A Lesson Of Life From Hypertension
Tekanan darah sistolik 300 tidak pernah dianggap sebagai main-main. Malam itu saya dipanggil seseorang untuk datang ke blok E Kanan. Seorang wanita tidak sadarkan diri sejak 45 menit sebelum kedatangan saya. Sebelumnya pasien merasa pusing, kejang dan muntah-muntah. Saya periksa tekanan darahnya, ternyata 300/160. Kawan perlu tahu, bahwasanya skala maksimal alat ukur tekanan darah nilainya 300. Lebih dari itu kemungkinan besar kepala bisa meledak, maksud saya, pembuluh darah di otak bisa pecah spontan yang bermanifestasi sebagai stroke perdarahan.
Skor Siriraj yang saya hitung waktu itu sebesar 13. Secara kasar, itu bisa diartikan bahwa telah terjadi perdarahan otak pada wanita tersebut. Saya langsung teringat dengan perkataan seorang residen waktu saya koas bagian saraf.
“Kamu berani taruhan gak Ndri? Pasien itu gak akan bisa bertahan lebih dari 4 jam,” kata sang residen.
“Masak dok?”, kata saya setelah memeriksa seorang pasien koma dengan tekanan darah sistolik 300.
“Liat saja”, kata sang residen dengan tersenyum.
Benar saja, ternyata tidak sampai empat jam pasien tersebut meninggal. Cerdas bukan buatan residen itu. Nah, yang terjadi dengan wanita tersebut ternyata sama saja. Wanita tersebut meninggal dunia saat hendak dibawa ke RS Kapuas. Innalillahi wa inna ilaihi roojiun.
Orang mengatakan hal itu sebagai mati mendadak. Menurut hemat saya, itu tidak sepenuhnya benar. Tuhan telah memberi peringatan sejak tujuh bulan yang lalu, saat saya datang ke rumahnya pertama kali. Saat itu tekanan darahnya 280/160, dengan keluhan serupa. Bedanya, saat itu pasien masih sadar sehingga dimungkinkan pengobatan per oral.
Tuhan saat itu masih berkenan memberi kesempatan. Dengan naik jukung, melintasi anak sungai Kapuas di malam Jum’at, pasien lalu saya bawa ke Puskesmas untuk dirawat di sana. Sebagai pertolongan pertama saya berikan tablet Nifedipin sub lingual. Pasien selanjutnya saya terapi dengan diagnosa kerja ensefalopati hipertensi. Tekanan darah saat pulang 160/90.
Empat hari kemudian pasien memanggil saya untuk follow up. Ternyata tekanan darahnya naik lagi menjadi 220/120. Saat itu saya berikan kombinasi Nifedipin dan Captopril. Saya berpesan supaya pasien kontrol secara rutin. Jika Puskesmas di blok B Kiri dirasa terlalu jauh maka bisa saja kontrol ke Pustu blok D kiri. “Yang penting rutin kontrol,” kata saya.
Saya tidak pernah lagi mendengar kabar tentang wanita itu hingga tujuh bulan berselang. Namun keadaan saat ini berbeda dengan tujuh bulan yang lalu. Kedua giginya yang mengatup seolah-olah mencegah saya untuk memberi tablet Nifedipin sublingual sekali lagi.
Tuhan tidak pernah salah dan tidak akan pernah bisa disalahkan. Besar kemungkinan wanita tersebut tidak lagi memeriksakan tekanan darahnya. Dan kini dirinya harus merasakan akibatnya. Hipertensi memberi saya pelajaran moral nomor ke-enam belas: peristiwa hari ini bisa saja merupakan sebuah pertanda bagi peristiwa yang terjadi tujuh bulan yang akan datang.
Tuhan Maha Tahu.
