Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Jumat, 14 Maret 2008

Kejang Demam



Hari itu hari Minggu, tepatnya jam 12 siang. Saya sedang nyantai sambil baca koran. Tiba-tiba HP saya berbunyi, saya angkat, ternyata perawat RS tempat saya bekerja yang menelepon. “Ada apa?” kataku. “Ada pasien dok, cepetan ke IGD”, kata si perawat. Saya pun langsung beranjak.

Di IGD saya lihat seorang anak (yang kemudian diketahui berumur 3,5 tahun) terbujur kaku dengan kedua gigi mengatup. Saya tanya ke keluarganya, “Sejak kapan seperti ini?”. “10 menit yang lalu dok”, kata si bapak. Bapak itu juga bilang bahwa anaknya panas sejak kemarin disertai batuk.

Saya lihat vital sign, T=100/70, S=39 derajat Celcius. Pemeriksaan lain dalam batas normal. “Kejang demam nih”, batin saya. Saya lalu menyuruh perawat mengambil Stesolid..eh ternyata stoknya habis. Saya langsung teringat anjuran dari senior saya waktu di kampus. “Jika Stesolid tidak ada, gunakan diazepam injeksi lalu berikan per rectal”. Saya ambil 0,5 cc kemudian saya berikan pada anak tersebut dengan menggunakan spuit 1 cc (tentunya jarum dilepas terlebih dahulu). Si anak pun tertidur. Saya minta perawat dan keluarganya memonitor si anak selama satu jam, terutama frekuensi nafasnya.

Selang satu jam, si anak sudah sadar kembali. Saya bikinkan resep anti-panas, anti-histamin, antibiotik dan anti-kejang untuk diminum selama di rumah.



Kejang Demam

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia < 6 bulan atau > 3 tahun.

Tidak ada nilai ambang suhu untuk dapat terjadinya kejang demam walaupun tingginya suhu badan yang dianggap cukup untuk kejang demam menurut beberapa ahli ialah 38,5 derajat celsius atau lebih. Selama anak mengalami kejang demam, ia dapat kehilangan kesadaran disertai gerakan lengan dan kaki, atau justru disertai dengan kekakuan tubuhnya.

Kejang demam ini secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu : simple febrile seizures/kejang demam sederhana (kejang menyeluruh yang berlangsung < 15 menit dan tidak berulang dalam 24 jam) dan; complex febrile seizures / complex partial seizures/kejang demam kompleks (kejang fokal /hanya melibatkan salah satu bagian tubuh, berlangsung > 15 menit, dan atau berulang dalam waktu singkat-selama demam berlangsung).

Diperkirakan sekitar sepertiga anak dengan kejang demam akan mengalami serangan ulang. Kemungkinan berulangnya serangan bervariasi menurut usia. Anak yang mengalami kejang demam sederhana pertama saat usia kurang dari 1 tahun, 50 % akan mengalami kekambuhan, sedangkan kejang yang dialami setelah usia 3 tahun, kemungkinan serangan berulang 20 %. Pada kebanyakan kasus jumlah kambuhnya serangan terbatas 2 - 3 kali . Hanya 9 - 17 % saja yang mengalami serangan ulang lebih dari 3 kali. Kemungkinan serangan ulang juga meningkat pada bayi yang mengalami kejang pada suhu dibawah 40 derajat Celcius, riwayat keluarga ada kejang demam atau kejang tanpa demam, dan serangan pertama berupa kejang demam kompleks.

Penanganan Kejang Demam
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

Pertama, anak harus dibaringkan di tempat yang datar (di lantai atau tempat tidur) dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak. Longgarkan baju yang terlalu ketat, bersihkan segala sesuatu yang terdapat pada mulut (air liur, sisa makanan, dll.). Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas. Jangan memberikan apapun melalui mulut (minum atau obat) pada saat anak kejang dan jangan memegangi anak untuk melawan kejang. Jika memungkinkan, anak dikompres dengan air hangat suam-suam kuku dengan harapan saat air hangat menguap, panas dari tubuh si anak ikut terangkat.

Kedua, sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit.

Hal ini didasari oleh adanya fakta bahwa kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, jarang mengakibatkan masalah, tetapi kejang yang terjadi lebih dari 30 menit akan mengakibatkan kerusakan otak.

Ketiga, setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.

Pemeriksaan Lanjutan
Setelah penanganan akut kejang demam, sumber demam perlu diteliti. Dalam sebuah penelitian, sumber demam pada kejang demam antara lain infeksi virus (tersering), otitis media, tonsilitis, ISK, gastroenteritis, infeksi paru2 (saluran napas bagian bawah),dan pasca imunisasi. Yang paling mengkhwatirkan kalau demam tinggi tersebut merupakan gejala peradangan otak, seperti meningitis atau ensefalitis.

