palace di Brussel, atau seperti apa cantiknya Jules.

At the top of that all, membaca buku sepenuhnya sangat dipengaruhi oleh selera, jadi mungkin tidak setiap orang akan menyukai buku ini. Tapi bila Anda kebetulan adalah penyuka buku petualangan-romantis, maka Anda tidak salah pilih.

Senin, 28 Januari 2008

The Alchemist: Story of A Wanderer

Buku ini lebih mirip untaian kata-kata mutiara, yang disusun oleh Paulo Coelho menjadi sebuah kisah yang sangat menarik. Dalam setiap lembar, bahkan setiap alinea pun, Anda akan dapat menarik satu pelajaran darinya. Di antaranya tentang masalah takdir.

Manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya takdir. Segalanya telah termaktub dalam "kitab", yang ditulis jauh-jauh hari sebelum manusia itu diciptakan. Pun begitu, takdir jangan membuat kita putus asa dan kehilangan semangat (karena segalanya telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa). Sebaliknya, manusia hendaknya lebih berani lagi untuk berpetualang mencari hal-hal yang baru, walaupun mungkin, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah keberuntungan akan selalu bersama kita. Tetapi yakinlah, apapun takdir yang menimpa kita, berarti itu lah yang terbaik untuk kita.

Seperti halnya kisah Santiago, anak lelaki yang berani mengambil resiko apa pun demi mengikuti suara hatinya dan mengejar mimpinya. Mulai dari kehidupannya saat menjadi penggembala domba di padang rumput Andalusia, lalu berpetualang ke padang pasir di wilayah Mesir yang penuh misteri, hingga menemukan cinta sejatinya, Fatima.

Banyak tantangan dan cobaan selama petualangan itu, tetapi dia tetap yakin akan kebenaran nasihat seseorang yang pernah dijumpainya, yang mengaku sebagai Raja Salem. Bahwa "kau harus selalu tahu pasti, apa yang kau inginkan", bahwa "kalau kau menginginkan sesuatu, seisi jagat raya akan bekerja sama membantumu memperolehnya".

Buku ini mengajak kita untuk berani berpetualang. Siapa tahu, dengan berpetualang Anda akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru, pengalaman-pengalaman baru, teman-teman baru dan bahasa-bahasa baru yang mungkin belum pernah Anda kenal sebelumnya. Dan siapa tahu, Anda akan menjumpai cinta sejati Anda. Seseorang yang telah menunggu kehadiran Anda selama bertahun-tahun. Entah di tengah padang pasir Mesir yang tandus, di Kutub Utara, di tengah padang rumput Spanyol yang luas, atau bahkan, di sebuah toko buku di kota Anda. ;P

Jumat, 28 Desember 2007

Review of Ayat Ayat Cinta (AAC)

Terus terang sebelumnya saya tidak punya niat untuk membeli novel ini, karena memang saya bukanlah seorang penggemar novel. Berangkat dari rumah menuju Gramedia dengan angan-angan ingin segera membeli "Art of War"-nya Sun Tzu.
Tapi memang Tuhan berkehendak lain, entah sadar atau tidak, aku menoleh pada sebuah novel -yang kuperhatikan ada tulisan "Best Seller" di sana- yang kemudian tanpa pikir panjang aku langsung membelinya. "Tidak ada salahnya sekali-kali aku membaca novel", pikirku.
Setelah membaca novel ini, sampai halaman 222, aku menyesal. Menyesal membeli buku ini? Bukan. Aku menyesal kenapa aku tidak membaca buku ini 3 tahun yang lalu!Hehehe...
Tentang isinya, aku sependapat dengan Pak Ahmad Tohari, ini novel yang bagus dan tentu saja membangun jiwa. Tidak ada istilah sia-sia jika Anda membaca novel ini. Nilai-nilai agama, budaya dan cinta, semuanya ada dalam novel ini.
Satu hal yang mungkin perlu saya garis bawahi adalah tokoh Fahri. Fahri terlalu sempurna bagiku. Kesempurnaan Fahri menurutku adalah ketidaksempurnaan novel ini. Saya jadi tidak "in" saat membaca novel ini, setidaknya hingga Fahri ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Dan klimaksnya, justru saya rasakan pada akhir novel ini, saat Maria berusaha keras masuk surga melalui pintu "Babur Rahma". Saya sampai menitikkan air mata lho. Hiks...
Danke Kang Abik... =)

NB:
[+] Kalau novel AAC ini membuat hatiku gerimis, justru komik Samurai X lah yang bisa membuat hatiku hujan (dan menjadikan komik itu jadi komik favoritku...hehehe...). Kenshin Himura (tokoh utama dalam Samurai X) bukanlah tokoh yang sempurna. Kenshin menginspirasiku untuk berubah ke arah yang lebih baik, yang tentunya itu bukanlah suatu hal yang mudah bagiku. Kenshin mengingatkanku pada kebodohan-kebodohan yang telah aku lakukan di masa lalu. Dan Kenshin juga lah yang mengingatkan aku pada dosa-dosa yang telah aku perbuat. Dosa-dosa dari seorang Batosai "Si Pembantai". :(
[+] Kabarnya film AAC akan segera diluncurkan, setidaknya pada bulan Januari 2008. Prediksiku, film ini tidak akan sebagus novelnya. Mencari pemeran "Fahri" lah yang menjadi kendala, soalnya AAC=Biografi Fahri. Tapi kita tunggu saja.... Hanung Bramantyo tentu tidak akan membuat film yang "asal jadi", apalagi dari novel religi sekelas AAC.
[+] Artikel ini juga telah dikirim ke e-mail pengarang AAC (aac_basmala@yahoo.com).

Recent Comments