Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Senin, 12 Mei 2008

Terusan Tengah

Terusan Tengah tidak seperti Terusan Suez atau pun Terusan Panama. Jauh! Terusan Tengah hanya lah sebuah desa yang teramat sepi, terisolir dari peradaban. Dimana lolongan anjing liar terkadang masih terdengar sayup-sayup di malam hari.

Terusan ini terdiri atas lima blok perumahan transmigran (blok A, B, C, D dan E), yang dibelah oleh anak Sungai Kapuas, tepat di tengahnya. Konsekuensinya, ada blok A kiri-A kanan, B kiri-B kanan, dan seterusnya. Masing-masing blok berjarak sekitar 2 kilometer, sehingga secara keseluruhan jarak Terusan Tengah sekitar 10 kilometer dari blok A hingga E. Antara blok yang berseberangan terdapat sebuah jembatan kayu yang menghubungkan keduanya.

Di kanan kiri sungai terdapat parit yang masuk ke pemukiman penduduk. Orang sini menyebutnya Ry (baca: rey). Ada sekitar 40-an Ry di Terusan Tengah. Ry ini semacam irigasi yang dialirkan ke sawah-sawah penduduk. Kedalamannya sekitar 2 meter dengan lebar sekitar 2,5 meter.

Bagi yang belum terbiasa, cuaca di Terusan sangat panas. Intensitas penyinaran matahari yang tinggi dan sumber daya yang melimpah menyebabkan tingginya penguapan yang menuimbulkan awan aktif/tebal. Curah hujan terbanyak jatuh pada bulan Januari dan April, sedangkan bulan kering/kemarau jatuh pada Juini sampai dengan Juli.



Aktivitas Penduduk

Khusus untuk blok A kanan dan C kanan, didominasi oleh orang Bali. Maka jangan heran bila di daerah tersebut terdapat banyak pura. Namanya pun mirip-mirip, biasanya berawalan Made, Wayan, Nyoman atau Ketut. Nama-nama itu mencerminkan urutan kelahiran dalam keluarga mereka.

Blok A kiri didominasi oleh orang Cilacap. Bahasa ngapak-nya juga masih sangat kentara. Lucu saja bila mendengarnya, benar-benar bahasa yang unik.

Puskesmas, SD dan SMP terdapat di blok B kiri, sehingga blok ini terlihat sedikit lebih padat penduduknya dibandingkan dengan blok-blok lainnya. Rumah dinas saya juga terdapat di blok ini.

Pasar kaget ada di blok A kiri dan C kiri. Pasar ini hanya ada seminggu sekali. Blok A kiri tiap hari Senin dan blok C kiri tiap hari Selasa. Selain hari itu, sepi. Yang dijajakan macam-macam: sayur mayur, makanan ringan, pakaian, peralatan elektronik dan tentu saja kelai bedandan, semacam bambu pancing. Ya, masyarakat di sini sangat gemar memancing. Ikannya pun lebih bervariasi daripada di Jawa. Salah satunya adalah ikan haruan (Ophiocephalus striatus), ikan khas Kalimantan.

Desa Agraris

Sembilan puluh persen penduduk adalah petani. Sisanya adalah pedagang, polisi, guru, tenaga kesehatan, dan segelintir pengidap skizofrenia. Masing-masing kepala keluarga umumnya memiliki sawah 2 hektar, itu adalah jatah untuk seorang transmigran. Padi yang ditanam bukan jenis Rajalele atau IR-64, tapi jenis padi lokal, hanya panen sekali setahun. Nasinya berbeda dengan nasi di Jawa. Kalau di Jawa orang bilang pulen (lunak), di sini nasinya keras dan ngepyar. “Cocok bila dibuat nasi goreng”, kata orang sini. Asal tahu saja, Kabupaten Kapuas notabene adalah lumbung padinya Kalimantan Tengah.

Sarana kesehatan meliputi sebuah Puskesmas di blok B kiri, dan 3 buah Pustu (A kiri, D kiri dan C kanan). Tidak ada aspal, apalagi mobil. Jalan di sini hanya selebar satu meteran, berupa tanah yang dilapisi kerikil. Beceknya minta ampun kalau habis hujan (ini yang bikin saya malas cuci motor).

Oh iya satu lagi. Terusan dikenal sebagai sarang perampok. Dalam satu bulan semenjak saya di sini, sudah ada 4 kali perampokan. Mereka adalah bajak laut, merampok di air. Bukan hanya malam hari, tapi kadang mereka juga beraksi di siang hari. Polisi di daerah sini hanya ada 4 biji, dan mereka tak berdaya dengan keadaan ini.

Bulan ini adalah musim tanam, tidak heran kalau banyak orang datang ke Puskesmas dengan kesakitan. Apalagi, kalau tidak terkena parang.


6 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah pantesan cita2ku jadi perawat nggak tercapai,lha wong liat luka gitu dah mrindhing,hiks ...

Anonim mengatakan...

transmigrasi kan program pemerintah,ya? pas jaman Pak Harto bukan,sih? kok bisa ga' dapet bibit IR,sih? dulu jaman pak Harto kan lagi heboh2nya nyuruh semua petani pake bibit unggul..atw,harganya mahal, jadi sekarang ga bisa kebeli,ya?

Anonim mengatakan...

eits, balik lagi.abis penasaran..gpp,yah? :D kalo penderita skizofrenia, mukanya bener2 ga' b'rekspresi,ya? kalo diapa2in juga tetep lempeng aja? ;)

Andri Journal mengatakan...

@ mbak Judith :
Mbak...kayaknya bakatmu jadi koki...Terbukti, blogmu penuh dengan makanan enak nan bergizi...hohoho... ^o^

@ Ririn ;
Ini ririn anaknya bu sukaptinah yang tinggal di blok B kiri itu kan??Wah, makasih ya dah nyempatin mampir ke blogku yang amburadul ini ;P
Penduduk sini pakai padi lokal soalnya perawatannya lebih mudah dan hasilnya juga bisa dijual lebih tinggi dari padi jenis IR. Tanah gambut di sini sepertinya juga lebih cocok bila ditanami padi lokal.
Skizofrenia kan banyak macamnya...yang kamu maksud itu mungkin yang tipe depresif. Skizofrenia yang tipe manik mah nggak bisa diem rin... ^_^

`.¨☆¨geLLy¨☆¨.´ mengatakan...

aku meRindiNg lihat daraHhh kk......moga cepet sembuH yacH

Andri Journal mengatakan...

Merinding wajar lah..Lha kalo seneng liat darah,itu baru gak wajar..hehe ^_^

Recent Comments