Kemarin, saat sedang di kantor, aku terlibat pembicaraan dengan dua orang teman kantor, sebut lah namanya Mot dan Mit. Aku yang paling muda, sekaligus yang masih bujang. Yang paling banyak diam, karena memang kurang pengalaman.
“Di keluarga emang yang dominan istrinya ya Pak”, tanya Mit pada Mot. Aku dengan seksama mendengarkan. Berharap dapat pencerahan nantinya. Mit ini, sepanjang yang aku kenal, memang orangnya punya bakat seperti polisi. Canggihnya bukan main kalau masalah interogasi.
Dulu, pernah suatu ketika, saking terpojoknya, aku pulang dari kantor. Tak tahan rasanya dicecar polwan macam Mit. Tetapi Mot ini lebih berpengalaman daripada aku dalam menghadapi cecaran pertanyaan dari Mit.
“Ya gantian dong. Kadang di atas, kadang di bawah”, jawab Mot dengan terkekeh. Aku tahu jurusnya yang satu ini, mengidentifikasikan suatu permasalahan ke masalah mesum. Cara lama, tapi sering berhasil. Tapi Mit tak mau kalah.
“Sampeyan takut ya dengan istri sampeyan?”, Mit memasang jebakan.
“Bukannya takut”
“Lha terus apa kalau gak takut. Dia sering nanya-nanya lagi di mana…trus ama siapa kan?”
“Iya sih”
“Trus?”
“Cowok itu gak selalu takut ama istrinya. Cuma dia takut ribut aja”
Mit menyimak, sekaligus menyiapkan jebakan berikutnya.
“Cewek bersikap dominan karena takut kehilangan suaminya”
…
Sampai di sini aku lupa pembicaraan berikutnya.
Pesan yang kutangkap adalah, ada perbedaan motif antara cowok dan cewek dalam memperlakukan pasangannya. Suami seringkali dianggap takut dengan istrinya, terutama saat istrinya sedang marah-marah. Sebenarnya tidak selalu demikian. Cowok kurang suka keributan. Ribut pun pasti juga kalah. Kawan tentu ingat, bahwa amunisi kata-kata cewek lebih banyak dari cowok. Jangan lupa itu. Kata Mot, cowok juga lebih takut perkawinan yang telah dibangunnya bubar, dibandingkan cewek. Akhirnya, cowok lebih suka mengalah untuk hal-hal seperti ini. Baginya, banyak hal yang lebih pantas untuk dikerjakan daripada ribut-ribut yang tak jelas juntrungannya. Bagaimana menurut Kawan?
Terakhir, ada kata-kata dari Mot yang cukup menarik untuk direnungkan.
“Cewek itu selalu mampu, tapi gak selalu mau. Cowok itu selalu mau, tapi gak selalu mampu”
Wassalam.
11 komentar:
Sampai sekarang saya masih merenungkan arti dari kata-kata terakhir Mot. "Cewek itu selalu mampu, tapi nggak selalu mau. Cowok selalu mau, tapi nggak selalu mampu. Alangkah baiknya kalau tidak ada suami takut istri atau sebaliknya. Tapi seimbang gitu. Secara sekarang kan jamannya kesetaraan gender. Salam kenal.
hhmmm....
salam hangat!
seperti ciwir, *menyimak!
weleh2..saya kayaknya ilmunya lum nyampe..masih bujang hehe
tos dulu ah,,nama kita sama sama andri..bedanya dirimu cowo,,diriku cewe, hehhee
sebenarnya bukan takut tapi segan atau menghormati istri maksudnya menyeimbangkan hak istri di dalam perahu keluarga thanks
mampu apa? dan mau apa dok?
@ mbak yeni:
nah itu mbak.Aku jg belum terlalu paham itu dalam konteks apa.Apa dalam hal sex ya?Soalnya Mot ini kalo ngomong ujung2nya mesum je. :D
setuju!
tp jangan lupa, smua ada kodratnya.. ok?
pendapat dr andri gimana?
calon penulis apa memang penulis novel?
Posting Komentar