Foto: “Masjid Raya Darussalam, Samarinda”
20 komentar:
makasi om dah rajin dateng ke blog bhosokku . .
wew, pelajaran moral ke enambelas..
gaya tulisan andrea hirata :p
dah bacaa maryamah karpov?
setuju tuuuuuuuuuuuuuuuu
kesempatan emang ga datang kedua kalinya, jadi sebelum mnyesal, harus berani ambil kesempatan itu.
aku ga mau lagi kehilangan kesempatan itu andri,
jadi mantapkan diri untuk majuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
@ Bhogey:
Udah bho.Tetralogi Andrea Hirata dah tak babat habis. :D Gaya tulisanku memang sedikit banyak dipengaruhi Andrea Hirata,walaupun novel lain yg pernah kubaca jg memiliki andil.Jdnya campur bawur. :p
@ Wirati:
Aku bilang 'terkadang' lho wir,jd gak 'selalu'.Yah,kalo kesempatan itu untuk hal2 yg baik sebaiknya diambil.Tp kalo yg dimaksud kesempatan untuk mencuri ya sebaiknya dilewatkan saja. :D
Kok dadi Andrea Hirata-an tho, hayo dong bergaya bahasa yg otentik, jd org tau its Andri, not Andrea :P
Ndri, emang terkadang kesempatang ga datang untuk yg ke 2 x, tp klo ada kesempatan ke 2, pasti ada kesempatan ke 3 :P (aku penganut positivisme he3 :D )
Memang penyakit Hipertensi ini Silent Killer!
Pasien sering mearasa tidak ada keluhan. jadinya males berobat. "Sudah sembuh", bilangnya. Padahal sudah tidak sakit (tidak ada gejala) belum tentu sudah sembuh.
Tau2x tensinya naik setinggi langit.
Pecahlah pembuluh darah di otak yang hanya setipis rambut.
Wah perlu yaa cek up rutin?
Mas Andri saya dulu waktu sd dan smp sering baca kisahnya dokter boyke di suara karya judulnya dibalik ruang praktek, ceritanya yaa hampir sama seperti blog ini, cuma memang lebih ke cerita lucu dan umum biar menarik...
hmmmm....
bingung sebenernya mau coment apa...tapi untuk kesehatan dan nyawa memang sebaiknya tidak menunggu kesempatan ke dua kalinya...tapi kalo aku 'asal bisa sembuh tanpa makan obat ya OK'...haiah nggak nyambung ya...hehehe....
kesempatan mahal harganya sama halnya dengan kesehatan...
apa iya gaya bahasanya ikut kang Andrea??? berarti jadinya Andria Herata @.@
Jeng Sri...
@ dr Luluch:
Ya memang beginilah blogku Luch.Sebagian besar ceritaku kukisahkan dg gaya beberapa penulis yg menurutku baik untuk ditiru.Sedikit banyak aku jg meniru blogmu lho,baik dari segi bahasa posting maupun fotografi pendukung. :)
@ dr Yudhi Gejali:
Males berobat itu lah hambatannya.Padahal untuk berobat ke Puskesmas sudah digratiskan oleh Pemerintah untuk masyarakat miskin.Kesehatan memang sepertinya belum mendapat prioritas dari masyarakat.Biasanya pasien desa datang sudah dg komplikasi,shg prognosisnya jg buruk. :(
@ Big Sugeng:
Saya sebenarnya pengin jg bercerita seperti itu pak,jd gak melulu cerita horor seperti dua postingan terakhir. :D Lagi2 saya harus lebih banyak belajar menulis supaya ceritanya menarik dan mudah dipahami oleh orang awam.Terima kasih.
@ Jeng Sri:
Bagaimana kalo soal asmara?Ada kesempatan kedua gak nih? :p Kalo misalnya suamimu ketahuan selingkuh,akankah dirimu berbesar hati memberinya 'kesempatan kedua'? @.@
Selingkuh itu sudah akan menjadi sebuah kebiasaan ketika peselingkuh diberikan kesempatan kedua,dan akan berharap pada kesempatan ketiga,keempat dst...tsus kpn slingkuh akan berakhir?..@.@
akan susah membangun kepercayaan lg utk kedua kalinya pd orang ketika dia telah merusak kepercayaan qta...
