Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Jumat, 23 Mei 2008

Mengenal Perdarahan Subdural

Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman blogger sekalian yang telah mendoakan kesembuhan bagi ayah saya. Alhamdulillah, hingga hari kesepuluh, tingkat kesadarannya sudah membaik menjadi 11 (E3V3M5). Sudah bisa makan nasi tim, meskipun porsinya masih sedikit.




" Gambar atas adalah CT-Scan pada hari ke-6 perawatan, sedangkan gambar bawah adalah CT-Scan hari ke-3. Tidak ada perluasan dari perdarahan yang terjadi di daerah frontal, sehingga ahli bedah syaraf urung untuk melakukan tindakan dekompresi."

Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural timbul apabila terjadi bridging vein yang pecah dan darah berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka lucid interval juga lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jumlah perdarahan pada ruang ini berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan perdarahan subdural yang fatal.

Tidak semua perdarahan subdural bersifat letal. Pada beberapa kasus, perdarahan tidak berlanjut mencapai ukuran yang dapat menyebabkan kompresi pada otak, sehingga hanya menimbulkan gejala-gejala yang ringan. Pada beberapa kasus yang lain, memerlukan tindakan operatif segera untuk dekompresi otak.

Penyembuhan pada perdarahan subdural dimulai dengan terjadinya pembekuan pada perdarahan. Pembentukan skar dimulai dari sisi dura dan secara bertahap meluas ke seluruh permukaan bekuan. Pada waktu yang bersamaan, darah mengalami degradasi. Hasil akhir dari penyembuhan tersebut adalah terbentuknya jaringan skar yang lunak dan tipis yang menempel pada dura. Sering kali, pembuluh darah besar menetap pada skar, sehingga membuat skar tersebut rentan terhadap perlukaan berikutnya yang dapat menimbulkan perdarahan kembali. Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan pada perdarahan subdural ini bervariasi antar individu, tergantung pada kemampuan reparasi tubuh setiap individu sendiri.

Patofisiologi Cedera Kepala

Berdasarkan patofisiologinya cedera kepala dibagi menjadi cedera kepala primer dan cedera kepala skunder. Cedera kepala primer merupakan cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian cedera, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Cedera ini umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sakit dapat menjalani proses penyembuhan yang optimal.

Cedera kepala skunder merupakan proses lanjutan dari cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik. Pada penderita cedera kepala berat, pencegahan cedera kepala skunder dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan/keluaran penderita.

Penyebab cedera kepala skunder antara lain; penyebab sistemik (hipotensi, hipoksemia, hipo/hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia) dan penyebab intracranial (tekanan intrakranial meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak (brain shift), vasospasme, kejang, dan infeksi)

Penanganan Cedera Kepala

Penanganan kasus-kasus cedera kepala di unit gawat darurat/emergensi didasarkan atas patokan pemantauan dan penanganan terhadap 6 B, yakni :

1.Breathing
Perlu diperhatikan mengenai frekuensi dan jenis pernafasan penderita. Adanya obstruksi jalan nafas perlu segera dibebaskan dengan tindakan-tindakan : suction, intubasi, trakheostomi. Oksigenasi yang cukup atau hiperventilasi bila perlu, merupakan tindakan yang berperan penting sehubungan dengan edem serebri.

2.Blood
Mencakup pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium darah (Hb, leukosit). Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang menurun mencirikan adanya suatu peninggian tekanan intrakranial; sebaliknya tekanan darah yang menurun dan makin cepatnya denyut nadi menandakan adanya syok hipovolemik akibat perdarahan (yang kebanyakan bukan dari kepala/otak)dan memerlukan tindakan transfusi. Ayah saya yang biasanya memiliki tekanan darah sistolik 110 mmHg, pada saat di rumah sakit tekanannya menjadi 140 hingga 180 mmHg. Denyut nadinya juga dibawah nilai normal, berkisar antara 40-50 kali per menit (normalnya 60-100 kali per menit). Itu menandakan bahwa tekanan intrakranial ayah saya memang meninggi.

