Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Rabu, 09 Juni 2010

Pelatihan DOTS - HDL

Pada tanggal 16 hingga 20 Mei 2010, aku dan temanku mengikuti Pelatihan DOTS – HDL tahun 2010 yang diselenggarakan di Grand Cikarang Hotel, Bekasi. Pelatihan berlangsung selama lima hari, mulai jam 08.00 sampai jam 17.15. Fasilitator berasal dari Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medika, Kementerian Kesehatan RI.

Kami ke Bekasi naik bis. Alasan pertama, karena kami tidak mendapat uang saku sepeser pun, jadi kami lebih memilih transportasi termurah. Alasan kedua, dan ini yang terpenting, karena lokasi pemberhentian bis ke Jakarta yang hendak kami naiki letaknya sangat berdekatan dengan Grand Cikarang Hotel. Bandara maupun stasiun kereta api jauh letaknya.

Setelah menempuh perjalanan selama 14 jam, dan sempat hipotermia di dalam bus karena dinginnya AC, kami akhirnya sampai juga di hotel yang dituju sekitar jam 6 pagi. Setelah meletakkan barang-barang kami bergegas ke coffe shop dalam hotel untuk sarapan. Saat itu kami belum mandi. Heran juga dengan orang-orang yang sarapan di tempat yang sama. Mereka sudah bersih, wangi, necis dan membawa tas bertuliskan Pelatihan DOTS-HDL. Tak ayal, mereka adalah peserta workshop juga seperti halnya kami, tapi kok sudah bawa tas segala? Kami mengacuhkannya, karena yang kami tahu acara baru dimulai jam 12.00. Itu menurut jadwal yang kami bawa dari Wonogiri.

Sesampai di kamar, kami tidur-tiduran, sambil menonton HBO. Omma..nyaman benar. Dinginnya kamar ber-AC sangat sinergi dengan perut kenyang. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, aku iseng-iseng menelfon mbak-mbak resepsionis, barangkali ada informasi terbaru mengenai workshop.

“Halo”
“Halo Bapak. Ada yang bisa kami bantu?”
“Ini Andri dari kamar 206. Saya peserta workshop Depkes. Acaranya dimulai jam 12 kan?”
“Maaf Bapak. Acara Depkes sudah dimulai sejak kemarin malam. Silakan Bapak langsung mendaftar ke Aula lantai 1”

Waduh!

Workshop berjalan menyenangkan. Yang jelas makan sehari tiga kali dengan menu yang enak dan bergizi, serta memenuhi kriteria Empat Sehat Lima Sempurna. Kamar hotel sejuk, ditemani dengan seduhan teh hangat Sosro Heritage yang bercita rasa tinggi. Siaran televisi mulai dari BBC, HBO sampai Star Movie ada semua.

Lima hari membahas modul tentang TB menjadi tak terasa.

Sekembalinya dari Bekasi aku laporkan apa yang aku dapat kepada Wadir Yanmed. Aku menghargai tanggapan yang diberikan beliau, termasuk paparannya mengenai beberapa kendala yang dihadapi rumah sakit selama ini dalam pelayanan pasien TB. Unit DOTS sebenarnya sudah ada, tapi tak berfungsi. Aku juga mendapat beberapa masukan dari spesialis paru, terutama pentingnya kebijakan dari Direktur mengenai jejaring internal.

Berikut oleh-oleh dari Cikarang.

***

Hospital DOTS Linkage

Menurut WHO (1999) jumlah pasien Tuberkulosis (TB) di Indonesia sekitar 10% jumlah pasien TB di dunia dan merupakan ke 3 terbanyak di dunia setelah India dan China. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kondisi ini diperparah oleh kejadian HIV yang semakin meningkat dan bertambahnya jumlah kasus kekebalan ganda kuman TB terhadap OAT atau MDR-TB bahkan XDR-TB.

Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %. Daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk tersebut, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak akan menjadi pasien TB, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi pasien TB.

Program Nasional Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS di Indonesia dimulai pada tahun 1995. Sampai akhir 2007, program Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS telah menjangkau 98% dari jumlah Puskesmas yang ada, namun untuk rumah sakit baru sekitar 38%, sedangkan BP4/BKPM/BBKPM sekitar 97%. Padahal, pada kenyataannya, pasien TB bukan hanya datang ke Puskesmas, melainkan juga ke Rumah Sakit.

Tujuan Program Penanggulangan TB ada tiga yaitu menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantai penularan serta mencegah terjadinya MDR TB. Sedangkan Target program penanggulangan TB Nasional adalah menemukan pasien baru TB BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan pasien baru TB BTA positif dan menyembuhkan paling sedikit 85% dari semua pasien baru TB BTA positif yang diobati.

Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan Strategi DOTS. Strategi DOTS terdiri dari lima komponen, yaitu: komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana; diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung; pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); kesinambungan persediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek untuk pasien; dan pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program TB. Setiap Pelayanan TB harus berdasarkan Internasional Standard for Tuberculosis Care (ISTC). ISTC terdiri dari 6 standar untuk penegakan diagnosis, 9 standar untuk pengobatan, dan 2 standar untuk fungsi tanggungjawab kesehatan masyarakat.

Pelaksanaan pelayanan TB di rumah sakit sangat rumit dengan keterlibatan pelbagai bidang disiplin ilmu kedokteran serta penunjang medik, baik di poliklinik, maupun bangsal bagi pasien rawat jalan dan rawat inap serta rujukan pasien dan speciment.

5 komentar:

tfd mengatakan...

TB apakah sudah naik peringkat dunia? aku lagi riset ICT tentang TB juga niy...puciiiiinnng...^^

yenni 'yendoel' mengatakan...

saat alm. papa ku sakit stroke, kemudian menyerang paru karena kebanyakan baring gak bisa gerak, kata dokter pulmonologis-nya, ada kuman tb di paru2 papaku. tapi gak tau bener apa nggak, soalnya keluarga selama ini gak ada riwayat tb. apalagi kami dah terlanjur gak percaya sama sang dokter yang kayaknya materialistis. si dokter sdh nilainya negatif di mata keluarga kami.
kenapa di indo penderita penyakit tb banyak yah? kalo di china, kayaknya jarang terdengar lagi penyakit2 macam tb dan demam berdarah.

Unknown mengatakan...

Kadang program nggak jalan karena perlu ada "kemauan politik" dari pimpinan. Sementara karena pimpinan tidak ikut diklat maka yaa begitulah.

Andri Journal mengatakan...

@ tfd:
Setahu saya Indonesia di peringkat ke-3 terbanyak di dunia..

@ mbak yenni:
Di Indonesia, banyaknya kasus TB mungkin merupakan imbas dari situasi sosial ekonomi yang tak menguntungkan, misalnya keadaan malnutrisi, pelayanan kesehatan yang buruk dan tuna wisma. BTW, untuk jumlah kasus TB, China peringkat ke-2 terbanyak dunia lho..

@ pak big sugeng:
Memang betul pak, tanpa komitmen dari pimpinan program ini tak bisa berjalan. Tapi komitmen dari seluruh jajaran rumah sakit juga diperlukan, mulai dari dokter spesialis, perawat, sampai laboratorium..

jobs mengatakan...

perjuangkan untuk mendapatkan ilmu, dengan sudah apayh yang penting bisa ikut
semangat bos..

Recent Comments