Obat Jalan
Beberapa obat yang digunakan dalam penanganan jangka panjang adalah sebagai berikut:

Antipiretik (obat penurun panas)
Perlu diketahui bahwa segera memberi obat penurun panas setelah anak mulai demam bukanlah jaminan ia akan pasti terhindar dari kejang demam.

Diazepam
Pemberian diazepam per oral atau per rektal secara intermiten (berkala) saat onset demam dapat merupakan pilihan pada anak dengan risiko tinggi berulangnya kejang demam yang berat. Namun, edukasi orang tua merupakan syarat penting dalam pilihan ini. Efek samping yang dilaporkan antara lain ataksia (gerakan tak beraturan), letargi (lemas, sama sekali tidak aktif), dan rewel.

Profilaksis (obat pencegahan) berkelanjutan
Efektivitas profilaksis dengan fenobarbital hanya minimal, dan risiko efek sampingnya (hiperaktivitas, hipersensitivitas) melampaui keuntungan yang mungkin diperoleh.

Samakah dengan epilepsi?
Walaupun gejalanya sama yaitu kejang dan berulang, namun pada anak yang menderita epilepsi, episode kejang tidak disertai dengan demam. Kejang demam juga tidak menyebabkan epilepsi. Hanya saja seorang anak dengan kejang demam mempunyai resiko 10 kali lebih besar menderita epilepsi di kemudian hari dibandingkan anak normal. Tetapi secara umum, resiko terjadinya epilepsi hanya sebesar 2-4% dari seluruh populasi anak normal.



Langkah Antisipasi
Jika anak anda pernah mengalami kejang, sebaiknya selalu sediakan obat penurun panas, thermometer dan obat anti kejang yang dimasukkan melalui dubur.

Mintalah dokter anda untuk mengajarkan bagaimana cara memasukkan obat anti kejang tersebut. Berikan segera obat penurun panas jika anak anda mulai demam. Ukurlah suhu tubuh anak, jika anda sudah mengetahui pada suhu berapa anak anda kejang, maka anda bisa menyiapkan obat anti kejang dan mempersiapkan diri untuk tidak panik.

Stesolid Rectal Tube
KOMPOSISI: Tiap tube mengandung diazepam 5 mg/2,5 ml dan 10 mg/2,5 ml.
DOSIS: Dewasa = 10 – 20 mg/kali; Anak-anak 6-12 tahun = 10 mg/kali, 1-5 tahun = 5 mg/kali. Dosis ini dapat diulang bilamana dianggap perlu.

(dari berbagai sumber)
Gambar diambil dari : gambar 1, gambar 2

10 komentar:

dyah mengatakan...

Postingnya sangat informatif pak Dokter. Terima kasih, tapi moga2 gak perlu mengalami sendiri yaaaa !

Andri Journal mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Andri Journal mengatakan...

Terima kasih kembali mbak Dyah... ^_^

Loverock_MD mengatakan...

owh iya tu dok.. dulu diajarin sama dosen di kampus juga "jangan lupa sediakan diazepam per rectal di klinik"..

Anonim mengatakan...

thanks for sharing... tapi itu bapak udah ngasih obat anti panas ngga kemarin malamnya? kalo anak saya demamnya ngga turun 1 jam stl di kasih obat anti panas, saya akan langsung bawa ke dokter... ngga nunggu besoknya.

Andri Journal mengatakan...

@ Ijal:
Tidak hanya klinik,saya pikir keluarga yg memiliki anak dg riwayat kejang demam sebaiknya jg memiliki obat anti kejang yg dimasukkan melalui dubur...Penanganan sesegera mungkin tentu akan memberikan hasil yg lebih baik.

@ Mbak Lisa:
Sudah mbak...Tapi begitu efek obatnya habis,panasnya naik kembali.

`.¨☆¨geLLy¨☆¨.´ mengatakan...

wahhh thx dach sharing...penting bngt ini,moga aku selalu ingt klo dach punya anak suatu saat nnt amieN

Andri Journal mengatakan...

Amin..Moga2 anakmu ntar sehat selalu gel...Gak perlu ngalamin kejang segala. ^_^

Anonim mengatakan...

oh yah mau tanya nih kejang demam itu kek org kaget2 yah? anakku pernah panas trs waktu tdr dia kaget2 aku pikir itu cuma kagetan aja krn waktu baru lahir suka kaget2 sih

Andri Journal mengatakan...

Wah...kaget yg gimana ya mbak?Kejang tiap anak kan berlainan,tergantung jenis kejangnya jg.Ada yg tipe postur tonik (kekakuam otot menyeluruh),ada yg gerakam klonik (kontraksi dan relaksasi otot yg kuat dan berirama),ada yg gigi atau rahangnya terkatup rapat...bahkan ada jg yg sampai mengalami gangguan pernafasan dan kulitnya kebiruan.

Recent Comments