3.Brain
Langkah awal penilaian keadaan otak ditekankan terhadap respon-respon mata, motorik, dan verbal (GCS/Glasgow Coma Scale). Perubahan respon ini merupakan implikasi perbaikan/perburukan cedera kepala tersebut, dan bila pada pemantauan menunjukkan adanya perburukan kiranya perlu pemeriksaan lebih mendalam mengenai keadaan pupil(ukuran, bentuk, dan reaksi terhadap cahaya) serta gerakan-gerakan bola mata.

4.Bladder
Kandung kemih perlu selalu dikosongkan(pemasangan kateter) mengingat bahwa kandung kemih yang epnuh merupakan suatu rangsangan untuk mengedan sehingga tekanan intracranial cenderung lebih meningkat.

5.Bowel
Seperti halnya di atas, bahwa usus yang penuh juga cenderung untuk meninggikan TIK.

6.Bone
Mencegah terjadinya dekubitus, kontraktur sendi dan sekunder infeksi

Tidak hanya tenaga medis, orang awam pun sebaiknya mengetahui tindakan apa yang harus diperhatikan dalam menangani pasien cedera kepala. Secara dua puluh persen penderita cedera kepala mati karena kurang perawatan sebelum sampai di rumah sakit.

Untuk itu, dua hal yang harus diperhatikan yaitu oksigenasi yang adekuat dan tekanan darah sistolik dipertahankan di atas 100 mmHg. Penanganan cedera kepala yang benar saat pertama kali akan sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya cedera kepala sekunder.

Referensi:
Cedera Kepala (Head Injury) oleh Yayan Akhyar.
Penanganan Cedera Kepala di Puskesmas oleh ASRA AL FAUZI, PPDS I Ilmu Bedah Saraf FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
Traumatologi oleh Widyawati.
Trauma Kapitis oleh Harnawatiaj.

8 komentar:

Judith mengatakan...

Wah Ndri baca postinganmu, anak2ku nggak perlu kuliah kedokteran deh .. belajar aja lewat teorimu iki, hi hi!

sing sabar ndampingi bapak yo..

Anonim mengatakan...

Maaf nggak tahu kalau ayahnya kecelakaan, hanya bisa ikut berharap & berdoa, semoga ayahnya Andre cepet sehat kembali.

Andri Journal mengatakan...

Halah,mbak Judith bisa aja..Yo mbak,alhamdulillah sampai hari ke 17 ayah sudah sadar (GCS 14-15),walaupun anggota gerak bagian kanan masih lemah.Skr baru dalam tahap rehabilitasi.

Luluch The Cinnamon mengatakan...

Ndri, gimana bapakmu?
dah oke?
kamu sendiri skr gimana?masih di jawa pa dah balik ke Kalimantan?Aku ndak ketrima PTT ki hehehe :D

Andri Journal mengatakan...

@ mbak Ani :
Makasih atas doanya mbak...Ayah sudah kembali ke rumah kuq.

@ Luluch :
Alhamdulillah sudah mendingan luch..Masih di Jawa mungkin sampai hari Rabu, setelah mengantar Ayah kontrol.

Gak ketrima PTT gak masalah, sekolah lg aja luch!

Anonim mengatakan...

ma kasih banyak manfaatnya.

The Diary mengatakan...

Semoga lekas sembuh ya buat bapakmu Ndri... semoga bisa pulih seperti sediakala

Anonim mengatakan...

baru nemu blog ini...^-^
lam kenal mas....
mo nanya, kemarin hari minggu adik saya kecelakaan motor, ga pake helm sehingga kepala terbentur aspal. katanya ada penggumpalan darah pada kepala sebelah kiri (telinga kiri jd tdk bs untuk mendengar). dokter bilang tidak perlu operasi, mo diobservasi dulu sambil konsumsi obat. keadaan adik sih sadar, mlh bs ketawa2, tp apakah penggumpalan darah itu bs disembuhkan melalui obat? bagaimana klo menurut mas Andri?
terimakasih sebelumnya ya mas...(ke email saya saja keyshavananda@yahoo.com )

Recent Comments