Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Rabu, 21 Juli 2010

Raditya Dika di Solo

Seorang lelaki berperawakan pendek,mungkin cuma sebahuku,berkulit putih dan berwajah imut berjalan di depanku. Di belakangnya tampak beberapa orang,yang memakai seragam hitam,tergopoh-gopoh mengikutinya.Orang itu,adalah Raditya Dika,seorang penulis novel yang cukup laris.Salah satu novel yang kupunyai adalah Kambing Jantan.Novel,yang kemudian menjadi salah satu inspirasiku,untuk menulis pengalaman pribadi di blogku yang sederhana ini.

Aku bukan lah penggemar Raditya Dika,setidaknya itu bisa dilihat dari koleksi buku karyanya yang tidak semuanya aku beli.Novel Kambing Jantan pun-maaf kata,tidak selesai kubaca.Bukan karena jelek,tapi mungkin tidak selera saja.Seperti halnya pecinta musik dangdut yang tak terlalu suka musik rock.Atau pecinta baked beef lasagna yang tak terlalu suka singkong rebus.Atau bahkan,pecinta burung yang tak terlalu suka mendaki gunung.Ah sudahlah.

Tapi,aku respek pada Raditya Dika karena telah mampu menulis dengan baik,dan membuat beberapa penggemarnya,yang jumlahnya tak sedikit, jatuh hati.Mereka rela datang ke acara talkshow yang diselenggarakan di sebuah toko buku di Solo,dengan antusiasme yang tinggi.Aku sendiri,datang dari Wonogiri,yang jaraknya tak kurang dari 30 kilometer,berpanas-panas pula,karena datang naik sepeda motor tengah hari.Semua itu kulakukan demi satu hal: riset!Keren benar.

Aku ingin belajar,bagaimana dia bisa menulis seperti itu,apa saja kiat-kiatnya.Barangkali,setelah ikut acara talkshow itu,aku bisa menulis cerita dengan lebih mengalir,dan tentunya menarik.Dan sepintas lalu,kulihat mereka yang berdatangan,mayoritas adalah remaja putri.Hal ini bertolak belakang dengan peserta acara talkshow yang diselenggarakan di tempat yang sama,beberapa minggu sebelumnya,yang temanya tentang mainan bernama rubik.

Rupanya,telah ada semacam pembagian segmen pasar dalam hal ini: remaja putri senang membaca buku,terutama yang bersangkut paut dengan urusan cinta dan tetek bengeknya,sedangkan remaja putera lebih tertarik dengan mainan yang mengandalkan ketrampilan dengan rumus-rumus tertentu.Jadi,tidaklah mengherankan, jika SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas),lebih didominasi kaum hawa.Karena didalamnya ada pelajaran berkenaan dengan buku,utamanya buku akuntansi,yang didalamnya ada debit-kreditnya itu.Dan STM (Sekolah Teknologi Menengah),didominasi kaum adam.Tak lain karena minat remaja putera yang tinggi dalam mengutak-atik mesin dan peralatan elektronik termasuk resistor,transistor dan kondensator.

Suara Raditya Dika dalam acara itu kurang jelas,mungkin karena pengeras suara yang kurang prima,atau mungkin karena kupingku yang harus segera diperiksakan ke dokter THT.Tapi ada dua hal yang kutangkap.Pertama,saat dia menjelaskan,beda pria dan wanita dalam hal putus cinta.Wanita,lebih mudah memutuskan pasangannya,dibanding pria.Tanpa banyak cingcong,wanita bisa memutuskan pacarnya lewat telepon,dan pria yang malang itu,mau tidak mau harus menerima kenyataan hidupnya.Lain halnya dengan pria,yang hendak memutus pacarnya,pasti susah dan bertele-tele.Belum lagi kalau wanitanya mewek-mewek dan tak mau diputus.Aih.

Kedua,tentang permainan psikologis saat naik mobil berdua dengan pacar,saat kondisi bertengkar.Wanita bilang "turunkan aku di sini".Pria diam saja.Wanita bilang "turunkan aku di sini!!! (dengan tiga tanda seru)" berulang-ulang,tapi sang pria tetap menyetir mobilnya dan berkata "udahlah sayang..jangan ngambek begitu..",dengan wajah memohon.Tapi wanita berkehendak lain "kalau tidak nurunin aku di sini,aku bakalan lompat".Pria menyerah, "oke oke..tunggu sebentar..baiklah kamu kuturunkan di sini".Mobil pun menepi dan kemudian berhenti,dan pria itu lalu berkata "silakan turun".Wanita menangis dan berkata "kok kamu tega sih nurunin aku di sini".

Tentang teori putus-memutus ala Raditya Dika itu dan tentang sikap dilematis dalam mengahadapi wanita itu,aku tak mengatakan itu benar atau salah.Tapi sepertinya dia sudah mengadakan riset mengenai hal tersebut,dan mungkin juga,ditambah dengan pengalaman pribadinya.

Dan karena suara yang tak jelas tadi,aku mengalihkan perhatian pada seorang lelaki yang ada persis di sampingku.Dia sepertinya adalah seorang fotografer.Berkali-kali dia menjepret dengan kamera DSLR-nya,tapi kuintip hasilnya di layar LCD,tidak bagus-bagus amat.Aku pun juga bisa kalau hasilnya standar seperti itu.Dari caranya mengambil posisi saja sudah salah.Harusnya,dia ambil posisi di depan dan bukannya di belakang,jadi obyek utamanya bisa terlihat langsung.

Fotografer itu memakai modus manual. Waktu dia memakai kecepatan rana tinggi,obyeknya jelas,tapi gambarnya jadi gelap.Begitu kecepatan rana diturunkan,gambarnya terang,tapi obyek jadi kurang tajam.Begitu gambarnya terang dan jelas,di depannya tiba-tiba ada kepala penonton yang nongol.Rasakan itu.

6 komentar:

yenni 'yendoel' mengatakan...

wah, dok, aku gak tau siapa itu raditya dika...heheheee... sudah lama gak ngikutin perkembangan buku di tanah air, kecuali kalo bukunya ditulis oleh temanku, baru menengok, krn biasanya dipublikasikan via facebook.
jadi gimana dok,kiat2nya raditya dah dapt belon?

berkarya merajut harapan mengatakan...

emang cinta ada hub-nya dgn smea/akuntansi ya, dok? hehe

aphied mengatakan...

cerita itu ringkasan dr novel barunya dok, MMj.
baguss ko. hehe.
kmr dy jg hbs talkshow d smr. :DD

baburinix! mengatakan...

asik jua dokter kita ni...

kararawai mengatakan...

kisah cinta ..memang asik betul?

Ajeng Kartika mengatakan...

bagaimana perasaannya liat Talkshow kemarin? kurang puas?

Recent Comments