Kasus diabetes di masyarakat semakin banyak. Komplikasinya juga semakin mudah ditemui, baik itu karena hipoglikemia maupun hiperglikemia. Untuk komplikasi hiperglikemia, saat aku koas dulu, aku pernah menjumpai kadar gula darah sewaktu sebesar 1000. Bukan main tingginya. Padahal normalnya kurang dari 200. Pasien itu akhirnya meninggal.
Hiperglikemia dengan dehidrasi
Pasien dengan kondisi hiperglikemia, apalagi dengan kadar yang begitu ekstrim, biasanya mengalami dehidrasi. Hiperglikemia akan mendorong terjadinya diuresis osmotik. Tekanan darah biasanya akan turun hingga di bawah normal. Dalam kasus ketoasidosis diabetik (KAD), biasanya juga dijumpai adanya napas cepat dan dalam (Kussmaul).
Terapi KAD ada dua tahap. Jam pertama cairan, jam kedua insulin. Pada jam pertama, dehidrasi yang terjadi perlu diterapi secepatnya dengan cairan. Pilihan antara NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari ada tidaknya hipotensi dan tinggi rendahnya kadar natrium. Pada umumnya dibutuhkan 1-2 liter dalam jam pertama. Pedoman untuk menilai hidrasi ialah turgor jaringan, tekanan darah, keluaran urin dan pemantauan keseimbangan cairan.
Insulin baru diberikan pada jam kedua. 10 U diberikan sebagai bolus intravena, disusul dengan infus larutan insulin regular dengan laju 2-5 U/jam. Sebaiknya larutan 5 U insulin dalam 50 ml NaCl 0,9% bermuara dalam larutan untuk rehidrasi dan dapat diatur laju tetesannya terpisah (8-16 tpm). Metode ini disebut sebagai metode syringe pump. Dosis insulin 0,1 μL/kgBB/jam dengan evaluasi glukosa darah per jam.
Bila kadar glukosa turun sampai 300 atau kurang, laju larutan insulin dikurangi menjadi 1-2 U/jam dan larutan rehidrasi diganti dengan glukosa 5%. Pada waktu pasien dapat makan lagi, diberikan sejumlah kalori dalam 4 porsi, sesuai dengan kebutuhannya. Insulin regular diberikan subkutan 4 kali sehari secara bertahap (misal 4 x 8 U, 4 x 10 U, dst) sesuai kadar glukosa darah.
Hiperglikemia tanpa dehidrasi
Beberapa waktu yang lalu, ada pasien diabetes yang datang dengan keluhan kejang. Tekanan darahnya 150/90. Saat diukur, kadar glukosa darah sewaktunya 400-an. Kuberikan Humulin-R dengan metode sliding, dosisnya 8 U/8 jam. Selain itu juga kuberikan inj cefotaxim 1 gr/12 jam, inj piracetam 3 gr/6 jam dan inj diazepam extra. Evaluasi glukosa darah dilakukan per 6 jam, dengan catatan bila glukosa darah sewaktu kurang dari 100 maka insulin dihentikan. Outcome-nya cukup bagus. Pasien tidak kejang dan glukosa darah sewaktunya turun menjadi 300-an.
Metode sliding berarti menurunkan secara cepat kadar gula darah. Selain itu bisa digunakan untuk menentukan kebutuhan insulin dalam 24 jam. Dosis insulin disesuaikan dengan kadar glukosa darah sewaktu yang dipantau tiap 6 jam. Misalnya: 200-250 = 4 U; 251-300 = 8 U; 301-350 = 12 U, 351-400 = 16 U; 401-450 = 20 U; 451-500 = 24 U. Jika glukosa darah sewaktu kurang dari 200 maka insulin dihentikan.
5 komentar:
wah kalo saya dulu pernah menjumpai yang GDS = 600-an, tp masih baik2 saja..
Naahh.. penyakit iki banyak di swiss Ndri.. bahkan bisa dianggap penyakit turunan juga. Apa bener kali ya? ditempatku kiy ada yang udah bener2 parah dengan penyakit iki, jadi ngeri aku :(
@ ijal:
respon masing2 individu terhadap hiperglikemia memang berlainan jal.Ada yg GDS-nya kurang dari 600 tp udah ada penurunan kesadaran.
@ mbak Judith:
faktor keturunan bisa saja berpengaruh,walaupun gaya hidup yg tidak sehat ternyata jadi faktor resiko yg utama.Komplikasi diabetes memang berbahaya mbak,baik yg akut maupun yg kronik.
nice posting..
belajar hidup sehat mulai dari sekarang, ayo segera, jangan tunggu besok
Posting Komentar