Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Minggu, 23 Agustus 2009

Dokter PTT Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil

Pluralisme dan Kebhinekaan dalam Kedokteran Indonesia




Sebelumnya, aku ucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga dr Lidya Olivia Pietersz, sejawatku yang sedang menjalankan tugas sebagai dokter PTT di PKM Nuniari, Taniwei, Kabupaten Seram Bagian Barat-Maluku yang meninggal beberapa waktu yang lalu. Konon kabarnya, dokter ini meninggal karena tertembak oknum TNI. Pastilah keluarga yang ditinggalkan menanggung duka yang tak tertanggungkan. Dan aku harap, kejadian ini tidak menyurutkan niat para sejawat untuk menjalankan tugas sebagai dokter PTT di luar Jawa.


Sebelumnya lagi, akan aku jelaskan sedikit tentang dokter PTT ini. Dokter PTT adalah kependekan dari dokter pegawai tidak tetap. Masa kerjanya 1 tahun dan untuk daerah sangat terpencil tertentu cuma 6 bulan saja, selanjutnya bisa diperpanjang. Sepanjang yang aku tahu, penempatan dokter ini sekarang, hampir pasti di luar Jawa. Ini adalah strategi dari Departemen Kesehatan untuk menghindari penumpukan dokter di tanah Jawa. Dengan dibekali insentif secukupnya, para dokter ini diharapkan mampu menerapkan ilmu yang dimilikinya di daerah terpencil dan sangat terpencil yang umumnya belum memiliki tenaga dokter.

Bukan main antusiasnya animo para dokter lulusan baru menyikapi program Depkes yang satu ini. Tidak hanya dokter lelaki saja, dokter perempuan pun tak mau kalah. Tentang hal ini aku kadang berpikir, apakah orang tua mereka tidak cemas terhadap keselamatan anak perempuan mereka di tanah asing. Tapi itu lah perempuan jaman sekarang, apa bisa dicegah. Dipingit sudah bukan jamannya lagi. Tentang motivasi, tentunya beragam. Kenalanku saat PTT di Kalimantan dulu, seorang dokter gigi yang cantik, punya alasan yang sedikit unik. Dirinya memilih Kalimantan supaya bisa PDKT lagi dengan mantan pacarnya. Cinta itu Kawan, rupanya bisa jadi alasan untuk berbuat nekat.

Penduduk di daerah terpencil dan sangat terpencil di luar Jawa sana tentu sangat senang dengan kedatangan para dokter ini. Dulu mungkin orang Papua tidak pernah membayangkan akan kedatangan dokter cantik dari Jakarta dan bakal menyuntik bokong mereka. Dulu orang Kalimantan mungkin tidak pernah bermimpi, suatu saat persalinannya bakal ditolong oleh dokter ganteng dari Wonogiri, tapi demikian lah yang terjadi.

Secara pribadi, aku berterima kasih kepada media blog yang telah menginspirasiku untuk juga mengikuti jejak para sejawat yang sudah terlebih dahulu PTT di luar Jawa. Dari blog, aku mendengar kisah mereka saat harus bersusah payah memahami keluhan pasien, karena bahasa derah yang tak dipahaminya. Atau harus naik perahu berjam-jam untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Saat listrik cuma menyala empat jam dalam sehari, atau harus membeli kelambu supaya tidak tertular malaria dari nyamuk yang jumlahnya milyaran.

Dan dari sini sebenarnya tidak ada lagi yang namanya suku, ras dan agama dalam pelayanan kesehatan. Orang Banjar berobat pada dokter Jawa, orang Bugis berobat pada dokter Bali. Tidak pernah sekali pun ada dokter yang hanya mau mengobati pasien dari sukunya sendiri. Pertanyaan pertama dari dokter adalah “Keluhannya apa?” dan bukan “Dari suku mana?”. Pertanyaan berikutnya adalah “Sejak kapan keluhan itu muncul?”, dan bukan “Agamamu apa?”.

Tidak cuma soal kasus yang aneh-aneh, yang mungkin tidak pernah mereka jumpai pada saat kuliah di Fakultas Kedokteran, tapi para dokter PTT ini juga bisa menikmati pengalaman yang mengasyikkan. Sebut saja dr Luluch yang mendapatkan anggrek daun bulat dari pasiennya saat PTT di Numfor, dr Indra yang melakukan venaseksi untuk pertama kalinya saat PTT di Halmahera Selatan, dr Mita yang menemukan kenyataan bahwa 95 persen penduduk tempat beliau PTT di Yahukimo pernah terjangkit malaria, sampai seorang dokter PTT yang di sela-sela masa kerjanya, sempat-sempatnya belajar menanam mangrove dan membakar ikan tuna segar di tempatnya PTT di daerah Selayar.