Jeng Sri
...yg berharap suaminya kelak bukan seorang peselingkuh...
Kan kita dah bilang sama pasien-pasien darah tinggi itu, kalo habis minum obat ini mesti periksa ke dokter lagi. Kok mereka nggak mau manut? Apa yang kurang dari nasehat kita? Kan kita ngomong ke mereka sudah pake bahasa Indonesia? Apa harus pake bahasa Swahili supaya mereka ngerti??
@ Jeng Sri:
Katakanlah kita berdua setuju bahwa selingkuh itu tidak baik.Nah,skr harus jg ditegaskan tentang batasan selingkuh.Menurutku sih bisa dikatain selingkuh kalo pasangan kita berhubungan sex dg orang lain.Bagaimana menurutmu?Apakah kalo ketemu dg cewek lain di rumah makan bisa dikategorikan dalam selingkuh? :p
@ dr Vicky:
Hahaha..Bisa saja km.Kupikir kita harus mengetahui akar permasalahannya,shg kita bisa memberi solusi yg pas.Contohnya,pasien langgananku di blok D Kanan.Dirinya adalah pasien hipertensi yg tidak bisa ke Puskesmas lantaran tidak ada kendaraan.Akhirnya aku yg 'ngalahi' pergi ke rumahnya manakala obatnya sudah habis.
kesempatan memang gak dateng kedua kali, tinggal bagaimana kita bisa menangkap moment dan kesempatan itu sebaik2 nya :)
Btw, kmu bakal ikut aruh blogger?
jhahahaha . .
andria hirata,ngekek aku om..
haduh malah jadi ngumungin selingkuh ig. .
wah om, temen blogmu dokter semua tah,,jhahahaha
@ Andrei Travellous:
Sepertinya iya ndrei.Aku insyaAllah ikut acara gathering yg tgl 22 Maret.Rencananya aku ke Banjar tgl 21 Maret.Kalo km jd ikut kabari aku ya. ;)
@ Bhogey:
Kalo aku Andria Hirata berarti km Bho Kiong ya..hahaha..Gak jg kok,lha yg komentar di atasmu itu novelis backpacker penerus Andrea Hirata. :p
Pak Dokter betul, demi waktu orang akan merugi... ngak mau periksa .. sudah biasa pusing... tahu-tahu lho kok sudah kapunduk kembali ke yang punya kita
Menjawab pertanyaan mu boz.. : Aku kemarin colles pake kasa+kerdus obat. kebetulan pas kui jik ono istri jadi iso diskusi sebelum eksekusi... :)
duuh,,,,
aphied msh takut mati dok. .
blm nikah. .hehe^^
*apa hubungan nya coba?*
@ mbak Dyah:
Ada lanjutannya mbak: demi waktu orang akan merugi,kecuali orang2 yg beriman dan mengerjakan amal saleh,dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran,dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. :) Mencegah lebih baik daripada mengobati,dalam hal ini mengendalikan hipertensi lebih baik daripada mengobati stroke. :)
@ dr Yunan:
Jarak 4 jam ke rumah sakit sepertinya membuat sampeyan banyak berimprovisasi. :) Dan itu malah dianjurkan sekiranya pasien enggan dirujuk.Aku cuma pernah sekali makai kardus buat bidai.Waktu itu ada open fraktur patella.Met berkarya dok. :)
@ Aphied:
Tiap orang di sini berkomentar berdasar apa yg sedang dipikirkannya phied.Kalo km berpikir tentang nikah,berarti km skr sudah ada keinginan untuk itu.Iya kah? ;p ;p
weh wis tekan samarinda ya... aku malah nembe tekan balikpapan hiks
Mungkin saat kita stress, kita musti ati2 kalau mau ngomong, "Rasanya mau pecah kepalaku!"
Posting Komentar