Quote




Be thankful for what you have; you'll end up having more. If you concentrate on what you don't have, you will never, ever have enough.

~ Oprah Winfrey

Jumat, 27 Juni 2008

Pasien Koma



Selasa pagi, jam setengah lima, ada seorang pria mengetuk pintu rumah. Ternyata orang dari blok A kiri, meminta saya untuk datang ke rumahnya. Ayahnya tidak bisa bernafas! Sesampainya di rumah pasien, saya lihat pasiennya adalah seorang pria berumur 80 tahun. Pasien terlihat setengah sadar dan terlihat sesak napas. Pikiran saya waktu itu mengarah ke udem paru berdasarkan pemeriksaan dada dimana didapatkan ronkhi di seluruh lapang parunya.

Untuk itu, saya memberitahu keluarga bahwa pasien harus dirawat di Puskesmas dan bila tidak ada perbaikan, sesegera mungkin dibawa ke RS Kapuas. Keluarga pun setuju. Sesampainya di Puskesmas, saya pasang infus dan kateter. Ketika saya periksa tekanan darahnya lagi, ternyata tekanannya 180/90. Pikiran saya beralih dari udem paru ke dugaan stroke perdarahan mengingat kesadaran pasien yang terus menurun. "Suara ronkhi kan bisa saja dihasilkan karena adanya lendir di saluran nafas atas", pikir saya.

Lalu saya utarakan maksud saya kepada keluarga pasien untuk segera membawa si kakek ini ke RS Kapuas. Keluarga bersedia, tapi menunggu salah seorang anaknya pulang dahulu (waduh!).

Puji Tuhan, singkat cerita si kakek berhasil sampai di RS Kapuas setelah mengarungi Sungai Kapuas selama tiga jam. Selama tiga jam di kelotok (semacam perahu dari kayu), rasanya seperti luamaaa sekaliii. Saya lihat dada si kakek masih naik turun (tandanya masih bernafas). Saya lihat juga infusnya, kalau-kalau macet. Begitulah, saya lihat keduanya bergantian.

Nah, sesampainya di IGD RS Kapuas pasien langsung disuction mulutnya dan dipasang mayo (supaya lidahnya tidak menyumbat saluran nafas). Karena pasien sudah tertangani oleh tim medis dari RS, maka saya kembali ke Terusan keesokan harinya.

Apakah ceritanya sudah berakhir sampai di sini? Ternyata tidak saudara-saudara. Pada hari Kamis siang, keluarga pasien tadi meminta saya untuk menginfus (lagi) si kakek. “Lho…kuq bisa? Bukannya sudah dirawat di RS Kapuas?”, kata saya.

Ternyata, pasien dibawa pulang kembali ke rumah oleh keluarganya! (wataaaaa…..). Usut punya usut, menurut cerita dari keluarga pasien, dokter yang menangani selama di RS Kapuas sudah angkat tangan dan mengatakan kalau harapan hidupnya tipis. Dengan alasan itulah keluarga membawa pulang pasien kembali ke rumah.

“Lha wong dokter spesialis aja sudah angkat tangan…apalagi saya!”, pikir saya dalam hati. Saya jelaskan kepada keluarga pasien, bahwa saya tidak bisa berbuat apa-apa selain memasang saluran untuk makan (NGT) dan saluran untuk kencing (kateter).

Si kakek akhirnya meninggal dunia keesokan harinya, jam 00.30 WIB, atau kira-kira satu jam menjelang kick off pertandingan sepakbola antara Rusia melawan Spanyol.

10 komentar:

eLpHieNa mengatakan...

Pertama..Findank ikt bela sungkawa atas meninggalx pasien..Bgitulah takdir,manusia hanya bisa berusaha dan berdoa.

Kedua...Menginggatkan findank pada uti (eyang putri) ku tercinta...Meninggal karena kanker rahim yg diderita slama 6tahun...Prnh smbuh kata dkterx pada 3thun skit,dan 2bln kmudian pndarahan akibat mengendong cu2 baru...Msuk RS DR SOETOMO SBY slama 3bln,dokter angkat tgan dan dperkirakan hnya brtahan +-9bulan-1thun..Ternyata 3 tahun uti ku msh kuat dgn pnderitaan akibat kanker jahat itu..Rmbut pnjangx sdh hilang,bdn kurus g scntik dulu..Akhirnya uti meminta anak menantu n cu2 brkumpul drmh, krn beliau sdh mrasa tdk kuat (sakaratul maut)...Mengigau dijemput alm kakek...Dan akhirnya meninggal dengan tenang didpn ibu kyai yg mendoakan,anak2,menantu2,cu2 nya yg jg berdoa selalu untukx hingga kini...Sblum menutup mata beliau berpesan utk tdk menangisi kpergianx,dan beliau menutup mata dgn menitikkan setetes air mata terakhir..Wajahnya tersenyum...Tasbih digengamanx...Uti ku pergi slamanya...Smoga beliau mendapatkan tempat terindah di sisiNYA.Amin

Andri Journal mengatakan...

@ Dik Fina:
Amin.
Semoga anak cucunya juga senantiasa diberikan kesabaran dan keselamatan, di dunia dan di akhirat kelak.

Judith mengatakan...

Nggak apa2 Ndri, yang penting para dokter dan kamu sudah berusaha. Gusti sudah atur semua ...

Malem ini aku nggak jadi jantungan Ndri, soale Spanyol menang.

Salam.

A.G mengatakan...

mas kirain sapa yg koma soale nek postingan dipajang potone sampean hehe... :)
ikut berduka atas meninggale pasien ...ikut sedih jg ya

sunandar mengatakan...

Turut berduka cita buat keluarga nya. Tenaga kesehatan hanyalah perpanjangan tuhan. Dan kita hanya berusaha berbuat apa yang bisa kita lakukan. Ada keterbatasan kita sebagai manusia. Tuhan telah menentukan kalau kalau kekek itu harus meninggal dengan jalan seperti itu. Semoga beliau mendapat tempat dan ridho dariNya. amin

Anonim mengatakan...

Heh, sampeyan udud tho? Bagi udud-e dok, haha

Anonim mengatakan...

Salah satu faktor resiko terjadinya CVA ya merokok... waduh mudah2an bapak dokter andri sadar ya...hehehe.. bercanda doc...
pengen tau Pengalamn kurang mengenakkan di DEPKES, bisa dilihat di my BLOG

becks

Andri Journal mengatakan...

@ mas Dony:
Udud kene bedo mbek Jowo mas..Djarum Super hora ono..Onone Cempaka, Gudang Garam Surya mbek Crystal..Rasane ra patio enak!

@ mas "Becks":
Aku tiru2 prof tjip mas...hihihi...

Daniel Witanto mengatakan...

Meninggalnya kakek ini pasti ada hikmahnya.. bukankah begitu? semua rencana yang di Atas.. Perjuangan dr. Andri hebat.. mantap..!

Anonim mengatakan...

fieewh, emang dokter2 itu oke2.. walopun keadaan gitu, bisaaa aja yah, tenang.. masih bisa mikir.. abis ini harus ngapain..

kalo ririn sih pasti udah pingsan duluan tuh.. cuma baca aja udah merinding, hehe

wah, salut ndri..

Recent Comments