Indonesia itu luas, dan kaya dengan kebhinekaannya.

19 komentar:

Anonim mengatakan...

wah pak dokter terimakasih atas sarannya...klo purworejo itu jauh sekali dari tegal :D

purworejo itu sebelah barat persis provinsi DIY, jalur selatan....

btw, mantap penjelesan mengenai PTT..jadi teringat teman2 saya satu kos yg dokter...pada PTT kemana ajah yah :D

Berkarya Merajut Harapan mengatakan...

Kok, dr. andri sendiri ga disebut sih. Padahal tu ya postingan2nya ada yg *ndemenin* spt ni ya, "ramadan di kapuas". Pak dokter kawatir riya ya.. btw, lewat blog pula sy kenal sejawat yg jd selebritis blog, secara kan *Andri Journal* masuk "top indonesiamatter"..

Andri Journal mengatakan...

@ dr Tantur:
Lha,aku kan dah terlalu banyak memuji diri sendiri di blog ini,jd gak ada salahnya skr menyebut sejawat yg lain..hehe..Kalo gak salah dokter dulu jg pernah PTT di Aceh ya?Oia,link ke dokter2 PTT itu aku dapat dari blog sampeyan lho. :)

arifin mengatakan...

selamat berjuang mas... bangsa ini membutuhkan lebih banyak lagi orang seperti Anda

salam kenal.

big sugeng mengatakan...

Pengalaman yang dikenang seumur hidup yang tidak dimiliki oleh dokter yang hanya PTT di kota di pulau jawa. Menolong tanpa pamrih dan penuh perjuangan. Mudah2an semangat itu tetap menyala sampai kapanpun

mel mengatakan...

mengabdi di masyarakat,,,,,itu yg penting...mantap,,

Unknown mengatakan...

Karakter dokter yang bersedia untuk PTT itu hanya dua macam:
1. Dokternya senang jalan-jalan
2. Dokternya sudah nggak waras

Andri Journal mengatakan...

@ dr Vicky:
Gak waras jg gak pa pa,yg penting banyak beramal. :p Gimana vic?PTT nya dah maw selesai ya?Atau,jangan2 km dah kabur dari pulang pisau. :D

abang mengatakan...

Selamat menjalankan Pengabdian Dri .. semoga selalu di Ridhoi oleh Allah Swt

Anonim mengatakan...

Jeng:
two thumbs untuk pengambiannya :)

Anonim mengatakan...

@jeng: bukan pengambiannya, tp pengabdiannya jeng :)

aksesoris wanita mengatakan...

semangat berjuang bro ... jasa anda sangat diperlukan

haryoga mengatakan...

turut berduka juga atas meninggalnya dr.lidya. ayo jangan pernah menyerah untuk mengabdi pada nusa dan bangsa.nusantara yang ita cintai ini.
dimanapun dokter PTT bertugas semanguuaaattt!!!

ijal mengatakan...

yang ketembak itu kalo ga salah kecelakaan bukan si mas? alias nda sengaja..

Dony Alfan mengatakan...

Salut dengan pengabdianmu, dok! Indonesia butuh banyak orang seperti dirimu, jayalah negeri ini!

ririn mengatakan...

wah, kalo udah gini jadi terharu2 gimanaaa gitu *lah, ko terharu[-(

hm, aku suka heran sama dokter2 yang mau dikirim ke negeri antah berantah gitu..kok mau2nya,hehe.. di jawa aja, praktek bentar bisa beli BMW..:D

ternyata.. cuma beli BMW sih ngapain susah2 kuliah dokter, semua jurusan juga bisa..
BMW itu gampang, tapi, dapet anggrek daun bulat dari pasien??kalo ga dokter, mana bisaa
*bisa sih, kalo maksa.tapi kan ga seru =))

duh, pokoknya salut lah,dok..

Anonim mengatakan...

bg dri kabar2 nya PPT ditutup ya tahun 2010, trus jadi ngabdi di rumah sakit daerah gitu selama setahun dengan gaji yang belm jelas..tolong info ya bg, ag masih coas ni bg,..setahun lagi bru TAMAT.

MegaPro Independent Campaign Team mengatakan...

Mohon izin dr Andri, informasi simposium sumpah dokter 172 angkatan th 2003,judul Comprehensive approach of advance live saving management,di sunan hotel, tgl 13/06/2010, 6 SKP, tiket 160rb u dokter dan 120 u mahsw/koas,diskon untuk pemesanan kelompok,hub dian nugroho,S.Ked 085867346330, lihat info di siberinfo.wordpress.com,makasih dokter diberi izin nimbrung,

peluang bisnis online tanpa ribet mengatakan...

smoga mendapat balasan berkah atas pengabdiannya yah.Amiiiin

Recent Comments